Persepsi Masyarakat Menurut Tingkat Pendidikan

Sedangkan 12,1 mengatakan tidak setuju karena PT Juya Aceh Mining tidak pernah melakukan program pemberdayaan ekonomi dalam bentuk apapun untuk masyarakat yang berdomisili di sekitar pertambangan, sehingga mereka menilai keberadaan pertambangan tidak menguntungkan terhadap perekonomian mereka, dan sebesar 3,3 lainnya ketidaksetujuannya karena hilangnya akses ke hutan, yang kini telah menjadi milik pertambangan, padahal bagi mereka kawasan tersebut merupakan tempat untuk mencari kayu, sehingga aktivitas yang dulunya mereka lakoni untuk kebutuhan rumah tangga, kini telah hilang. c. Masyarakat abstain Keadaan abstain terhadap suatau hal atas pandangan atau persepsi masyarakat merupakan fenomena yang lazim timbul, tidak hanya pada masyarakat awam namun juga sering terjadi pada kaum yang berpendidikan. Di masyarakat fenomena ini didasari atas ketidakpedulian pada sesuatu kebijakan, mereka biasanya mengeleluh ketika memang merasa dirugikan dengan dampak langsung yang bersifat negatif dan merasa senang ketika terkena dampak langsung yang positif. Pada penelitian ini sebayak 8,8 masyarakat bersikap tidak mengemukakan persepsinya terhadap kegiatan pertambangan bijih besi PT Juya Aceh Mining. Keseluruhan masyarakat saat diwawancara menjawab terserah pada pemerintah dan disambung dengan mengeluarkan kata-kata dalam bahasa aceh “asai lon bek teupeh, soe pih jih han teu peh ” artinya asal tidak menggangu saya maka siapapun dia tidak saya ganggu. Berdasarkan ketiga persepsi yang dianalisis dapat disimpulkan bahwa, persepsi secara umum masyarakat terhadap kehadiran pertambangan bijih besi PT Juya Aceh Mining. Sebanyak 56,1 masyarakat setuju dan mendukung, bersifat positif dan 35,2 masyarakat tidak setuju dan tidak mendukung yang bersifat negatif, serta 8,8 masyarakat abstain bersifat tidak peduli.

5.2.2.2 Persepsi Masyarakat Menurut Tingkat Pendidikan

Persepsi masyarakat pada penelitian ini dilihat juga dari segi hubungan dengan tingkat pendidikan, dengan asumsi tingginya pendidikan akan mampu menganalisa dampak baik positif maupun negatif dari usaha pertambangan bijih besi PT Juya Aceh Mining yang sedang beroperasi di daerah mereka. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa persentase persepsi masyarakat yang dihubungkan dengan tingkat pendidikan, yang menyatakan setuju dengan kegiatan pertambangan adalah sebesar 56,1 dengan perincian 4,4 tidak sekolah, 37 tamat Sekolah Dasar SD, 9,9 tamat SMP, 3,3 tamat SMA dan 1,1 tamat Strata Satu Tabel 9,. Tabel 9 Persepsi masyarakat menurut tingkat pendidikan Pendidikan Persepsi Setuju Tidak setuju Abstain Tidak Sekolah 4,4 5,5 - SD 37,4 13,2 4,4 SMP 9,9 8,8 1,1 SMA 3,3 6,6 3,3 S1 1,1 1,1 - Total 56,1 35,2 8,8 Tingkat persentase masyarakat yang tidak setuju dengan kegiatan pertambangan dilihat dari tingkat pendidikan sebanyak 35,2. Persentase tersebut terdiri dari 5,5 tidak sekolah, 13,2 tamat Sekolah Dasar SD, 8,8 tamat SMP, 6,6 tamat SMA dan 1,1 tamat Strata Satu. Persentase masyarakat yang abstain menurut tingkat pendidikan terhadap kegiatan pertambangan adalah 8,8, yang mana 4,4 Tamat SD, 1,1 tamat SMP dan 3,3 tamat SMA. Dari 5 tingkat pendidikan yang mengemukakan persepsi terhadap kegiatan pertambangan persentase tertinggi adalah masyarakat yang berpendidikan tamat SD dan SMP, baik yang setuju, tidak setuju maupun yang abstain. Bagi yang tidak sekolah persentase yang mengatakan setuju lebih rendah dibandingkan dengan yang mengatakan tidak setuju, namun bagi masyarakat yang tamat SMA persentase yang mengatakan menolak lebih tinggi dari pada yang setuju dengan kegiatan pertambangan, sedangkan untuk strata satu persentasenya sama. Berdasarkan analisis rank spearman pada alpha 10 antara tingkat pendidikan dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan pertambangan memiliki korelasi negatif yang menunjukkan nilai -0,197. Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan semakin tinggi persepsi yang mengatakan setuju dengan hadirnya pertambangan, dan semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah persepsi masyarakat mengatakan setuju terhadap kegiatan pertambangan. Tingkat persepsi menunjukkan bahwa masyarakat yang berpendidikan rendah menilai sumberdaya hanya dari manfaat langsung yang dirasakan, seperti halnya bertambah lapangan kerja menjadi pekerja tambang, bertambahnya penduduk sehingga bertambahnya daya beli serta merasa bangga dengan keberadaan perusahaan tambang di daerahnya walaupun mereka harus kehilangan lahan usaha taninya berupa perkebunan. Kenyataan ini dapat dilihat dari para pekerja tambangan yang didominasi oleh masyarakat yang berpendidikan rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat masih mendefinisikan manfaat sumberdaya alam secara tradisional yaitu hanya akan bermakna apabila sumberdaya tersebut memberikan manfaat secara langsung bagi kehidupan mereka. Sedangkan manfaat tidak langsung yang mereka rasakan dari suatu sumberdaya masih kurang dimengerti sehingga tidak dihargai Dunn, 2000. Sedangkan masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi, menilai sumberdaya tidak hanya pada manfaat langsung yang dirasakan akan tetapi juga manfaat tidak langsung yang merupakan pendukung kelangsungan suatu ekosistem, sehingga persepsi masyarakat pada tingkat pendidikan yang tinggi akan cenderung menolak adanya kegiatan pertambangan.

5.3. Implikasi Kebijakan