Kon disi Am bon pra-Kon flik M u n cu ln ya wa ca n a d is k u s i ya n g b e r p u s a t p a d a ga ga s a n
4. Kon disi Am bon pra-Kon flik M u n cu ln ya wa ca n a d is k u s i ya n g b e r p u s a t p a d a ga ga s a n
pem baharuan dan revitalisasi Islam yang m akin m enguat pada pertengahan tahun 1990 -an telah m em pengaruhi proses politik lokal di Maluku. Salah satu yan g kuat terasa adalah settin g
Kon flik M aluk u
m erupakan bagian dari elite kekuasaan m aupun tem pat untuk m em b in a elit e keku a sa a n ya n g b a r u . 43 Per h a t ia n t er h a d a p dinam ika politik dan proses-proses kekuasaan yang terdapat di dalam n ya turut m en jadi isu yan g han gat dibicarakan . Dalam beberapa diskusi yang pernah diselenggarakan di Am bon, alur pikir yang dikem ukakan adalah juga m engenai dom inasi orang- orang Kristen dalam birokrasi dan lem baga-lem baga pendidikan di Maluku. Hal ini dianggap karena alasan historis; pada m asa kolon ialism e kelom pok in i yan g lebih dulu disiapkan karen a faktor kesam aan agam a, yang sekaligus diartikan sebagai kesam aan kepen tin gan .
Untuk itu m aka dilakukan gagasan perim bangan yang lebih banyak sebagai jalan keluar m engatasi kondisi Islam yang m arjinal secara kuantitatif, bukan kualitatif. Hal itu dipengaruhi pem ikiran bahwa Islam harus m engejar ketertinggalannya dalam proses kekuasaan
ka r en a seca r a ku a n t it a t if m er eka d om in a n . 44 P a d a m a sa p em er in t a h a n Gu b er n u r Akib La t u con sin a – ya n g d i a wa l diintroduksi Gubernur Hasan Slam et– kebijakan itu dilakukan secar a m aksim al. Ban yak p en er im aan p egawai n eger i yan g didasarkan perim bangan agam a, daripada uji kelayakan. Salah satu akibatnya adalah banyak pendatang dari Sulawesi Selatan/ Tenggara yang m elam ar untuk m enjadi PNS di Propinsi Maluku dan diterim a. Yan g m en jadi persoalan adalah ketika m ereka m enjadi PNS, m ereka kem udian kem bali ke daerahnya sehingga kapasitas PNS di Maluku tetap tidak ada pertam bahan signifikan. 45
P e r s o a la n la in a d a la h t e r ja d in ya p e n ge lo m p o k a n pem ukim an pendatang yang ekslusif nam un kum uh pada wilayah p a sa r d a n loka si-loka si d i sekit a r it u . 46 Kon d isi in i b u ka n m erupakan ciri dari penduduk setem pat, Islam m aupun Kristen. Dengan m unculnya kantong-kantong pem ukim an yang berada di luar jangkauan pem erintahan daerah juga m engakibatkan m ereka sulit dikontrol oleh aparat setem pat. Dari kalangan ini juga m uncul
b eb er a p a p er ku m p u la n p r em a n ya n g b er ger a k d i s ekit a r per tokoan d an tem pat-tem pat ker am aian . 47 Ter jad i pr aktek
10 6 Pot r et R et a k N u sa n t a r a
broker yang dilakukan oleh distributor kecil dari kelom pok BBM untuk m enguasai barang dan m enentukan harga barang. Sebagian besar para petani terjebak praktek ijon dari kalangan ini. Akibatnya, hubungan di antara m ereka pun tidak terlam pau baik. Dalam kaitan itu tidak sepenuhnya benar apa yang dikatakan Ronald Titaheluw (dosen Fakultas Hukum UNPATTI) bahwa dom inasi m igran (BBM) telah m enggantikan peran tante-tante papalele
yang dulu m enguasai pasar tradisional. 48 Sebenarnya persaingan secara langsung bukan terjadi di antara pedagang m igran dengan tan te-tan te papalele , tetapi justru persaingan di antara penduduk Islam lokal dengan para m igran. Hal ini lebih em pirik karena orientasi ke bidang ekonom i (sektor inform al) sebenarnya jauh lebih kuat di kalangan penduduk desa-desa m uslim . 49
Di kalangan pem uda dan m ahasiswa pun sejak reform asi digulirkan telah terjadi polarisasi kepentingan kelom pok (baca, agam a) yang m akin m enguat. Kalangan m ahasiswa di UNPATTI terjebak dalam dikotom i Islam -Kristen dalam m em persoalkan p r oses-p r oses d in a m ika keh id u p a n b er ka m p u s. P en en t u a n jabatan Rektor dan Pem bantu Rektor, serta jabatan Dekan di fakultas-fakultas m en jadi san gat politis dan dian ggap sebagai bagian dari proses kekuasaan. Muncul kubu-kubu yang saling berseberan gan dan m ulai m em persoalkan relasi an tar subjek dengan m engam bil latar perbedaan Islam dan Kristen. Banyak kritik dilontarkan oleh kelom pok-kelom pok taktis dari kalangan m a h a siswa ya n g m elih a t b a h wa kep em im p in a n d i t in gka t m ahasiswa m aupun rektorat sarat dengan kepentingan agam a tertentu (baca, Kristen). Presentase dosen pun dipersoalkan, dan m er eka m u la i m en ga m b il ja la n kelu a r d en ga n m ela ku ka n
perim bangan m enurut agam a. 50 Sam pai dengan terjadinya konflik hal itu relatif belum terselesaikan.
Dalam proses reform asi sentim en agam a serta prim ordial m ulai dihem buskan . H ubun gan di an tara kelom pok Cipayun g m ulai tidak “m esra”. Konflik tidak saja terjadi di antara organisasi yang berbeda, tetapi juga dalam internal organisasi. Ada tarik
Kon flik M aluk u
m enarik di antara kekuatan Leihitu versus Hatuhaha, juga kekuatan Maluku Tenggara, selain Islam -Kristen. Munculnya FKKI (Forum Kesatuan dan Persatuan Indonesia) yang dibentuk m inus HMI m enam bah pelik suasana dan dinam ika politik di Maluku saat itu. Terjadi sikap salin g curiga di kalan gan m ahasiswa yan g juga m ewarn ai terjadin ya “Batugajah Berdarah”, Nopem ber 1998 . 51 Dalam peristiwa itu banyak aktivis m ahasiswa Kristen yang m enjadi sasaran (dipukul dan disiksa) aparat keam anan sehingga terpaksa harus diinapkan pada beberapa rum ah sakit di kota Am bon. Peristiwa pem bakaran gedung gereja Ketapang di tengah-tengah gerakan reform asi juga turut m enam bah sentim en agam a di antara para aktivis. Ketidaktuntasan m enyelesaikan m asalah itu turut m endorong radikalisasi m assa yang m enyebar hingga ke m assa
rakyat. 52 Tum buh rasa saling curiga di antara elem en m ahasiswa yang berbias ke m asyarakat.
Keem pat faktor di atas dapat dipakai untuk m elihat dinam ika Maluku (exactly , Kota Am bon) pada saat m enjelang terjadinya 19 J anuari 1999. Ia m erupakan kondisi yang m ungkin saja tidak secara langsung m em iliki hubungan kausalitas, nam un ia turut m e n gk o n d is ik a n k o gn is i m a s ya r a k a t d a la m m e m b e r ik a n pem benaran m engenai situasi yang terjadi. Posisi kognisi itu pula ya n g m e n ga k ib a t k a n p e r a n r a k ya t b u k a n h a n ya s e b a t a s “penonton” pasif, tetapi juga sebagai “pem ain” yang dihadirkan dalam settin g yan g tidak diketahui pasti. Perulan gan proses konflik dengan m odus yang sam a, tidak digunakan sebagai proses penyadaran, tetapi justru efektif untuk m em bangkitkan em osional publik tidak saja secara horizontal, tetapi juga vertikal – sebagai akibat tidak tun tasn ya pem erin tah m en yelesaikan persoalan - persoalan itu.
Pot r et R et a k N u sa n t a r a