3. Macam-macam kredit
Dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan sama sekali tidak menyinggung tentang macam-macam kredit. Meskipun
demikian dalam praktek perbankan kredit-kredit yang pernah diberikan kepada nasabahnya dapat dilihat dari :
- menurut jangka waktunya, terdapat tiga macam kredit yaitu kredit jangka pendek adalah kredit yang berjangka waktu paling lama satu tahun, kredit
jangka waktu menengah yaitu kredit yang berjangka waktu antara satu tahun sampai dengan tiga tahun serta kredit jangka panjang yaitu kredit yang jangka
waktunya lebih dari tiga tahun; - menurut kegunaannya, kredit dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu
kredit investasi adalah penanaman modal, kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan untuk kepentingan kelancaran modal kerja nasabah serta kredit
profesi adalah kredit ini diberikan kepada nasabah semata-mata untuk kepentingan profesinya;
- menurut pemakaiannya, dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan kepada nasabah untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari serta kredit produktif adalah diberikan untuk keperluan usaha nasabah agar produktifitasnya akan bertambah meningkat.
Bentuk kredit ini dapat berupa kredit investasi dan kredit modal kerja; - sektor yang dibiayai, selain yang disebut di atas masih ada beberapa macam
kredit yang diberikan kepada nasabah dipandang dari sektor yang dibiayai bank,
adalah sebagai berikut antara lain kredit perdagangan, kredit pemborongan, kredit pertanian, kredit peternakan, kredit perhotelan, kredit percetakan, kredit
pengangkutan, kredit perindustrian.
32
4. Pengertian Perjanjian Kredit
Pengertian tentang perjanjian kredit belum dirumuskan dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998. Oleh karenanya perlu untuk memahami
pengertian perjanjian kredit menurut pakar hukum antara lain : Subekti berpendapat bahwa : ”Dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu
diadakan, dalam semuanya itu pada hakikatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam meminjam sebagaimana diatur oleh KUH Perdata Pasal 1754
sampai dengan Pasal 1769.”
33
Menurut Sutan Remy Sjahdeini, bahwa perjanjian kredit bukanlah perjanjian riil serta perjanjian kredit memiliki ciri-ciri:
a. Sifat konsensual yang merupakan ciri pertama, tetapi hak debitur untuk
dapat menarik atau kewajiban bank untuk menyediakan kredit, masih tergantung pada terpenuhinya semua syarat yang ditentukan di dalam
perjanjian kredit; b.
Kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur tidak dapat digunakan secara leluasa untuk keperluan atau tujuan tertentu oleh debitur;
32
Eugenia Liliawati Mujono, Tinjauan Yuridis UU No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Dalam Kaitannya Dengan Pemberian Kredit Oleh Perbankan, Harvarindo, Jakarta, 2003, hal 9.
33
R. Subekti, Op. Cit., halaman 13.
c. Kredit bank hanya dapat digunakan menurut cara tertentu, yaitu dengan
menggunakan cek atau perintah pemindahbukuan. Pada perjanjian kredit bank, kredit tidak pernah diserahkan oleh bank ke dalam kekuasaan
mutlak debitur.
34
Perjanjian kredit harus diperhatikan baik oleh kreditur maupun debitur, karena perjanjian kredit merupakan dasar hubungan kontraktual antara para pihak.
Adapun fungsi perjanjian kredit adalah sebagai berikut : a.
perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan suatu yang menentukan batal atau tidaknya perjanjian lain
yang mengikutinya; b. perjanjian kredit sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan
kewajiban di antara kreditur dan debitur; c. perjanjian kredit sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.
5. Perjanjian Kredit Sebagai Perjanjian Standar