Kurnia 1996 melaporkan bahwa biaya pengendalian erosi dengan mulsa jerami padi dan mulsa Mucuna sp berturut-turut Rp2.175 dan Rp1.640ton tanah
tererosi. Pupuk kandang mempunyai biaya pengendalian erosi lebih tinggi, yaitu Rp4.085ton tanah tererosi. Sedangkan biaya kerusakan lahan Podsolik Merah
Kuning Bogor tanpa rehabilitasi adalah Rp291.175ha sehingga biaya rehabilitasi kerusakan lahan dengan mulsa padi dan mulsa Mucuna sp hanya 1,2-9,2 dari
biaya kerusakan lahan tanpa rehabilitasi.
2.5. Dampak Sosial Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat
Pembangunan suatu proyek yang berada di wilayah yang penduduk atau lokasi tempat mencari nafkah bagi penduduk sekitarnya, maka dampak kegiatan
dapat secara langsung mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya serta perubahan pendapatan keluarga, pola kepemilikan lahan,
pemanfaatan dan penguasaan sumberdaya alam, perkembangan fasilitas sosial dan aksesibilitas wilayah Djajadiningrat, 2001. Perubahan tingkat pendapatan
keluarga akan terjadi jika penduduk mengalami perubahan yang berarti akibat adanya pembangunan. Pembangunan akan berdampak positif terhadap masyarakat
jika dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas fasilitas umum dan sosial, tetapi jika mengurangi fungsi dari fasilitas umum dan sosial yang ada maka berarti
pembangunan proyek tersebut berdampak negatif Utomo, 2002. Usaha pertambangan dan industri biasanya dilakukan dengan padat modal
dan teknologi tetapi terletak di daerah pedesaan yang miskin. Perbedaan kedua lingkungan sosial ini dapat menimbulkan masalah sosial di masyarakat, dan untuk
menghindarinya sangat perlu diperhitungkan pembangunan fasilitas kehidupan masyarakat sekitar pertambangan, hal ini agar masyarakat juga dapat merasakan
manfaat dari kegiatan pertambangan dan pengusaha juga merasa bertanggung jawab untuk menjaga kualitas lingkungan dimana mereka berusaha serta
memperhatikan pola kehidupan sosial masyarakat yang sudah ada. Dampak kegiatan pertambangan bijih besi yang positif diharapkan tidak
hanya terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pertambangan, tetapi juga terhadap peningkatan kesejahteraan yang dapat
dirasakan oleh sebagian besar masyarakat yang berdomisili di sekitar
pertambangan, kesejahteraan antar individu dapat berbeda-beda satu dengan yang lainnya, seperti yang dikemukakan oleh Sukanto 1998 bahwa kesejahteraan
tidak saja menyangkut aspek yang bersifat lahiriah atau material, tetapi juga yang bersifat batiniah atau spiritual. Dalam ekonomi mikro, indikator yang digunakan
untuk mengetahui apakah seseorang itu dikatakan sejahtera atau tidak adalah melalui tingkat kepuasan. Apabila seseorang mengaku puas dalam mengkonsumsi
suatu barang atau jasa, maka orang tersebut dapat dikatakan sejahtera. Pendapatan per kapita sering digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan ekonomi masyarakat, ekonomi masyarakat yang makmur ditunjukkan oleh pendapatan per kapita yang tinggi, dan sebaliknya ekonomi
masyarakat yang kurang makmur ditunjukkan oleh pendapatan per kapita yang rendah. Ada beberapa indikator untuk menilai tingkat kesejahteraan adalah:
1. Konsumsi rumah tangga per tahun
2. Keadaan tempat tinggal
3. Fasilitas tempat tinggal
4. Kesehatan anggota rumah tangga
5. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dan medis.
6. Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan
7. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi
8. Kehidupan beragama
9. Perasaan aman dari tindakan kejahatan
Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat pula dilihat melalui kondisi maupun fasilitas yang dimiliki sebagai tempat tinggal. Perumahan papan adalah suatu
kebutuhan dasar yang sangat penting selain makan dan pakaian sandang dalam pencapaian kehidupan yang layak. Kesehatan dapat juga sebagai ukuran
kesejahteraan seseorang, sehingga status sosial masyarakat dapat diketahui BPS NAD, 1996.
2.6. Persepsi Masyarakat