Manfaat Langsung Perkebunan Manfaat Langsung Direct use values

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Dampak terhadap Fungsi Ekonomi Lingkungan

Pola pendekatan dalam pembahasan ini meliputi dua tahap yaitu: 1 identifikasi manfaat dan fungsi-fungsi barang lingkungan yang terdapat pada areal pertambangan khususnya jenis vegetasi penutup tanah dan 2 mengkuantifikasi segenap manfaat dan fungsi ke dalam nilai uang. Pendekatan penghitungan dilakukan berdasarkan keadaan lapang yaitu analisis seluruh jenis vegetasi yang terdapat pada areal pertambangan, dengan manfaat ekonomi berupa manfaat langsung Direct use values, manfaat tidak langsung Indirect use values, nilai pilihan Bequest value dan nilai keberadaan Existence values.

5.1.1 Manfaat Langsung Direct use values

Manfaat langsung adalah nilai guna dari sumberdaya alam yang dapat diperkirakan langsung dari konsumsi atau produksi, yaitu penentuan harga dalam transaksi pasar. Nilai guna ini dimanfaatkan oleh orang yang secara langsung menggunakan dan mendapatkan manfaat seperti penebangan pohon dan pemungutan hasil usaha perkebunan. Dari hasil penelitian yang dilakukan, pada areal pertambangan terdapat tanaman perkebunan dan tumbuhan hutan, yang dalam kehidupan masyarakat di sekitar tambang memiliki manfaat langsung sebagai sumber perekonomian dalam menopang kehidupannya.

5.1.1.1. Manfaat Langsung Perkebunan

Perkebunan merupakan usaha yang memberikan manfaat langsung bagi pemiliknya yaitu berupa hasil atas tanaman yang dibudidayakan, tanaman perkebunan biasanya memberikan manfaat secara kontinyu dalam waktu yang relatif lama apabila dipelihara dan dijaga kelestariannya. Pada penelitian ini tanaman perkebunan merupakan salah satu bagian yang hilang akibat dari konversi lahan menjadi pertambangan bijih besi, asumsi penghitungan tersebut karena tanaman perkebunan merupakan barang-barang lingkungan yang memiliki nilai ekonomi, barang-barang tersebut berupa perkebunan pinang, coklat, durian, kopi, kelapa sawit, pala, rambutan dan pisang, Tabel 4. Seluruh jenis tersebut memiliki nilai pasar yang dapat dikuantifikasikan. Tabel 4 Jenis dan nilai perkebunan pada lokasi tambang Jenis vegetasi Luas ha Umur produktif th ∑ Batang ∑ Produksi kg Hargakg Rp Harga Total Rp Pinang 8,72 15 14.533 1.220.800 3.500 4.272.800.000 Coklat 2,03 15 1.692 453.367 21.000 9.520.700.000 Kopi 3,55 15 5.917 159.750 17.000 2.715.750.000 Durian 6,32 15 632 1.895.100 2.000 3.790.200.000 Sawit 18,7 15 2.597 13.791.250 930 12.825.862.500 Pala 3,78 15 420 1.176.933 14.000 16.477.066.667 Rambutan 0,83 15 102 138.333 3.000 415.000.000 Pisang 0,05 15 13 36.250 2.000 72.500.000 Total 50.089.879.167 Seluruh jenis tanaman perkebunan seperti terlihat pada Tabel 4, merupakan milik masyarakat yang dibebaskan oleh pihak pertambangan karena pada areal tersebut mengandung deposit bijih besi. Dalam penelitian ini tanaman tersebut merupakan barang-barang lingkungan yang memiliki nilai ekonomi langsung bagi pendapatan maupun status sosial masyarakat, sehingga sangat rasional jika dilakukan pemberian nilai yang didasari atas produksi tanaman per satuan waktu, menurut masa produktif tanaman dan masa usaha pertambangan. Penghitungan untuk mencari nilai uang atau mengkuantifikasi setiap komoditi tanaman yang terdapat pada areal pertambangan bijih besi adalah mengidentifikasi luas tanaman, selanjutnya mengukur jarak tanaman, mengetahui produktifitas per tanaman atau per hektar serta mengetahui umur saat ini. Sehingga dengan mengetahui hal tersebut, produksi tanaman panen per satuan waktu dapat diketahui dengan mengalikan antara keseluruhan tanaman dan produksinya selama waktu produktif atau masa tambang, dikurangi umur saat ini dan dikalikan dengan harga pasar lokal dimana produk tanaman dihasilkan Lampiran 1. Dari hasil penghitungan tersebut menghasilkan nilai untuk setiap komoditi yaitu: pinang dengan luas 8,72 ha yang dikonversi ke pertambangan mengalami kehilangan nilai guna langsung sebesar Rp4.272.800.00015 tahun, dengan harga pasar lokal Rp3.500kg. Tanaman coklat seluas 3,55 ha dengan harga jual Rp21.000kg mengalami kehilangan nilai sebesar Rp9.520.700.00015 tahun. Tanaman kopi dengan jenis robusta pada areal seluas 3,55 ha dengan harga pasar lokal Rp17.000kg mengalami kehilangan nilai Rp2.715.750.00015 tahun. Tanaman durian dengan luas areal 6,32 ha dari harga jual Rp2.000kg mengalami kehilangan nilai sebesar Rp3.790.200.00015 tahun. Selanjutnya komoditi kelapa sawit dengan luas areal 18,7 ha dengan harga jual Tandan Buah Segar TBS Rp930kg mengalami kehilangan nilai sebesar Rp12.825.862.50015 tahun, tanaman pala pada areal 3,78 ha dengan harga jual biji palakg Rp14.000 mengalami kehilangan nilai sebesar Rp16.477.066.66715 tahun. Rambutan pada luas areal 0,83 ha dengan total produksi 138.333 kg15 tahun dan harga jual buah rambutan Rp3.000kg, maka mengalami kehilangan nilai sebesar Rp415.000.00015 tahun. Tanaman pisang dengan luas areal 0,005 ha dengan total produksi 36.250 kg, mengalami kehilangan nilai sebesar Rp72.500.00015 tahun. Berdasarkan penghitungan tersebut diperoleh nilai total manfaat langsung perkebunan yang hilang adalah sebesar Rp50.089.879.16715 tahun atau 75.893.756hatahun. Nilai ini akan lebih besar apabila penghitungan dilakukan sesuai dengan analisis biaya dan manfaat budidaya tanaman dalam produksi maksimal untuk masing-masing komoditi selama seumur hidup, seperti dilakukan oleh Diratpahgar 2008 dalam budidaya tanaman pinang, Siregar et al. 2008 budidaya tanaman coklat, Najiati dan Danarti 2008 budidaya tanaman kopi, Pahan 2008 budidaya tanaman kelapa sawit. Dari setiap nilai yang dihasilkan dalam penelitian ini bersifat tidak tetap karena harga pasar bersifat fluktuatif, sehingga dapat terjadi perubahan dalam waktu tertentu. Dari hal tersebut yang menjadi catatan bahwa kebijakan pemerintah atas izin konversi lahan perkebunan menjadi pertambangan bijih besi menyebabkan hilangnya nilai manfaat langsung lahan dan produksi perkebunan bagi 27 KK masyarakat di daerah tersebut.

5.1.1.2. Manfaat Langsung Hutan