pertambangan, kesejahteraan antar individu dapat berbeda-beda satu dengan yang lainnya, seperti yang dikemukakan oleh Sukanto 1998 bahwa kesejahteraan
tidak saja menyangkut aspek yang bersifat lahiriah atau material, tetapi juga yang bersifat batiniah atau spiritual. Dalam ekonomi mikro, indikator yang digunakan
untuk mengetahui apakah seseorang itu dikatakan sejahtera atau tidak adalah melalui tingkat kepuasan. Apabila seseorang mengaku puas dalam mengkonsumsi
suatu barang atau jasa, maka orang tersebut dapat dikatakan sejahtera. Pendapatan per kapita sering digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan ekonomi masyarakat, ekonomi masyarakat yang makmur ditunjukkan oleh pendapatan per kapita yang tinggi, dan sebaliknya ekonomi
masyarakat yang kurang makmur ditunjukkan oleh pendapatan per kapita yang rendah. Ada beberapa indikator untuk menilai tingkat kesejahteraan adalah:
1. Konsumsi rumah tangga per tahun
2. Keadaan tempat tinggal
3. Fasilitas tempat tinggal
4. Kesehatan anggota rumah tangga
5. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dan medis.
6. Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan
7. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi
8. Kehidupan beragama
9. Perasaan aman dari tindakan kejahatan
Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat pula dilihat melalui kondisi maupun fasilitas yang dimiliki sebagai tempat tinggal. Perumahan papan adalah suatu
kebutuhan dasar yang sangat penting selain makan dan pakaian sandang dalam pencapaian kehidupan yang layak. Kesehatan dapat juga sebagai ukuran
kesejahteraan seseorang, sehingga status sosial masyarakat dapat diketahui BPS NAD, 1996.
2.6. Persepsi Masyarakat
Sejak individu dilahirkan, saat itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu individu secara langsung
menerima stimulus atau rangsangan dari luar di samping dari dalam dirinya
sendiri. Individu mengenali dunia luarnya dengan menggunakan alat inderanya sehingga memunculkan persepsi.
Persepsi seringkali dimaknakan dengan pendapat, sikap, dan penilaian. Persepsi selalu melibatkan aktivitas manusia terhadap obyek tertentu, sehingga
persepsi selalu menggambarkan pengalaman manusia tentang obyek dan peristiwa yang diperoleh dengan cara menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
tentang obyek tersebut. Persepsi itu tidak akan lepas dari peristiwa, obyek dan lingkungan di sekitarnya, sehingga tercapai komunikasi antara manusia dengan
lingkungannya. Persepsi merupakan proses internal yang dilakukan untuk memilih, mengevaluasi, dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan
eksternal. Dengan kata lain persepsi adalah cara seseorang untuk mengubah energi fisik lingkungan menjadi pengalaman yang bermakna Sarwono, 1987.
Menurut Mar’at 1981 persepsi merupakan bagian dari konsep diri manusia yang diartikan sebagai proses pandangantanggapan dalam
memahamimenanggapi sesuatu. Persepsi seseorang berkaitan dengan pengalaman, kemampuan maupun daya persepsi yang diterimanya. Pengetahuan
dan pengalaman yang diperolehnya akan memperkaya diri dengan perbendaharaan untuk memperkaya daya persepsinya. Dari beberapa pernyataan
di atas dapat diketahui bahwa proses pemberian makna atau persepsi sangatlah berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan individu melalui proses stimulasi
dengan lingkungannya. Persepsi positif terhadap stimulasi cenderung bersangkutan untuk
mengadakan perhatianpendekatan terhadap stimulasi. Sebaliknya persepsi
terhadap stimulasi cenderung yang bersangkutan untuk mengadakan pengindaranpenilaian yang negatif dan bahkan reaksi tingkah laku respon yang
negatif berupa perlawanan dan pelampiasan pada obyek lain. Persepsi menurut Abizar 1988 adalah proses dengan mana seseorang
individu memilih, mengevaluasi dan mengorganisasi stimulus dari lingkungannya. Persepsi juga menentukan cara kita berperilaku terhadap suatu obyek atau
permasalahan, bagaimana segala sesuatu itu mempengaruhi persepsi seseorang nantinya akan mempengaruhi perilaku yang dipilihnya. Persepsi juga merupakan
suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi sensory dan pengalaman masa
lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu.
Dari kondisi yang tercipta akibat kegiatan pertambangan menimbulkan persepsi dari masyarakat yang berdomisili di sekitar pertambangan. Menurut
Liana 1994 persepsi yang positif dari masyarakat terhadap suatu kegiatan akan tercermin dari respon yang positif terhadap kegiatan tersebut karena manfaat yang
dirasakan, dan masyarakat akan mendukungnya secara berkesinambungan. Persepsi masyarakat mengenai lingkungannya sangat tergantung pada dampak
langsung atau tidak langsung terhadap aktivitas dan sarana-sarana yang menunjang kehidupan masyarakat dari suatu kegiatan proyek yang dilakukan di
lingkungan mereka serta faktor sosial ekonomi, budaya dan tingkat pendidikan.
2.7. Ekologi dan Kesehatan