Kajian Tekstual Tangis Beru Si Jahe
4.1 Kajian Tekstual Tangis Beru Si Jahe
4.1.1 Analisis Semiotik Terhadap Teks Tangis Beru Si Jahe menangisi inangna dan menangisi puhunna oleh Ibu Tamma Br.Bancin
Penulis menggunakan teori semiotika untuk menjelaskan tentang isi daripada teks tangis beru si jahe. Seperti yang telah disebutkan dalam BAB I Halaman 16, bahwa Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhu- bungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Semiotika dan teori komunikasi adalah dua hal yang sangat mirip sehingga sering disebut sebagai semiotika komunikasi. Komunikasi terjadi dengan perantaraan tanda-tanda dengan mengemukakan sesuatu (representamen) berdasarkan makna
denotatum, 12 designatum atau makna yang ditunjuknya. Dalam melakukan analisis semiotika, pembahasannya antara lain mencakup pada hal-hal yang
berkaitan dengan: semiotika binatang (zoosemiotics); paralinguistik (paralinguistics); bahasa alam (natural language); komunikasi visual (visual communication ); kode-kode musik (musical codes); kode rahasia; sistim objek;
dan lain-lain. 13
Sebelum menganalisis bagaimana makna dan struktur dari teks tangis beru si jahe , penulis lebih dahulu akan menuliskan teks dari nyanyian tersebut. Berikut
12 Tesis Torang Naiborhu 12 Tesis Torang Naiborhu
Penyaji tangis : Tamma Br.Bancin Tempat Rec. : Desa Sukaramai, Pakpak Bharat Tanggal Rec. : 25 juli 2014 Oleh
: Erni Juita BN
Ket
: (P) Pakpak, (I) Indonesia
(P) : Nang...nggom (nggo mo) ko peahen kono menuman berumu le nang ni beruna
(I) : Ibu...apakah engkau telah bosan mengasuh putrimu, tidakkah engkau mengingat bagaimana sakitnya melahirkan aku
(P) : Nang...padan mo ko kepeken mengayak oles deba metem engket emas nggersing asa berumu i penuman numan kono inang ni beruna
(I) : Mengapa ibu hanya menginginkan kain yang mahal dan emas yang begitu banyak tanpa mengingat bagaimana sakitnya melahirkan aku
(P) : O...kepeken bage memurpurken lae mbergoh kono karinana mendahi daging simelala
(I) : O...sepertinya Ibu hanya menginginkan kemewahan itu tanpa memikirkan perasaan Putrimu. Dan menganggap bahwa aku sudah mati
(P) : Nang...padin mo kepeken inang ni beruna engket bapani beruna mengayaki oles deba metem, emas deba nggersing sa berumu i penuman numan ko inang ni beruna
(I) : Ternyata lebih bagi Bapak dan Ibu menginginkan kain yang mahal, dan emas yang banyak tanpa memikirkan bagimana perasaan putrimu ini
(P) : O...molo padinken enda tah terjampa-jampa mo berumu i ladang ni kalak le nang ni beruna
(I) : O..kalaulah aku sudah pergi kekampung yang akan kutuju, aku bagaikan seseorang yang tidak tau arah dan tujuan
(P) : Nang...mela kalak menuman berumu tah tertingkah lae nciho si cegen, tertingkah lae meletuk molo cibon berumu i ladang ni kalak le inang ni beruna
(I) : akan merasa malulah aku nantinya jika aku tidak tau tujuan mereka. Apabila nanti aku dikampung orang, aku salah tingkah dan tak tau apa yang harus kukerjakan
(P) : Nang...mela kono menuman berumu pateari sada pe pateari dua bekas berumu, ulang ko sondat mermari mangan taba berumu le nang ni beruna
(I) : Ibu..ketika aku sudah berada dikampung orang maka ingatlah putrimu ini hari demi hari
(P) : Nang...mela kalak menuman berumu tah bage pilian mencalit sora ni kalak bage renggur mesora
(I) : padahal, bagaimana perasaanmu jika putri orang lain merasakan apa yang aku rasakan ini dimana engkau mengeluarkan suara sekuat bunyi petir ketika dia tidak tau harus berbuat apa dan mengerjakan apa
(P) : Nang...mela podinken enda berumu, tah terjampa-jampa berumu mengkuso kusoi bage manuk medemken berumu i ladang ni kalak le nang ni beruna
(I) : Bisa saja nanti putrimu ini merasa bingung karena dia tidak tau apa yang akan dia perbuat
(P) : Nang...tah mengkuso kusoi mo berumu dalan mi juma, tah dalan mi lae mo berumu podinken enda ladang ni kalak inang ni beruna
(I) : karena kebingungannya maka putrimu bagaikan seseorang yang tidak tau jalan menuju ladang, dan jalan menuju sungai
(P) : Nang...menadingken page ntasak mendapatken page tuhur mo berumu menadingken si nggo ramah mendapatken lako ki tutur berumu le nang ni beruna
(I) : Ibu...aku akan meninggalkan semua kebiasaanku saat masih bersamamu dan akan menjumpai hal yang baru serta memulai kehidupan dari awal
(P) : O...mela berumu podinken enda tah bage biah merdokar mo i ladang ni kalak ibaen deba berumu le nang ni beruna
(I) : O..kalaulah aku dipaksakan menikah, apakah kamu pernah memikirkan bahwa mereka nantinya hanya menjadikanku untuk memperbanyak keturunan mereka
(P) : Nang...cemal kin ngo i bere kono berumu pateari sada pe pateari dua bekas berumu oda ko sondat mermari ko mangan tabah berumu le nang ni beruna
(I) : Ibu..ketika aku sudah berada dikampung orang maka ingatlah putrimu ini hari demi hari, ingatlah bagaimana selama ini engkau menyediakan apa yang aku perlukan.
(P) : Nang...mela podinken enda mela kalak menuman berumu tah bage renggur mencalit me sora ni kalak menergang berumu inang ni beruna
(I) : lebih baik aku tinggal saja dirumah ini daripada nantinya aku diperlakukan tidak baik dirumah orang lain
(P) : O...padin mo ko kepeken mengayaki emas deba nggersing, oles deba metem asa berumu i penuman numan ko le nang ni beruna
(I) : Mengapa ibu hanya menginginkan kain yang mahal dan emas yang begitu banyak tanpa mengingat bagaimana sakitnya melahirkan aku
(P) : Nang...menisi nisi mo berumu bage sira si kurang mbue sili sili tah menisi nisi mo berumu sili so sili bage sira si kurang mbue le nang ni beruna
(I) : dirumah yang akan aku tuju, aku akan terasing selalu karena aku belum mengenal mereka
(P) : O...tah bage biahat merdokar me sora ni kalak ndahi berumu le nang ni beruna
(I) : seperti suara harimau yang akan menerkam mangsanya lah nantinya suara mereka kepadaku jika aku tidak tau apa yang akan aku kerjakan
(P) : Nang...ipurpurken kono pe berumu i tabah berumu perosongenna sirang tanoh mate
(I) : Sama saja engkau menyuruh aku untuk bunuh diri jika aku jadi dengan pilihanmu
(P) : Nang...mela kono menuman berumu batang-batang si kurang monggal, uruk-uruk si kurang dates bekas berumu tertabah bekas berumu kabar- kabar oda ko sondat merborih lako mangan bage ntualuh kebonen ari, sora berumu mendok mangan le inang ni beruna
(I) : padahal nanti putrimu seperti salah duduk dan salah berdiri dalam mengerjakan segala pekerjaan di keluarga yang kutuju. Ingatlah putrimu ini selalu Ibu, yang memanggil-manggilmu pada saat kelaparan.
(P) : O...mela kalak menuman berumu tah bage pulian cu merpari bage renggur mencalit sora ni kalak inang ni beruna
(I) : padahal, bagaimana perasaanmu jika putri orang lain merasakan apa yang aku rasakan ini dimana engkau mengeluarkan suara sekuat bunyi petir ketika dia tidak tau harus berbuat apa dan mengerjakan apa
(P) : Nang...tah bage tertingkah lae nciho mela cibon, tertingkah lae meletuk mo beru mu le nang ni beruna
(I) : merasa malulah nantinya aku, seolah-olah aku tidak tahu ke mana arah dan tujuan hidupku.
Berikut isi teks tangis beru si jahe menangisi Puhunna (P)
: Nang...nggo mo kepeken Bapani bere berena menuman daging si melala 14
(I)
: Paman ternyata aku sama saja seperti orang yang sudah meninggal
(P) : Nang padin mo ko kepeken bapani bere berena menuman kalak asa beremu i penuman numan kono bapani bere berena
14 Daging si melala: merupakan perumpamaan dalam bahasa Pakpak untuk menyebutkan
(I) : Ternyata engkau Paman sama saja seperti orang lain yang sama sekali tidak memperdulikan perasaan keponakanmu
(P) : Nang mela kono menuman beremu, nggo kepe peahen kono menuman beremu bapa ni bere berena
(I) : Engkau merasa malu memiliki keponakan seperti ku, dan ternyata engkau tidak memperdulikan apa yang ku rasakan
(P) : Nang...nggo mo kepeken karinana memurpurken daging si melala inang ni beruna dekket bapani berruna puhun ni turang dekket bapani bere berena
(I) : Ternyata orang tuaku menganggap aku seperti orang sudah mati demikian halnya dengan engkau paman
(P) : Nang...bage memurpurken lae mbergoh mo ko kepeken menuman daging si melala bapa ni bere berena
(I) : Engkau seperti hanya menginginkan kemewahan tanpa tahu bagaimana perasaanku paman
(P) : Nang...karinana ke kepeken nggo peahen menuman daging si melala sa memurpurken lae mbergoh mo kepeken kene tabah daging si melala bapa ni bere berena
(I) : Semua sudah menganggap bahwa aku sudah mati dan tidak seorangpun memikirkan perasaanku paman
4.1.2 Isi Teks
Jika dilihat dari makna dan struktur teks yang tertera diatas, penulis meyakini bahwa ada beberapa pesan yang terkandung didalamnya. Mulai dari perpisahan:
Teks di atas menceritakan tentang bagaimana penyaji mengungkapkan isi hatinya kepada ibu dan pamannya saat dia hendak dinikahkan. Dia menuduh bahwa ibunya sudah tidak lagi menyayanginya, tidak lagi perduli akan kehidupannya kedepan dan menuduh ibunya mencampakkannya. Dia merasa khawatir jika nantinya dikeluarganya yang baru dia hanya dijadikan sebagai pembantu, diasingkan bahkan dianggap hanya untuk memperbanyak keturunan saja, ditelantarkan dan hanya dijadikan sebagai pembantu. Dia merasa khawatir Teks di atas menceritakan tentang bagaimana penyaji mengungkapkan isi hatinya kepada ibu dan pamannya saat dia hendak dinikahkan. Dia menuduh bahwa ibunya sudah tidak lagi menyayanginya, tidak lagi perduli akan kehidupannya kedepan dan menuduh ibunya mencampakkannya. Dia merasa khawatir jika nantinya dikeluarganya yang baru dia hanya dijadikan sebagai pembantu, diasingkan bahkan dianggap hanya untuk memperbanyak keturunan saja, ditelantarkan dan hanya dijadikan sebagai pembantu. Dia merasa khawatir
Demikian halnya dengan tangis yang ditujukan kepada Paman (Puhun: memiliki kedudukan tertinggi dalam perlakuan adat). Dia menginginkan dukungan dari pamannya, supaya perkawinan yang telah disetujui Ayah dan Ibunya, dapat dibatalkan oleh paman. Dia juga menuduh bahwa Pamannya sudah tidak lagi menyayanginya bahkan tidak memikirkan tentang perasaannya.
4.1.3 Makna Teks
Penyaji dalam teks tangis beru si jahe pada umumnya menggunakan kiasan dan perumpamaan. Ada terdapat beberapa makna yang saya lihat dari isi teks tersebut, yaitu: Sebagai ungkapan rasa sedih dan rasa takut akan apa yang nantinya akan dirasakan beru si jahe di kehidupan keluarganya yang baru. Misalnya beberapa isi teks berikut yang menyatakan harapan dari beru si jahe pada saat dia tidak bersama dengan orang tuanya “Nang...mela kono menuman berumu pateari sada pe pateari dua bekas berumu, ulang ko sondat mermari mangan taba berumu le nang ni beruna. Ibu..ketika aku sudah berada dikampung orang maka ingatlah putrimu ini hari demi hari.
Berikutnya ada juga tuduhan beru si jahe terhadap orangtuanya bahwa mereka tidak memikirkan perasaaan putrinya seperti ungkapan berikut “Nang...padin mo kepeken inang ni beruna engket bapani beruna mengayaki oles deba metem, emas deba nggersing sa berumu i penuman numan ko inang ni Berikutnya ada juga tuduhan beru si jahe terhadap orangtuanya bahwa mereka tidak memikirkan perasaaan putrinya seperti ungkapan berikut “Nang...padin mo kepeken inang ni beruna engket bapani beruna mengayaki oles deba metem, emas deba nggersing sa berumu i penuman numan ko inang ni
Makna selanjutnya adalah harapan dan doa kepada keluarga yang akan ditinggalkan oleh beru si jahe “Nang...cemal kin ngo i bere kono berumu pateari sada pe pateari dua bekas berumu oda ko sondat mermari ko mangan tabah berumu le nang ni beruna. Ibu..ketika aku sudah berada dikampung orang maka ingatlah putrimu ini hari demi hari, ingatlah bagaimana selama ini engkau menyediakan apa yang aku perlukan.”
Dan ungkapan berikut “Nang...menadingken page ntasak mendapatken page tuhur mo berumu menadingken si nggo ramah mendapatken lako ki tutur berumu le nang ni beruna. Ibu...aku akan meninggalkan semua kebiasaanku saat masih bersamamu dan akan menjumpai hal yang baru serta memulai kehidupan dari awal.”
4.1.4 Pemilihan Teks
Dalam teks tangis beru si jahe, terdapat istilah-istilah yang digunakan penyaji tangis dalam penyampaian kata-kata tangisannya. Dengan kata lain, istilah itu ditujukan kepada orang-orang yang ditangisinya, seperti pada contoh berikut ini.
Nang ni beruna sebutan untuk Ibu (Ibu dari Putrimu) Bapa ni beruna
sebutan untuk Ayah (Ayah dari Putrimu) Bapa ni bere-berena
sebutan untuk Paman (Paman dari Keponakan)