Situasi M iliter dan Pen garuhn y a terhadap Prakon disi Kon flik M aluku

2. Situasi M iliter dan Pen garuhn y a terhadap Prakon disi Kon flik M aluku

2.1. Reposisi ABRI: “Kem bali ke Barak..” Menurut Marcus Mietzner, m iliter di Indonesia sebenarnya

bukan suatu kekuatan pertahanan, tetapi lebih tepat adalah sebuah in s t it u s i p o lit ik . I a p u n t id a k t e r la lu m e m p e r h a t ik a n pengem bangannya sebagai kekuatan pertahanan yang m odern. Malah aspek pendidikan dan rekruitm en personil secara baik pun

belum tertata baik. 21 Bersam aan dengan gagasan Reform asi yang pecah tahun 1998 , m uncul tuntutan agar ABRI (terutam a m elalui TNI) segera m elakukan reposisi perannya. Peran sosial politik ABRI (baca, Tentara) telah m em bantu m engkebiri hak-hak politik m asyarakat sipil dalam proses rekruitm en politik dan kekuasaan. 22 Malahan secara teoretik, sebenarnya tidak ada satupun pendapat yang m ewadahi kepentingan elem en m iliter sebagaim ana terjadi di Indonesia. Mereka m enyem bunyikan orientasi kekuasaannya dengan m enggunakan retorika sejarah TNI sebagai tentara rakyat yang bahu m em bahu m em perjuangkan Indonesia Merdeka dari

kota ke hutan, pp. 23 Hal ini m enciptakan terjadinya ‘bisnis’ m iliter yang bersem bunyi di balik oknum pengusaha tertentu. Di daerah-

d a er a h (t er m a su k Ma lu ku ), h a l it u m en im b u lka n m a sa la h tersendiri, kadang bahkan ia terbuka begitu saja.

Reposisi ABRI dengan kata lain adalah revitalisasi peran m iliter sebagai kekuatan pertahanan keam anan, dan m em berikan ruan g kepada Kepolisian un tuk m elakukan fun gsi pen jagaan ketertiban um um . Itu berarti harus dilakukan pem isahan institusi, padahal kebersam aan den gan Kepolisian itu yan g serin g kali justru dipakai sebagai celah untuk m enghindari reposisi m iliter. Dengan dem ikian tuntutan rakyat agar tentara “kem bali ke barak” m em iliki 2 (dua) perspektif, Yang pertam a, ia m erupakan upaya untuk m engem balikan fungsi tentara pada posisi yang sebenarnya yakni sebagai kekuatan pertahanan dan keam anan dalam rangka m en jaga ked au latan n egar a d ar i an cam an lu ar . Ked u a, d ar i p er sp ekt if m ilit er m er u p a ka n a n ca m a n t er h a d a p keu t u h a n

98 Pot r et R et a k N u sa n t a r a

internal, karena dengan dem ikian m aka akan terjadi banyak sekali jabatan perwira tinggi dan m enengah yang kehilangan jabatan- jabatan strategis di birokrasi m aupun bisnis. Hal ini seyogyanya turut m enciptakan kepanikan tersendiri dikalangan m iliter.

Ber sam aan d en gan tu n tu tan itu ter lih at bah wa selam a periode 1998 -1999, terjadi begitu banyak kekacauan di m ana- m ana. Peristiwa dukun santet di Banyuwangi, kerusuhan etnis di Kalim an tan , ser ta kon flik d en gan settin g agam a d i Malu ku seben arn ya dapat m en un jukkan bah wa sedan g terjadi proses “pem biaran” oleh m iliter. Hal ini cukup beralasan karena jika di am ati dari proses terjadinya kasus-kasus tersebut, berm ula dari alasan yan g oleh m asyar akat setem p at sep ele, tetap i secar a langsung disentuhkan dengan suku (Sam bas) dan agam a (Am bon). Dari hal-hal sepele itulah, konflik kem udian m em besar dan terjadi kep a n ika n ser t a ket a ku t a n ya n g lu a r b ia sa d a r i ka la n ga n m asyar akat .

J ika dianalisis lebih jauh, terdapat korelasi antara tuntutan rakyat un tuk ABRI m elakukan reposisi den gan m en yuruhn ya “kem bali ke barak” dengan terjadinya konflik-konflik bernuansa SARA di Indonesia saat itu. Salah satu dam pak yang sangat terasa

a d a la h m u n cu ln ya p er a sa a n m em b u t u h ka n “t en t a r a ” oleh m asyar akat. Ketika m asyar akat m em in ta m iliter un tuk ikut cam pur m elakukan pengam anan dan penhentian konflik secara cep at, d item u kan r etor ika m iliter bah wa m er eka ju ga in gin m ela ksa n a ka n H AM seh in gga t id a k d a p a t seca r a la n gsu n g m enem bak anggota m asyarakat. Mereka seakan-akan takut jika dikenakan pasal tentang pelanggaran H AM. Akibatnya konflik t er u s b er la n gsu n g d a n m a kin m em b esa r , p a d a h a l d en ga n m elaku kan “p em biar an ” kon flik u n t u k t er u s ber lan gsu n g –

d ika r en a ka n b elu m a d a p er in t a h d a r i kom a n d a n – it u p u n m erupakan pelanggaran terhadap HAM yang paling fatal.

Kon flik M aluk u 99

1.2 Beberapa Indikasi Keterlibatan Militer Men urut Chris Wilson pen dekatan pem erin tah terhadap

p e n ye le s a ia n ko n flik t e r la n ju r m e m b e r i p e n e ka n a n ya n g berlebihan terhadap pendekatan yang terfokus pada keam anan. Dalam pelaksanaan ternyata m odel sem acam ini tidak m em adai. Dan ini m erupakan sisa pendekatan pem erintahan Soeharto yang

otoriter. 24 Posisi m iliter yang m em iliki “fungsi ganda”, lem baga tersendiri tetapi juga pada saat yang sam a sebagai bagian dari p em er in t ah , san gat p ot en sial m en cip t akan p en yalah gu n aan kekuasaan yan g ada padan ya. Dalam kasus Maluku, terdapat banyak indikasi keterlibatan m iliter m endukung kekerasan yang terjadi dipengaruhi proses m anipulasi sym bol-sim bol sectarian. Selain itu m ereka juga m enerim a bayaran dari m asyarakat atas proteksi keam anan yang diberikan atas kem ungkinan serangan

pihak lain. 25 Aspek ini m em ang rawan dalam tubuh m iliter yang m u lai m en galam i p en gar u h p olitisasi an tar a m iliter “h ijau ” (Muslim ) dan “m erah putih” (nasionalis secular).

Dalam fenom ena J ohny Lum intang, m enunjukkan pengaruh yang luar biasa politisasi ideologis/ agam a dalam tubuh m iliter. ICMI secar a ker as m em pr otes pen em patan Lu m in tan g yan g Kr isten dalam posisi str ategis di m iliter . Selain itu ter dapat problem etnisitas dalam tubuh m iliter yang cenderung dikuasai m ilit e r J a wa , t e r u t a m a J a wa Te n ga h . Ko n d is i in i ya n g m en gakibatkan m iliter justru m en gan dun g ban yak kerawan an ketika d ilibatkan m en gatasi kon flik kom u n al (etn is, agam a,

budaya), karena m ereka sendiri sangat tidak streril. 26 Sum ber m asalah yang m em buat m iliter sulit bersikap professional tidak saja berasal dari luar, tetapi secara m endasar berasal dari dalam tubuh m iliter sen diri. Loyalitas yun ior terhadap sen ior dalam m iliter sangat berpotensi m enghasilkan struktur ketergantungan ekon om i d an kar ir yan g d apat m en d istor si loyalitas m er eka t e r h a d a p in s t it u s i m ilit e r . Ak ib a t n ya b a n ya k t e r ja d i

pen yalahgun aan kekuasaan oleh m iliter di lapan gan . 27 Ketika terjadi, sangat sulit ditangani karena sangat struktural.

Pot r et R et a k N u sa n t a r a

Teori di atas dapat dipakai m enjelaskan penanganan awal oleh m iliter yang dilakukan dalam m engatasi konflik yang pada saat it u m asih ber p u sat d i Am bon . Ket ika ker u su h an bar u m em asuki hari ke-2 (tanggal 20 J anuari 1999) datang bantuan dari Kodam Wirabuana (Makassar) wilayah kerja Mayor J enderal Suaidy Marasabessy, m iliter asal Kailolo, pulau Haruku. Dalam prosedur tetap TNI jika terjadi kekacauan dalam wilayah operasi Kodam tertentu, m aka yang harus dim intai bantuan adalah tentara organik dari Kodam bersangkutan. J ika berpatokan pada prosedur itu, m aka yan g harus didatan gkan adalah aparat dari Kodam Trikora. Ternyata hal itu tidak dilakukan. Kedatangan tentara dari Makassar saat itu sangat provokatif m enaikan eskalasi karena opini yang berkem bang adalah pengusiran orang-orang Buton, Bugis dan Makassar (BBM) oleh Kristen Maluku dari Am bon. J ika m em ang tujuan m ereka adalah m engatasi konflik yang saat itu sedan g berlan gsun g in ten sif, an ehn ya m ereka justru m elewati daerah yang saat itu sedang m engalam i pem bum ihangusan oleh m assa Muslim terhadap rum ah-rum ah pen duduk Kristen dan gereja. Selain itu dalam perjalanan m ereka m enuju pusat kota Am bon , beberapa ten tara m em beron don gkan sen jata kepada kerum unan m assa Kristen yang sem entara berdiri di jalan karena belu m m en ger t i ap a yan g seben ar n ya t er jad i. Tin d akan it u m en am bah kepan ikan m assa dan m er u n tu h kan keper cayaan m asyarakat terhadap institusi m iliter serta negara. Setelah sam pai di pusat kota Am bon, tentara dari Wirabuana m engam bil posisi “m engam ankan” Masjid Al Fatah yang saat itu diisukan telah dibakar. Pergerakan tentara di hari ke-2 konflik Maluku telah m en ega ska n kon flik a ga m a d i Ma lu ku ser t a sa n ga t efekt if m e n cip t a k a n s e n t im e n a ga m a ya n g m e wa r n a i k o n flik selan ju tn ya. 28

Dalam konteks sem acam itu posisi m iliter m em ang kritis ket ika d ih ad ap kan d en gan set id akn ya 4 an cam an t er h ad ap k e a m a n a n n a s io n a l. Per t a m a , s e l- s e l ja r in ga n t e r o r is in tern asion al yan g beroperasi di In don esia. Kedua, organ isasi

Kon flik M aluk u

Islam radikal dom estik. Ketiga, konflik agam a dan etnis. Keem pat, ger a ka n sep a r t is. 29 P em et a a n t er h a d a p a kt or -a kt or ya n g berkonflik dalam konflik di Maluku, 30 terdiri dari (1) Pem erintah In d on esia, (2) Kelom p ok Kr ist en m elalu i Fr on t Ked au lat an Maluku (FKM), dan (3) kelom pok Islam . Pem erintah Megawati “berjasa” m em asukkan Kopassus un tuk m elakukan operasin ya m en yusul tin dakan brutal yan g dilakukan Batalyon Gabun gan (Yon -Ga b ) p a d a b u la n Novem b er 2 0 0 1. Ket ika t er ja d in ya per istiwa yan g m en ewaskan 23 or an g Muslim , Laskar J ih ad m elakukan agitasi terhadap Yon-Gab dengan m enyebut m ereka “anjing RMS” dan m engancam m em bunuh Pangdam Pattim ura saat itu I Made Yasa. 31

J un i 20 0 2 pem er in tah In don esia m em ben tuk Kom an do Operasi Pem ulihan Keam anan, kerjasam a polisi dan tentara untuk m en d or on g t er cip t a n ya st a b ilit a s d a n kea m a n a n . Ket ika kekerasan m ulai berkurang di antara Islam dan Kristen, m uncul Laskar J ihad dan FKM yang justru m endorong pengorganisasian kekerasan. FKM m elakukan kam panye pem isahan Maluku bagian selatan dari NKRI. Sebaliknya Laskar J ihad yang m erupakan m ilisi Islam berbasis di J awa m enaikan suhu fanatism e agam a dan m erekrut ribuan pem uda m ilitan un tuk dijadikan an ggotan ya

yang fanatik dan dikirim ke wilayah Maluku. 32 Mereka m em asuki Maluku pada bulan Mei 20 0 0 dengan sebelum nya m elakukan kam pan ye un tuk m elawan oran g Kristen di Maluku. 33 Dalam wilayah yang dikuasainya m ereka m engim plem entasikan huum Islam . Pen erapan hukum Islam turut m en gkon disikan proses kontam inasi aparat dengan sentim en lokal m aupun sektarian. 34

Kebijakan pem erintah Indonesia yang m em berikan peran sangat besar dan cenderung tak terkontrol kepada m iliter, telah m en gkon disikan peran m iliter yan g berlebihan dalam wilayah konflik dan tidak m enciptakan piranti kontrol yang kuat untuk m engawasi kinerja m ereka. Bahkan strategi ini tidak m em berikan

kesuksesan yang signifikan. 35 Pengkondisian m iliter di Maluku m em iliki kem iripan den gan apa yan g terjadi di Tim or Tim ur.

10 2 Pot r et R et a k N u sa n t a r a

Terdapat peran m iliter yang sangat penting dalam m enentukan eskalasi konflik. Mereka m enggunakan kelom pok-kelom pok m ilisi sebagai cara yang efektif untuk m enaikan eskalasi konflik. Kadang- ka d a n g kelom p ok p r em a n b ia sa ya n g ja m a k m en ja d i cir i m asyarakat urban dipakai secara efektif dan m em buat m ereka m enjadi terorganisir bergerak dan m enggunakan senjata serta am unisi untuk kepentingan-kepentingan taktis. Nam un proteksi terhadap m ilisi pun tidak pernah bersifat perm anen. Pada saat t er t en t u m er eka (m ilisi) a ka n d ikor b a n ka n u n t u k m en ja ga kredibilitas m iliter di m ata rakyat dan publik internasional. 36

Hal itu nam pak m elalui pengakuan Berty Loupaty – leader of

a Christian m ilitia group “Gan g Coker” . Dalam pengakuannya (dirilis M ajalah Tem po) Coker terlibat dalam 13 insiden dim ana

9 insiden di antaranya m elibatkan anggota Kopassus. Pada bulan Oktober 20 0 2 polisi m enem ukan bahwa kelom pok ini m enikm ati p r o t e k s i k h u s u s d a r i Ko p a s s u s . 37 Da n in i m e m b e n a r k a n terdapatnya peranan m iliter m elatih atau m em bantu para m ilisi terlibat dalam konflik horizontal. Term asuk tidak adanya peranan yang berarti dari para m iliter yang ditugaskan ke Maluku (90 0 0 tentara, 20 0 0 polisi tam bahan, 50 0 m arinir, yang dibagi dalam

15 batalyon . 38 Peristiwa pen yeran gan dan pem ban taian yan g dilakukan di desa Soya, oleh para peneliti dan aktivis disam akan dengan peristiwa “dukun santet” di Banyuwangi. Dalam kedua p er ist iwa it u d ip er oleh d a t a t en t a n g ket er lib a t a n seju m la h personel Kopassus dalam penyerangan tersebut. Terdapat pola operasi yan g m irip an tara keduan ya den gan pem ain tun ggal; an tara lain m en ggun akan cadar pen utup wajah, dan seragam m iliter dengan senjata standar M-16, bayonet, dan bom tangan. Bahkan kuat dugaan ada beberapa veteran Ban yuwan gi yan g terlibat di Maluku ditandai pola operasi lapangan yang sam a. 39