manfaat langsung dan tidak langsung dari ekosistem yang dikonversi oleh PT Juya Aceh Mining masih lebih rendah dari nilai ekosistem Kars yaitu
Rp639.556.607.830tahun dalam luas areal 1033 ha atau Rp61.912.546.740.56100 ha Gustami dan Waluyo, 2002.
5.2 Dampak terhadap Pendapatan Rumah Tangga
Pada penelitian ini pendapatan rumah tangga masyarakat yang dimaksud adalah perbedaan pendapatan keluarga masyarakat sebelum dan sesudah adanya
pertambangan bijih besi PT Juya Aceh Mining. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan total rata-rata seluruh masyarakat yang berdomisili di sekitar
pertambangan mengalami penurunan yaitu sebelum hadirnya pertambangan rata- rata pendapatan masyarakat sebesar Rp1.253.571KKbulan setelah adanya
pertambangan menjadi Rp1.193.565KKbulan.
5.2.1 Perubahan Pendapatan
Responden sampel adalah 91 orang yang terdapat di Desa Ie Mirah dan Desa Pente Rakyat di Kecamatan Babah Rot yang berdomisili di sekitar
pertambangan, baik sebagai pekerja tambang maupun yang berprofesi lainnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan, penduduk yang berdomisili di sekitar
pertambangan, sesudah adanya kegiatan tambang mengalami perubahan pendapatan Tabel 7.
Tabel 7 Perbedaan pendapatan sebelum dan sesudah adanya pertambangan
Dampak kegiatan Pertambangan
Jumlah responden Pendapatan rata-rata RpBulan
Perubahan Rp
Orang Sebelum Sesudah
Meningkat 6
6,59 1.112.500
1.500.000 387.500
Menurun 16
17,58 1.453.125
965.625 487.500
Tetap 69 75,82
1.219.565 1.219.565
- TotalRata-rata 91 100
1.253.571 1.193.565
Pada Tabel 7 terlihat bahwa hadirnya kegiatan pertambangan menyebabkan 6,59 masyarakat mengalami peningkatan pendapatan. Sebelum adanya kegiatan
pertambangan, pendapatan rata-rata Rp1.112.500KKbulan dan setelah adanya kegiatan pertambangan menjadi Rp1.500.000KKbulan Lampiran 7. Dari 6,59
masyarakat yang mengalami peningkatan pendapatan sebanyak 4,4 diantaranya
karena telah menjadi karyawan pada pertambangan yang sebelumya bekerja sebagai petani. Sedangkan 2,2 masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang,
peningkatan pendapatan diperoleh dari adanya pertambangan pada daerah tersebut yang menyebabkan pertambahan jumlah penduduk dan pekerjaan sehingga terjadi
peningkatan daya beli. Sebesar 17,58 masyarakat mengalami penurunan pendapatan, sebelum
adanya pertambangan pendapatan rata-rata masyarakat Rp1.453.125KKbulan namun setelah adanya pertambangan menjadi Rp965.625KKbulan. Dari 17,58
masyarakat yang mengalami penurunan pendapatan 11 diantaranya disebabkan karena masyarakat kehilangan lahan perkebunan yang selama ini menjadi sumber
pendapatan keluarga dan 3,3 masyarakat mengalami penurunan pendapatan karena hilangnya lapangan pekerjaan sebagai buruh tani yang bekerja menggarap
lahan orang lain. Sedangkan 3,3 masyarakat yang mengalami penurunan pendapatan dikarenakan hilangnya akses ke hutan yang sekarang menjadi
kawasan pertambangan. Bagi sebagian masyarakat lainnya yaitu sebanyak 75,82, kehadiran
pertambangan bijih besi di daerah mereka tidak menyebabkan perubahan pendapatan pendapatan tetap, dengan pendapatan rata-rata
Rp1.219.565KKbulan. Tidak terjadinya perubahan pendapatan bagi masyarakat dikarenakan rata-rata masyarakat masih berprofesi sama baik sebelum maupun
sesudah hadirnya kegiatan pertambangan. Berdasarkan tingkat pendapatan rata-rata menunjukkan kehadiran
pertambangan bijih besi PT Juya Aceh Mining di Kabupaten Aceh Barat Daya, Kecamatan Babah Rot Desa Ie Mirah dan Pante Rakyat, menyebabkan terjadinya
penurunan pendapatan masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa kehadiran pertambangan dari segi pendapatan masyarakat yang berdomisili di sekitar
pertambangan tidak menguntungkan. Hasil yang sama juga dikemukakan oleh Malanuang 2002 yang mengatakan bahwa dengan beroperasinya pertambangan
proyek Batu Hijau PT NTB terjadi penurunan pendapatan masyarakat komunal Tonggo-Sejorong karena hilangnya aksesibilitas ke hutan dan laut. Selanjutnya
menurut Qomariah 2003 kegiatan pertambangan Batu Bara di Kabupaten Banjar
menyebabkan terjadinya penurunan secara total pendapatan masyarakat karena berkurangnya areal usaha dan produktivitas pertanian.
5.2.2. Persepsi Masyarakat