Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan di PT. Bank Tabungan

Adapun tujuan dari penyelamatan melalui Pengadilan Negeri khusus bagi debitur-debitur seperti kriteria tersebut di atas, adalah hanya untuk shock terapi karena biasanya orang awam tidak mau berurusan dengan Pengadilan sehingga debitur sesegera mungkin melakukan kewajiban-kewajibannya terhadap PT. Bank Tabungan Negara Persero.

4.2. Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan di PT. Bank Tabungan

Negara Persero Menurut UU No. 4 tahun 1996 tentang UUHT, bahwa eksekusi Hak Tanggungan dalam penjualan lelang, permohonan lelangnya harus dilampiri : a. Sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan; b. Sertipikat Hak Tanggungan; c. SKPT Surat Keterangan Pendaftaran Tanah; d. Perincian hutang; e. Surat Pernyataan dari kreditur, bahwa kreditur bertanggung jawab atas obyek lelang baik secara perdata maupun secara pidana. Dalam prakteknya, eksekusi Hak Tanggungan menurut UU No. 4 tahun 1996 tentang UUHT belum efektif digunakan oleh PT. Bank Tabungan Negara Persero karena PT. Bank Tabungan Negara Persero sebagai salah satu bank pemerintah dalam melakukan eksekusi Hak Tanggungan untuk memperoleh piutangnya kembali harus melalui prosedur sebagaimana diatur dalam UU No. 49 PrP tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara PUPN, bahwa penyelesaian kredit macet ditempuh melalui PUPN, apabila oleh PUPN diputuskan dieksekusi maka penjualan dilakukan secara lelang melalui Kantor Lelang Negara KLN. PUPN berwenang mengurus piutang negara macet yang diserahkan berdasarkan ketentuan penyerahan piutang negara. Piutang yang telah jatuh tempo dan belum dinyatakan macet pada tingkat pertama pada prinsipnya diselesaikan kepengurusannya oleh kreditur yang bersangkutan sampai piutang tersebut dinyatakan macet. Jika piutangnya telah dikategorikan macet, maka PT. Bank Tabungan Negara Persero wajib menyerahkan pengurusan piutang tersebut kepada PUPN. Hal tersebut dilakukan harus segera diurus untuk menghindari negara akan dirugikan. Adapun permohonan tersebut harus dilampiri oleh : a. Panggilan pertama dan terakhir b. Pernyataan Bersama antara Kreditur dan PUPN c. Surat Paksa d. Surat Pernyataan dari Kreditur, bahwa kreditur bertanggung jawab atas obyek lelang baik secara perdata maupun pidana. e. SPPBS Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan Seluruh persyaratan tersebut diserahkan ke PUPN bagian Seksi Piutang Negara lalu akan dilaksanakan oleh KP2LN bagian Seksi Pelayanan Lelang.

B. PEMBAHASAN

1. EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DALAM PRAKTEK DI PT. BANK TABUNGAN NEGARA PERSERO CABANG SEMARANG

Undang-Undang No. 4 tahun 1996, tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah mulai berlaku pada tanggal 9 April 1996. Dengan berlakunya UUHT, ketentuan tentang creditverband sebagaimana tersebut dalam Staatsblad 1908-542 jo Staatsblad 1937-190 dan ketentuan tentang hypothteek sebagaimana tersebut dalam buku II KUH Perdata sepanjang tentang pembebanan Hak Tanggungan, pada hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah dinyatakan tidak berlaku lagi. Kredit macet adalah suatu resiko yang tidak dapat dihindari oleh setiap bank dalam pemberian kredit. Dalam kondisi-kondisi tertentu dapat disebabkan oleh berbagai faktor, selalu dimungkinkan terdapat debitur yang tidak dapat memenuhi prestasinya kepada bank yaitu dalam hal pembayaran kredit sesuai perjanjian. Pada PT. Bank Tabungan Negara Persero, eksekusi terhadap barang agunan adalah upaya terakhir yang dilakukan dalam mengatasi kredit macet. Kredit macet sangat mempengaruhi kelancaran usaha