FAKTA D AN D IN AMIKA KON FLIK SEPARASI

II. FAKTA D AN D IN AMIKA KON FLIK SEPARASI

Masalah Separatis di Papua sudah berlangsung di awal tahun

60 -an, ditandai dengan proses integrasi Papua ke dalam wilayah kesatuan republik In don esia.

Sengketa antara Belanda dan Indonesia tentang Papua m ulai dibahas dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag – Belanda. Kom isi PBB u n tu k u r u san In d on esia akh ir n ya m en yep akati

Piagam Pen y erahan Kedaulatan yang isinya:

a . Pasal 1: Belan da m en yerahkan kedaulatan atas In don esia kepada RIS tanpa syarat sebagai suatu negara m erdeka dan

b er d a u la t p en u h . Ked a u la t a n t er seb u t a ka n d iser a h ka n selam bat-lam batnya pada tanggal 30 desem ber 1949.

b . Pasal 2: Belan d a tid ak m en yer ah kan Ker esid en an Papu a (Niuew Guin ea) kepada In don esia tetapi m asih di bawah kekuasaan kerajaan Belanda sam pai akan dibicarakan kem bali setahun kem udian pada tahun berikutnya.

Akibat ket egan gan yan g ber lan gsu n g san gat cep at an t ar a pem erintah Belanda dengan Indonesia m aka Gubernur Belanda di Papua m erasa perlu m em bentuk suatu Kom ite Nasional yang beran ggotakan 21 oran g, kom ite in i kem udian dilen gkapi 70 p u t r a P a p u a ya n g b er p en d id ika n d a n b er h a sil m ela h ir ka n m an ifesto:

1. Menentukan nam a negara: Papua Barat

2 . Menentukan lagu kebangsaan: Hai Tanahku Papua

3 . Menentukan bendera: Bintang Kejora

4 . Menentukan bahwa bendera Bintang Kejora dikibarkan pada tanggal 1 Novem ber 1961.

Pem erintah Belanda lantas m engum um kan bahwa m anifesto in i sebagai suara rakyat Papua yan g m en gin gin kan m erdeka. Ren can a pen gibaran ben dera pada tan ggal 1 Novem ber 1961 t id a k t er la ksa n a ka r en a b elu m m en d a p a t p er set u ju a n d a r i

36 Potret R etak N usan tara

m aka tanggal 1 Desem ber 1961 bendera Bintang Kejora dikibarkan di J ayapura sekaligus deklarasi kem erdekaan Papua Barat.

Selain itu gun a m em en uh i tun tutan rakyat Papua m aka pem er in tah an Belan da m em ben tuk suatu badan per wujudan dem okrasi yan g diberi n am a: Nieuw Guin ea Raad, Dewan in i m erupakan badan legislatif dan bersam a gubernur m engeluarkan sejum lah peraturan .

Menanggapi kegiatan kem erdekaan Papua yang dilakukan oleh p em er in tah Belan d a m aka p em er in tah In d on esia p ad a tanggal 11 Desem ber 1961 m em bentuk Dewan Pertahanan Nasional ya n g b e r t u ga s m e n gh im p u n s e lu r u h k e k u a t a n u n t u k m em bebaskan Papua Barat. Kem udian pada tanggal 19 Desem ber 1961 presiden Soekarno m engeluarkan Trikora dan pada tanggal

2 J anuari 1962 presiden m em bentuk Kom ando Mandala untuk m em bebaskan Papua dari Belanda.

Selam a pen yelesaian sen gketa atas Papua Barat tersebut rakyat Papua berada dalam posisi yang pasif dan tidak dilibatkan. Pem erintah Am erika Serikat m enekan pem erintah Belanda – m elalui PBB – untuk m enerim a dan m enyetujui proposal Bunker yang kem udian dikenal sebagai New York Agrrem ent. Alasan pen ekan an ter sebut m en ur ut Am er ika Ser ikat adalah san gat berbahaya jika terjadi perang terbuka di kawasan sengketa karena bila terjadi m aka pihak Belanda dan Blok Barat akan kalah dan yang akan m em etik keuntungan adalah Blok Tim ur (Kom unis).

Akan tetapi m en in daklan juti piagam tersebut, m ulai dari p em b a h a sa n sa m p a i d en ga n p en a n d a t a n ga n t id a k p er n a h m elib a t ka n or a n g P a p u a . Seh in gga kom en t a r wa kil ket u a Presidium Dewan Papua Tom Beanal: “Kam i ini ibarat binatang y an g dipin dahkan dari satu kan dan g ke kan dan g y an g lain ……”.

Pasal-pasal d ar i New Yor k Agr eem en t ter sebu tlah yan g m erupakan lan dasan bagi pen yerahan Papua oleh pem erin tah Belanda kepada penguasa dari PBB, pem erintahan sem entara yakni UNTEA untuk selanjutnya UNTEA akan m enyerahkan Papua

Kon flik Separatis di Papua 37

Ditetapkan juga bahwa UNTEA akan m enerangkan secara lu a s t en t a n g ket en t u a n p ela ksa n a a n S elf Det er m in a t ion , Pem erintah Indonesia dan PBB akan m em berikan kesem patan pada rakyat wilayah tersebut un tuk m elaksan akan kebebasan m em ilih sesuai dengan praktek-praktek International yakni hak pilih untuk sem ua orang dewasa pria dan wanita (pasal 18 ).

Set ela h New Yor k Agr eem en t d ikelu a r ka n p em er in t a h Belanda dan Indonesia m elakukan pertem uan beberapa kali untuk m erealisasikan kesepakatan tersebut. Salah satun ya adalah di Rom a tanggal 30 Septem ber 1962 yang dikenal dengan Rom a Agreem en t . Sam pai sekarang isi perjanjian tersebut m asih m enjadi bahan perdebatan .

Pada tahun 1969 dilaksanakan PEPERA di m ana sebelum nya dilakukan sosialisasi dan konsultasi oleh pem erintah Indonesia kepada m asyarakat di 8 (delapan) kabupaten tentang pelaksanaan PEPERA. Setelah itu dibentuklah Dewan Musyawarah PEPERA ( DM P ) , t u ga s n ya a d a la h m e n ye le n gga r a k a n p e m ilih a n , pengesahan dan pelantikan wakil rakyat yang duduk dalam dewan ter sebu t. Tetap i p ad a p r aktekn ya p em ilih an an ggota d ewan dilakukan langsung oleh penguasa dan m engontrol seluruh proses seleksi DMP. Sehingga sem ula yang m em punyai hak suara adalah sem ua laki-laki dan wanita dewasa (one m an one vote) berubah m enjadi sekitar 1.0 26 suara saja (one delegation one vote) yang m er u p a ka n a n ggot a DMP . Set ela h t er ja d i p en jin a ka n d a n intim idasi m aka PEPERA berjalan di bawah kendali pem erintah In d on esia d an m em ber ikan keu n tu n gan kep ad a p em er in tah Indonesia .

”…..Kem en an gan PEPERA 1969 adalah hasil rekayasa politik oleh m ilit er In d on esia , t er u t a m a m ela lu i OPSUS (Op er a si Khusus) yan g diketuai oleh Ali Murtopo. Dalam pelaksan aan OPSUS t er sebu t d ilaku kan seju m lah op er asi m ilit er , yakn i Op er asi Sad ar , Bh ar at ayu d h a, Wibawa, Pam u n gkas. Akibat dari operasi-operasi itu telah terjadi pelan ggaran H AM yan g lu a r b ia s a b e s a r , ya k n i p e n a n gk a p a n , p e n a h a n a n , p em bu n u h an , m an ip u lasi h ak ber p olit ik r akyat , p eleceh an

38 Potret R etak N usan tara

seksu al d an p eleceh an kebu d ayaan ... “(Agu s Alu a: Pap u a Barat dari Pangkuan ke Pangkuan, hal 62).

Ko n te ks a ta u S itu a s i

1. Geografi Papua m em iliki pem bagian yan g san gat jelas dalam h al

geografis seperti: pesisir dan pedalam an atau pantai dan gunung. Per bed aan t er sebu t san gat ber p en gar u h t er h ad ap p er ilaku . Karena perbedaan geografis dapat juga berarti perbedaan etnis, bahasa dan kebudayaan sehingga sangat m elekat dengan etnisitas dan perilaku budaya yang dianut.

Orang yang berada di daerah pesisir lebih dahulu m elakukan kontak dengan eksistensi dari luar karena alasan perdagangan, penyiaran agam a dan perluasan wilayah jajahan seperti pengaruh kesultanan Ternate dan Tidore ke wilayah Papua. Mereka lebih dulu m em peroleh akses, m erantau dan m enikm ati pendidikan. Hal ini berbeda dengan orang Papua yang hidup di pedalam an, akses m er eka san gat t er bat as biasan ya h an ya m elalu i p ar a m isionaris dan jarang m eninggalkan kam pung halam annya. Tetapi kelebihannya m ereka relatif lebih kuat m em pertahanankan adat ketim bang orang di pesisir.

Dalam hal berkom un ikasi dan berekspresi, oran g pesisir lebih ser in g m en ggu n akan bah asa ver bal sed an gkan or an g pedalam an atau gunung lebih sering m enggunakan bahasa isyarat dan sedikit sekali m enggunakan bahasa lisan. Sim bol-sim bol adat yang digunakan juga berbeda, jika orang pesisir dikenal dengan Piring Gantung, Kain Tim or dan Manik-Manik – hasil barter dengan pedagang dari Cina, Tim or, Hindia dan sebagainya – m aka orang pedalam an biasanya dikenal dengan kekayaan m em iliki ternak

b a b i. Perbedaan yang sangat tajam antara orang pesisir dan gunung

ini m enjadi salah satu pem icu konflik diantara keduanya, bahkan ju ga ken yat aan in i d igu n akan oleh p ih ak-p ih ak lu ar u n t u k

Kon flik Separatis di Papua 39

Pada wilayah -wilayah yan g berbatasan lan gsun g den gan n egar a t et an gga PNG, kon flik cen d er u n g m en in gkat akibat terdapatnya konsentrasi kekuatan bersenjata baik dari kalangan TNI/ POLRI m aupun TPN/ OPM. Dem ikian juga yang terjadi pada wilayah pedalam an, akibat kurangnya pengawasan, m onitoring dan evaluasi yang dilakukan terhadap aparat pem erintah sipil dan TNI/ POLRI yang ditem patkan di sana. Begitu juga dengan wilayah yan g san gat kaya den gan sum ber daya alam karen a biasan ya ser in g ter jadi kon flik un tuk per ebutan pen gelolaan sum ber daya alam tersebut baik antara pelaku bisnis m aupun pihak keam anan.

Terhadap kabupaten-kabupaten yang m em iliki luas wilayah sangat besar seperti J ayapura, Manokwari dan Merauke. Ketika program transm igrasi diberlakukan, m aka terjadi perim bangan penduduk yang cukup dinam is – sesungguhnya tidak m enjadi sebab langsung konflik. Akan tetapi pada saat kelom pok Papua m er d eka d a la m m em p er ju a n gka n a sp ir a sin ya m en ga la m i ket egan gan bah kan keker asan d en gan p em er in t ah , m aka ter kad an g kon flik beralih — bu kan ber kem ban g – ter h ad ap pen datan g. Un tuk m en yikapi kon disi tersebut para pen datan g m ulai m elakukan penggalangan kekuatan – dibantu oleh kelom pok yang m em egang kepentingan terhadap situasi Papua yang tidak am an, m aka m ereka m ulai m engorganisir kelom pok-kelom pok dan m em buat sen jata-sen jata rakitan ,terutam a yan g terjadi di daerah pem ukim an transm igrasi seperti di Daerah sekitar Koya- Arso,J ayapura pasca desem ber 1999 , sekitar Kurik,Merauke pasca novem ber-desem ber 20 0 0 atau Wam ena pasca Oktober 2000.

2. Dem ografis J um lah penduduk Papua sangat sedikit jika dibanding luas

wilayah propinsi Papua. Perbandingan antara pendatang dengan pribum i tidak begitu jauh karena pendatang cukup banyak berada di Papua akibat program transm igrasi, walau sejak era Gus Dur

40 Potret R etak N usan tara

m asih t er u s ber lan ju t sam p ai sekar an g m elalu i kap al-kap al pelayaran m ilik PT. PELNI. Hal ini terkait dengan status Papua dengan Otonom i Khusus yang m em beri kesan di Papua banjir kesem patan berusaha lebih besar dan ada uang di m ana-m ana.

J um lah penduduk di kota-kota biasanya lebih didom inasi oleh pen datan g, terutam a yan g terjadi di wilayah – wilayah industri Sorong , Tim ika dan Merauke. Selain itu penyebaran pendatang cukup banyak di bidang swasta, m iliter dan pegawai negeri sipil. Konsentrasi penduduk pribum i lebih banyak pada daerah pedalam an .

3. Struktur politik Sebenarnya secara adat, orang Papua telah m em iliki sistem

dem okrasi lokal sen diri yan g m ereka ban gun den gan sistem Kepala Suku, Ondoafi atau Ondofolo. Kepem im pinan tokoh adat tersebut terdiri dari berbagai m acam m arga atau keret yan g bertanggungjawab pada m asing-m asing bidang kehidupan. Sistem dem okrasi tersebut dibangun dalam sistem adat m asing-m asing: p ar a-p ar a ad at. Sistem d em ok r a si lok a l ju g a sa n g a t k a y a artikulasi dalam m em berikan tanggapan terhadap reaksi yang datang dari luar kom unitasnya. Sehingga struktur politik berjalan relatif dinam is.

F a n a t is m e m a s in g- m a s in g s u k u m e r a s a m e m ilik kem am puan– kem am puan yang tidak dilebihi atau bahkan tidak dim iliki oleh suku-suku yang lainnya. Persaingan antarsuku sangat tajam dan ini terjadi di berbagai lingkup kehidupan, m isalnya u n t u k p e r n ia ga a n , k e b u d a ya a n t e r m a s u k d i k a la n ga n pem erintahan. Apabila satu suku m enduduki satu pim pinan m aka kalangan sukunya lebih cenderung m enguasai posisi di bawahnya, sehingga m udah sekali dapat dilihat bahwa pada m asa tertentu atau pada bidang tertentu didom inasi oleh suku tertentu saja. Hal ini juga disebabkan dengan latar budaya orang Papua dari m asing- m a sin g su ku ya n g m en ga n u t p a h a m big m a n seh in gga a d a anggapan bahwa tidak ada suku yang lebih tinggi dari sukunya.

Kon flik Separatis di Papua 41

Keh adiran eksisten si asin g dalam ben tuk pem erin tah an , investasi dan kekuatan m iliter lam bat laun m enghancurkan sistem dem okrasi yang telah dibangun sejak dulu. Karena pem erintah m e la lu i b e r b a ga i p e r a t u r a n t e la h b e r u s a h a m e r e d u k s i kewen an gan yan g dim iliki oleh kepala suku atau tokoh adat tersebut. Seperti pem bagian batas wilayah adm in istrasi yan g berbeda dengan batas wilayah adat.

4. Dinam ika Konflik Dinam ika konfik dim ulai dengan konflik terbuka akibat proses

PEPERA. Setelah itu konflik m enjadi sangat keras ditandai dengan penyerangan-penyerangan TPN/ OPM dan aksi-aksi m iliter TNI/ POLRI terutam a di sekitar akhir 60 -an dan awal 70 -an. Kem udian konflik agak m ereda kem bali setelah penyerangan besar-besaran m elalui operasi m iliter oleh TNI/ POLRI, akan tetapi konflik di beberapa tem pat m asih terus berlangsung secara terbuka.

Setelah itu kon flik kem bali m en cuat lebih tajam setelah r e fo r m a s i t e r u t a m a s e t e la h p e r s e t u ju a n p r e s id e n R I , Abdurrah m an Wah id yan g ketika itu m en yetujui pen gibaran bendera Bintang Kejora asalkan ukurannya lebih kecil dan tiangnya lebih rendah dari bendera Merah Putih. Akan tetapi dinam ika ini berubah tidak lagi didom inasi oleh perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh kelom pok TPN/ OPM di hutan-hutan m elainkan lebih kepada perjuangan dialogis yang diprakarsai oleh Presidium Dewan Papua (PDP). Yakn i perjuan gan yan g m en gedepan kan cara-cara dam ai berdasarkan sopan santun adat dan berm artabat.

S u m b e r Ko n flik d i P a p u a

1. Kon flik Struktural

i. Dom inasi pem erintahan dan parlem en oleh m iliter Seja k P a p u a m en ja d i b a gia n d a r i NKRI m a ka selu r u h

kepem im pinan eksekutif dan legislatif di tingkat propinsi dan kabupaten didom inasi oleh etnis non Papua dan berasal dari

42 Potret R etak N usan tara

m iliter. Hal ini terjadi sam pai sekitar tahun 1998 , walau ada r efor m asi tetapi per ubah an ter sebut tidak ber jalan cepat ka r en a d om in a si m ilit er m a sih sa ja b er p en ga r u h , p a r a pim pinan m asih m erupakan orang yang dekat dengan m iliter.

Un tu k m em per tah an akan posisi ter sebu t m aka beber apa daerah diberi label daerah m erah sehingga perlu pengawasan yang lebih ketat. Seperti daerah Merauke dan J ayapura. Dapat dipaham i karen a tern yata kon sen trasi in vestasi ada pada kedua daerah tersebut. Atau kem udian J ayawijaya, Wam ena disebut juga sebagai daerah m erah, kem udian baru dipaham i bahwa J ayawijaya m erupakan basis penduduk yang paling tinggi sehingga m em ungkinkan untuk dom inasi partai politik terten tu den gan m em an faatkan pem erin tah sipil m aupun m iliter di sana.

ii. Kebijakan yang sangat sentralistik Di beberapa daerah di luar Papua, UU yang sangat sentralistik

sangat berpengaruh terhadap kehidupan m asyarakat apalagi di Papua yang secara phisik m em punyai perbedaan ras, bukan m elayu t et ap i m elan esia. Ban yak sekali p er at u r an yan g

b er b en t u r a n d en ga n kea r ifa n loka l ya n g a d a d i Pa p u a : k e b ija k a n t e n t a n g p e n ge lo la a n s u m b e r d a ya a la m , pem bentukan sistem adm inistrasi dan keam anan dan lain- lain . Kebijakan -kebijakan tersebut m en ghan curkan sistem hukum dan dem okrasi lokal yang telah ada sebelum nya.

iii. Pertan ggun gjawaban dan proses birokrasi yan g san gat bergan tun g den gan kebijakan dari pusat sehin gga ban yak sekali hal yang seharusnya bisa diselesaikan di tingkat daerah tetapi harus diputuskan dari pusat, secara phisik m em ang harus ke J akarta. Maka banyak sekali hal kecil m enjadi besar,

h a l ya n g ga m p a n g m e n ja d i s u lit a t a u b a h k a n t id a k terselesaikan untuk kem udian m enjadi em brio konflik yang cepat sekali m eledak di kem udian hari.

Kon flik Separatis di Papua 43

2.. Kon flik Kultural § Perbedaan ras yang m em pengaurhi perbedaan kultur. Orang

Papua terkenal dengan kehidupan peram u, tidak m enentap di s a t u t e m p a t , s a n ga t m e m e ga n g a d a t , m e n gh a r ga i lingkungannya dan m em perlakukan alam dengan penuh ritus dan etika (by nature).

§ Dikeluarkannya kebijakan yang secara langsung ataupun tidak lan gsun g berpen garuh terhadap kehidupan kebudayaan di Papua. Seperti kesenian, tradisi berpakaian dan tari-tarian, bahkan juga pen ghan curan secara in stitusi: pem ben tukan LMA untuk m enandingi kom ponen adat yang sudah sangat kuat sejak dulu (by design).

3. Kon flik Perilaku Adanya diskrim inasi struktural dan perbedaan kultural m aka

biasanya m enim bulkan konflik perilaku. Dom inasi kekuasaan ada pada pen datan g, seh in gga oran g Papua diberi stereotipe kelas dua , jorok, kotor.

Kurang terbuka luasnya kom unikasi antara pendatang dan pribum i untuk m enjem batani perilaku-perilaku secara kultural yang m em ang sudah berbeda dan harus saling diketahui agar tidak m enim bulkan konflik.

P en yelen gga r a p em er in t a h a n ya n g b a n ya k m ela ku ka n penipuan dan korupsi yang terjadi secara besar-besaran, ham pir di sem ua bidan g pem erin tahan m em buat oran g Papua san gat

m em benci perilaku pendatang. Sehingga m uncul pula stereotipe buat pendatang yakni jika ada pendatang yang bekerja di Papua dan m em iliki kekayaan m aka itu pasti hasil dari korupsi.

Perilaku m iliter terutam a pasukan non organik diduga keras banyak sekali m elakukan penanangkapan, penahanan sewenang- wen a n g, in t im id a si d a n p en ga n ia ya a n ya n g m en yeb a b ka n pen deritaan bagi oran g Papua. Militer biasan ya diiden tikkan dengan pendatang bahkan kadang juga diidentikan dengan agam a

44 Potret R etak N usan tara

tertentu. Hal ini beda dengan keberadaan pendatang (orang kulit putih ) yan g m er upakan m ision ar is yan g m en yiar kan agam a. Mu la n ya or a n g Pa p u a m en gen a l or a n g ku lit p u t ih m ela lu i m isionaris yang m enyebarkan agam a dan selalu berbuat baik. Sedan gkan pertam a kali ken al oran g In don esia adalah m iliter yang datang untuk m em pertahankan Papua ke dalam NKRI dengan perilaku yan g m em buat rakyat m en derita. Akibatn ya m un cul stereotipe pendatang kulit putih selalu baik bagaikan juru selam at sedangkan pendatang Indonesia selalu m em bawa bencana buat orang Papua.

Is u a ta u Ma s a la h ya n g D iko n flikka n

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ALDP, diketahui bahwa sangat sulit m em isahkan setiap kasus hanya m em iliki issue atau berdiri sendiri karena lebih banyak ditem ukan kasus yang t er ja d i m en yu su l seket ika a t a u h a m p ir b er sa m a a n d en ga n peristiwa sebelum nya atau dapat disinyalir m erupakan rentetan kasus. Setidaknya ada 74 konflik yang terjadi di Papua dalam kurun waktu 1995 – 20 0 1 yang terdiri dari m asalah politik (49 %), m asalah ekonom i (30 %) dan m asalah budaya (21 %).

1. M asalah Politik Masalah politik adalah yang pertam a m uncul dari perjuangan

orang Papua untuk m erdeka, baik kasus yang terjadi dengan pem icunya politik m urni, seperti kasus Wam ena 6 Oktober 20 0 0 , Biak J uli 1998 , Merauke Novem ber dan Desem ber 20 0 0 m aupun dari kasus-kasus yang m uncul seolah-olah m otif ekonom i.

Catatan m enarik adalah bahwa sem ua kasus yang terjadi berkaitan dengan m otif politik selalu m engenai 2 kehendak yang berbeda yakni bergabungnya Papua ke dalam NKRI dan Papua yang m erdeka terlepas dari NKRI.Isu politik di sini tidak lagi dikategorikan pada perbedaan dan perdebatan jan gka pen dek seperti perubahan kebijakan persoalan politik pem bangunan dan

Kon flik Separatis di Papua 45

2. M asalah Ekon om i Kekayaan alam di Papua m enjadikan Papua sangat dim inati

oleh p ela ku u sa h a d a n ju ga b u ka n p ela ku u sa h a (sep er t i pem erintah, TNI/ POLRI). Kondisi ini m enyebabkan eksploitasi dan m anipulasi kekayaan alam yang sungguh luar biasa. Sehingga akhirnya sem ua kelom pok kepentingan (pelaku usaha dan bukan pelaku usaha) berbondong-bondong m endatangi dan m enguasai sum ber kekayaan alam di Papua. Rakyat sebagai pem ilik hak ulayat m enjadi kehilangan asset, akses dan kontrol terhadap kekayaan alam n ya.

Selain itu, dom in asi sen tra-sen tra ekon om i rakyat pada kelom pok etn is terten tu m en yebabkan kecem buruan sosial : peluang konflik. Konflik seperti ini biasanya tidak m uncul langsung akan tetapi terjadi atau m uncul m engikuti konflik politik. Seperti pem bakaran pasar Abepura 18 Maret 1996 setelah kedatangan jenazah Tom Wanggai dari J akarta, pem bakaran pasar Inpres Bia k a wa l J a n u a r i 19 9 5 a kib a t p er ist iwa p er kela h ia n et n is pendatang dengan pribum i. Pengrusakan dan penganiayaan di pasar Am pera Merauke tahun 1996, pem bakaran pasar Sentani Novem ber 20 0 1 m enyusul kasus penculikan dan pem bunuhan ketua PDP.

Pen gu asaan su m ber d aya alam m elalu i in vestasi selalu ber sam aan d en gan m asu kn ya p er soa la n ek on om i ke d alam kom un itas m asyarakat tersebut sehin gga sulit ditem ui bahwa seca r a ekon om is m a sya r a ka t m en ga la m i p er b a ika n t in gka t kesejahteraan akibat adanya perusahaan karena biasanya justru terjadi sebaliknya. Contoh, pada kecam atan Kim aam Merauke, dulu m asyarakat bebas m encari ikan untuk m em enuhi kebutuhan

h id u p n ya ju st r u set ela h a d a p er u sa h a a n d i Wa n a m Ca m p m asyarakat m alah dibatasi areal m encari ikan dan harga jualnya. Kem udian juga kasus tanah term urah Rp. 15,-/ m 2 = Rp.150 .0 0 0 ,- u n tu k 1.0 0 0 / m 2 di Bin tu n i u n tu k kepen tin gan in vestasi BP. Logikanya adalah tanah seluas 1.0 0 0 m 2 , tentu dapat m em enuhi

46 Potret R etak N usan tara

tetapi dengan nilai Rp.150 .0 0 0 ,- pastilah tidak m am pu m em biayai hidup seseorang untuk kurun waktu lam a.

Biasanya tahap awal perusahaan m elakukan investasi jarang sekali m elibatkan m asyarakat bahkan ada m asyarakat yang tidak m en get ah u i ar eal sesu n ggu h n ya yan g d iku asai p er u sah aan . Perusahaan selalu m enggunakan cam pur tangan pem erintah dan kekuatan TNI/ POLRI untuk m enjaga kelangsungan investasinya.

3. Sosial Buday a Masalah sosial budaya tidak saja ditandai dengan penguasaan

terhadap sum ber daya alam tetapi juga pen guasaan terhadap kearifan lokal yang telah dim iliki oleh m asyarakat adat sejak dulu, seperti sim bol, sistem dan nilai-nilai kepatutan, keharm onisan dan keseim bangan yang sem uanya tercerm in dalam kebudayaan orang Papua. Tanah yang sem ula bernilai religius m agis berubah m enjadi nilai ekonom is, ritus-ritus dan sim bol-sim bol adat yang sem ula sangat dihargai berubah m enjadi hal yang biasa-biasa saja bahkan terkadang dilecehkan. Rakyat m enjadi bingung terhadap sistem nilai dan skem a sosial yang terjadi: salah – benar, baik – buruk, penting – tidak penting, m ajikan – buruh, pekerja – pem ilik dan lain-lain.

Masu kn ya keku atan kapitalis biasan ya m er u pakan ju ga alienasi sistem dem okrasi lokal ke dalam institusi-institusi form al bu at an p em er in t ah sep er t i d iben t u kn ya LKMD, LMA d em i kepentingan pem erintah yang kem udian digunakan representase

d ar i r akyat ketika p em er in tah akan m en yelesaikan m asalah dengan rakyatnya. Intervensi pem erintah dan investor terhadap hak ulayat m enyebabkan juga konflik sosial budaya antara rakyat sendiri, seperti pada penggunaan lahan transm igrasi di desa Sota Merauke tahun 1996.

P e ra n D a n P o s is i P a ra P ih a k D a la m Ko n flik

Awalnya sebagai konflik politik m aka konflik terjadi antara

Kon flik Separatis di Papua 47

m en gin gin kan Papua terpisah dari NKRI. Akan tetapi kon disi t er seb u t kem u d ia n m em u n cu lka n b a n ya k p ih a k ya n g iku t berkon filik karen a secara geografis dan dem ografis kekayaan alam di Papua m em buat m asalah Papua tidak saja m encakup konflik Politik tetapi juga m enjadi bagian dari Konflik ekonom i, sebagai salah satu propin si terkaya pen yum ban g devisa buat pem erintah RI. Sehingga m akin banyak pihak yang terlibat dalam konflik tersebut yang kem udian m enjadi bagian secara organik m aupun terpisah dari para pihak yang awalnya berkonflik.

1. Pihak-Pihak y an g Berkon flik Sebenarnya pihak yang berkonflik secara langsung adalah

pem erintah Indonesia dengan rakyat Papua yang m enginginkan Papua berdiri sendiri tidak bergabung dalam NKRI. Pem erintah Indonesia terdiri dari para pejabat sipil (Pem erintah Pusat dan Daerah), m iliter yakni TNI dan POLRI. Sedangkan rakyat Papua m erupakan kom pon en yan g san gat terbuk a karen a bisa saja m erupakan kom ponen atau bagian orang Papua yang berada di hutan dan berjuang dengan kekuatan bersenjata (TPN/ OPM) bisa juga Satgas Papua, dan m asyarakat asli Papua yan g bergerak dalam berbagai bidang kehidupan: rakyat biasa, sipil dan juga m iliter .

2. Pihak y an g secara tidak lan gsun g ikut dalam kon flik

Kelom pok m ilisi yang biasanya dipengaruhi oleh kelom pok m iliter dan perorangan yang bertujuan untuk m em peroleh jabatan yang lebih tinggi. Bahkan di beberapa tem pat keberadaan m ilisi tersebut m ulai diprakarsai dengan m em bentuk lem baga-lem baga yang tujuannya m enghim pun kekuatan m asyarakat sipil untuk diadu dom ba, seperti pem bentukan Barisan Merah Putih ( BMP). Biasan ya praktek seperti in i m en gam bil suatu lokasi terten tu dengan m enggunakan sentim en agam a. Milisi digunakan sebagai penunjuk jalan dan orang atau juga sebagai orang yang turut

48 Potret R etak N usan tara

m elakukan penyiksaan dan digunakan (dipelihara) untuk waktu yang relatif lam a, seperti yang nam pak m ilisi di sekitar Walesi, pada peristiiwa Wam ena 1977 m erupakan penunjuk jalan dan orang bagi m iliter untuk m elakukan kekerasan terhadap rakyat Papua yang m em berontak terhadap pem erintah Indonesia, kini kelom pok yang sam a dan m ethode yang sam a digunakan juga pada peristiwa pasca penyerangan Kodim Wam ena, 4 April 20 0 3 yang baru lalu.

Pihak investor atau perusahaan dapat juga sebagai pihak yan g m en yebabkan kon flik. H al in i ditan dai den gan sem akin m araknya investasi di Papua, tetapi sangat kurang m enghargai kesepakatan yang telah dibuat bersam a dengan para pem ilik hak ulayat. Hal ini biasanya terjadi karena keterlibatan pem erintah ya n g m e m e d ia s i a n t a r a p e r u s a h a a n d e n ga n m a s ya r a k a t , m engam bil keuntungan juga. Sehingga tidak jarang penggantian hak ulayat m ilik m asyarakat dim anipulasi juga oleh pem erintah. Seperti kesepakatan pen ggan tian tan ah un tuk in vestasi BP di

Man okwari, perusahaan m em bayar sebesar Rp. 30 / m 2 , tetapi yang diberikan oleh pem erintah kepada pem ilik hak ulayat hany a Rp. 15/ m 2 . Terhadap situasi ini biasanya pihak perusahaan lepas t a n ga n (b er sem b u n yi) d a n m en yer a h ka n m a sa la h kep a d a pem er in tah kar en a pem er in tah din ilai telah juga m elakukan pen ipuan terhadap rakyatn ya sen diri.

3. Pihak-Pihak y an g M un cul Akibat Kon flik Dari konflik yang terus berkepanjangan, telah m enyebabkan

m un culn ya oran g atau pihak dalam m asyarakat yan g dapat disebut sebagai kelom pok abu-abu. Kelom pok ini bertujuan untuk m encari selam at sendiri tanpa m em perhatikan penderitaan yang dialam i oleh rakyat Papua. Terhadap pem erin tah RI, m ereka m e n ja d i a la t u n t u k m e lin d u n gi k e p e n t in ga n p e m e r in t a h sedangkan bagi pihak aparat keam anan, m ereka berfungsi sebagai sum ber inform asi. Selain itu, m ereka juga m elakukan serangkaian

Kon flik Separatis di Papua 49

cen derun g m elakukan tekan an psikologis pada rakyat den gan m enghasut, m engadu dom ba, dan m enyebarkan kebohongan.

Kelom p ok in i d ap at m u n cu l d ar i ber bagai kalan gan : p e m e r in t a h a n , a p a r a t , p o lit ik u s s a m p a i ju ga d i t in gk a t m asyarakat. Kelom pok in i aktif dan biasan ya lebih progresif untuk m enyam paikan gagasan pada pertem uan-pertem uan dan rajin m em pvokasi keadaan.

Ada juga pih ak – pih ak yan g berkepen tin gan terh adap hidupnya issue separatis di Papua, bukan saja kepentingan orang Papua yang benar-benar m au m erdeka tetapi juga kepentingan orang atau pihak yang sangat pro kepada pem erintah RI agar m er eka m en d apat per h atian kh u su s, baik d ar i segi pr om osi jabatan, peluang kerja, penggalangan dana m aupun m enikm ati kesem p a t a n ya n g leb ih b esa r sep er t i ku r su s-ku r su s d a n sekolah.Sehingga Papua selalu didesign untuk tidak am an .