milik ownership. Hak milik itu baru berpindah, apabila diperjanjikan tersendiri yang disebut perjanjian yang bersifat kebendaan.
3. Syarat sahnya perjanjian
Dalam Pasal 1320 KUH Perdata disebutkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu :
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; Maksudnya dengan telah dicapainya kesepakatan di antara
para pihak tentang hal-hal pokok yang dimaksudkan dalam perjanjian yang bersangkutan, maka lahirlah perjanjian itu atau
mengikatlah perjanjian itu bagi mereka yang membuatnya.
22
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; Dalam Pasal 1329 KUH Perdata menentukan bahwa :
“Setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tak cakap”. Sedangkan Pasal 1330
KUH Perdata menentukan orang-orang yang termasuk tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian yaitu :
1 orang-orang yang belum dewasa;
2 mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;
3 orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh
undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa
22
Ibid, halaman 19.
undang-undang telah melarang membuat persetujuan-persetujuan tertentu.
23
Mengenai hal tersebut sudah tidak berlaku lagi dengan keluarnya SEMA Nomor 3 tahun 1963.
c. Suatu hal tertentu; Maksudnya adalah obyek dari perjanjian dan haruslah merupakan
barang-barang yang dapat diperdagangkan dan bukan barang-barang yang dipergunakan untuk kepentingan umum.
24
d. Suatu sebab yang halal. Suatu sebab dikatakan halal apabila tidak palsu dan
terlarang, maksudnya sebab tersebut diadakan oleh para pihak tidak menutupi atau menyelubungi sebab yang sebenarnya serta tidak
bertentangan dengan undang-undang, atau bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum.
25
Persyaratan kesatu dan kedua merupakan syarat subyektif, karena berhubungan dengan orang sebagai subyek yang mengadakan
perjanjian. Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada subyek tidak menjadikan perjanjian tersebut menjadi batal dengan sendirinya, tetapi
memberi kemungkinan untuk dibatalkan dengan tuntutan. Sedangkan persyaratan ketiga dan keempat merupakan syarat obyektif karena
23
Ibid, halaman 22.
24
Ibid, halaman 23.
25
Ibid, halaman 25.
menyangkut obyek perjanjian. Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada obyeknya mengakibatkan perjanjian tersebut batal demi hukum.
26
4. Prestasi dan Wanprestasi