Manfaat Tidak Langsung Indirect use values

penggunaan usaha minyak kayu putih Parea, 2006. Nilai tersebut tidak termasuk harga tanah yang digantirugikan oleh PT Juya Aceh Mining kepada masyarakat. Tabel 5 Jenis, volume dan nilai hutan pada areal pertambangan No Nama Daerah Nama Latin Jumlah btg Volume M3 Harga M3 Rp Nilai Manfaat Rp Kete rangan 1 Balam - 280 346.471 1.600.000 554.353.730 Campuran 2 Sibreuh-breuh - 840 235.508 1.600.000 376.812.175 Campuran 3 Jambu Hutan Eugenia cuatini 840 155.752 1.600.000 249.202.519 Campuran 4 Krileng - 280 195.046 1.600.000 312.073.601 Campuran 5 Taroek panah - 280 13.023 1.600.000 20.836.662 Campuran 6 Lara Ficus sp 1400 534.259 1.600.000 854.814.657 Campuran 7 Baruh - 840 100.642 1.600.000 161.027.483 Campuran 8 Tampu Macaraga triloba 3080 1759.665 1.600.000 2.815.463.844 Campuran 9 Langgin - 1120 627.851 1.600.000 1.004.561.974 Campuran 10 Laban Vitex pubescen 1960 721.132 1.600.000 1.153811.851 Campuran 11 Mata cicem Hopea myrtifolia 280 364.011 1.600.000 582.417.580 Campuran 12 Tarok Ranudla rombidae 560 790.918 1.600.000 1.265.469.090 Campuran 13 Merbaow Intsia sp 560 232.730 3.500.000 814.554.460 Campuran 14 Pungki - 840 556.516 1.600.000 890.425.887 Campuran 15 Pupoek - 840 237.908 1.600.000 380.653.598 Campuran 16 Dama Agathis sp 560 56.808 2.200.000 124.978.079 Komersil 17 Durian Durio sp 280 269.459 2.200.000 592.809.191 Komersil 18 Siroen - 280 113.473 1.600.000 181.557.588 Campuran 19 Petee Parkia speciosa 280 132.003 1.600.000 211.204.804 Campuran 20 Pala Kremafur furacea Jarb 280 40.871 1.600.000 65.393.912 Campuran 21 Krueng Dipterocarpus sp 280 12.633 2.500.000 31.581.425 Komersil 22 Beringin Gunung Ficus septic 280 48.336 1.600.000 77.337.773 Campuran 23 Dama kuning Agathis sp 280 211.617 2.200.000 465.557.223 Komersil 24 Kercheng - 280 76.548 1.600.000 122.476.470 Campuran 25 Kusubak - 280 82.512 1.600.000 132.019.771 Campuran 26 Waru - 280 11.755 1.600.000 18.808.194 Campuran 27 Semantoek Shorea sp 280 51.978 3.000.000 155.934.376 Komersil 28 Bangkiree - 1680 603.764 2.200.000 1.328.280.190 Komersil 29 Bak Jrok - 560 119.908 1.600.000 191.852.108 Campuran 30 Rancong Buloh - 560 36.259 1.600.000 58.014.545 Campuran 31 Rubek Miliosma sarawa kensisi 840 327.316 1.600.000 523.705.474 Campuran 32 Bayur Scopium sp 280 59.989 2.200.000 131.975.129 Komersil 33 Geuregang - 280 28.409 2.200.000 62.498.716 Komersil 34 Gajah tunggai - 560 28.043 1.600.000 44.869.085 Campuran 35 Tampu siron Macaraga sp 280 124.109 1.600.000 198.574.378 Campuran 36 Tapis gunung Polyathia laterifolia 280 118.757 1.600.000 190.011.005 Campuran 37 Rambutan hutan Nephelium lappaceum 280 127.686 1.600.000 204.297.368 Campuran 38 Mancang hutan Mangifera foetida 280 206.210 1.600.000 329.935.733 Campuran Total 23520 9.759.875 16.880.151.647

5.1.2. Manfaat Tidak Langsung Indirect use values

Manfaat tidak langsung dari ekosistem yang dikonversi ke pertambangan merupakan nilai guna fungsi pendukung terhadap nilai guna langsung dari sumberdaya alam yang berkaitan, seperti fungsi pencegah erosi, habitat flora dan fauna, sebagai penyedia makanan dan sebagai penyimpan air. Pada penelitian ini manfaat tidak langsung yang diperhitungkan adalah besarnya peranan ekosistem hutan sekunder sebagai pencegah erosi, penjaga siklus makanan, habitat flora dan fauna serta sebagai penyimpan air Tabel 6. Perkiraan manfaat tersebut dihitung berdasarkan manfaat tidak langsung, untuk besarnya biaya a. Pencegah erosi Nilai tidak langsung sebagai pencegah erosi dihitung berdasarkan biaya pengganti dari biaya yang dikeluarkan untuk rehabilitasi lahan apabila tidak ada ekosistem hutan pada areal pertambangan. Biaya yang diperlukan untuk rehabilitasi lahan dengan mulsa Mucuna sp rata-rata sebesar Rp1.641hatahun Kurnia, 1996 dalam Wildayana, 1999. Tanah yang tererosi pada hutan sekunder diperkirakan sebesar 15 tonhatahun Lampiran 4. Maka besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pencegah erosi dengan mulsa Mucuna sp pada areal hutan seluas 56 ha yang dikonversi ke pertambangan adalah sebesar Rp20.676.60015 tahun Rp24.615hatahun Tabel 6. b. Pendugaan penjaga siklus makanan. Penghitungan penjagaan siklus makanan dihitung atas ketersediaan serasah dari tanaman sebagai penyedia makanan baik untuk tumbuhan maupun hewan dalam areal hutan sekunder seluas 56 ha, yang berfungsi sebagai penyeimbang rantai makanan bagi kehidupan suatu ekosistem. Nilai penghitungan ini diukur dari nilai serasah sebanyak 2 tonhatahun Wildayana, 1999, setara dengan harga kompos Rp1.000kg sehingga diperoleh harga total yang hilang dari konversi lahan ke pertambangan adalah sebesar Rp1.680.000.00015 tahun Rp3.000.000hatahun Lampiran 4. c. Manfaat tidak langsung sebagai habitat flora dan fauna Dalam UU No 11 tahun 67 pasal 30 disebutkan apabila selesai melakukan penambangan pemegang kuasa pertambangan diwajibkan mengembalikan tanah sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan bahaya penyakit atau bahaya lainnya bagi masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu pemberian nilai ini berdasarkan biaya reboisasi yang dihitung atas penggunaan bibit pohon dan penanaman kembali replanting serta pemeliharaan sebesar Rp1.500.000ha Wildayana, 1999. Maka untuk luas areal 100 ha yang dikonversi ke pertambangan dibutuhkan biaya sebesar Rp150.000.000100 ha Lampiran 4. Penghitungan ini tidak lebih besar dari hasil penelitian Nurfitriani 2007 yang mengemukakan apabila hutan rusak biaya rehabilitasi untuk penyerap air sebesar Rp1.900.000ha. d. Penyimpan air Konversi lahan menjadi pertambangan merupakan salah satu bentuk perubahan fungsi daerah tangkapan air, sehingga dari kegiatan pertambangan akan menyebabkan defisit air pada daerah tesebut. Jumlah serapan air yang hilang akibat pertambangan adalah sebesar 115.713 m 3 15 tahun, jumlah tersebut dihitung dengan penetapan nilai CN Curve Number. Berdasarkan kelompok hidrologi tanah, pada daerah penelitian merupakan tanah Latosol, yang bertekstur liat termasuk dalam kategori hidologi golongan C. Berdasarkan pendugaan penghitungan tersebut, masyarakat yang berada di sekitar pertambangan apabila sumberdaya hutan dan perkebunan hilang, maka harus menanggung kerugian dengan membeli air bersih sebesar Rp161.998.19615 tahun Rp107.999hatahun. Penghitungan ini berdasarkan Metode Dinas Konservasi Tanah SCS Arsyad, 2006 Lampiran 5. Penghitungan nilai pasar berdasarkan harga air di PDAM Tirta Naga Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan yaitu Rp 1.400m 3 . Tabel 6 Nilai manfaat tidak langsung ekosistem hutan areal pertambangan No Jenis manfaat Nilai manfaat tidak langsung Rp 1 Pencegah erosi 20.676.600 2 Penjaga siklus makanan 1.680.000.000 3 Habitat flora dan fauna 150.000.000 4 Penyimpan air 161.998.196 Total manfaat tidak langsung 2.012.674.796

5.1.3. Nilai Pilihan Bequest value