Kajian Musikal Tangis Beru Si Jahe

4.2 Kajian Musikal Tangis Beru Si Jahe

Penulis berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh William P.Malm Penulis berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh William P.Malm

Garis paranada yang memiliki lima buah garis paranada dan empat buah spasi dengan tanda kunci G

Simbol yang menyatakan freemeter

Terdiri atas empat buah not 1/16 yang digabung menjadi seperempat ketuk

Terdiri atas dua buah not 1/16 yang digabung menjadi seperempat ketuk

Tanda istirahat (rest) ½ yang bernilai dua ketuk

Tanda istirahat (rest) ¼ yang bernilai satu ketuk

Tanda istirahat (rest) 1/16 yang bernilai ¼ ketuk

4.2.1 Tangga Nada ( Scale)

Dalam pendeskripsian tangga nada, penulis membuat urutan-urutan dari nada-nada yang terdapat dalam melodi nyanyian tersebut dimulai dari nada yang terendah sampai nada yang tertinggi

4.2.3 Nada Dasar ( pitch center)

Untuk menentukan nada dasar dari nyanyian tangis beru si jahe, maka penulis berpedoman dengan pendapat yang dikemukakan Bruno Nettl dalam bukunya “Theory and Method in Ethnomusicology” bahwa nada dasar merupakan nada yang terdapat dibagian awal atau dibagian akhir dalam suatu komposisi.Berdasar atas hal tersebut , maka nada dasar yang terdapat dalam nyanyian tangis beru si jahe baik menangisi inangna maupun menangisi puhunna adalah C.

4.2.4 Wilayah Nada ( range)

Berikut merupakan wilayah nada yang diurutkan dari nada terendah hingga nada tertinggi .

4.2.5 Jumlah Nada

Jumlah nada merupakan banyaknya nada yang dipakai dalam suatu musik atau nyanyian. Banyaknya nada yang terdapat pada nyanyian tangis beru si jahe dapat dilihat dari garis paranada berikut ini

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa jumlah nada C sebanyak 7 buah, sedangkan jumlah nada G sebanyak 178 buah, jumlah nada D sebanyak 10 buah, jumlah nada Ais sebanyak 19 buah dan jumlah nada B sebanyak 2 buah

Untuk nada C

Untuk nada G

Untuk nada D

Untuk ada Ais

Untuk nada B

4.2.6 Jumlah Interval

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lain yang terdiri dari interval naik maupun turun. Sedangkan jumlah interval merupakan banyaknya interval yang dipakai dalam suatu musik atau nyanyian. Berikut ini merupakan interval dari nyanyian tangis beru si jahe.

Tabel : Jumlah Interval Interval

Jumlah interval

4.2.7 Pola Kadensa (Cadence Patterns)

Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni atau melodi sebagai penutup pada akhir melodi atau di tengah kalimat, sehingga dapat dengan sempurna menutup melodi tersebut.

4.2.8 Formula Melodi (Melody Formula)

Formula melodi yang dibahas dalam tulisan ini terdiri atas bentuk, frasa, dan motif. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa adalah bagian-bagian kecil dari melodi. Sedangkan motif adalah ide melodi sebagai dasar pembentukan melodi.

Berikut beberapa istilah untuk menganalisis bentuk, yang dikemukakan oleh William P. Malm :

1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang

2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulang-pengulang di dalam keseluruhan nyanyian

3. Strofic yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks nyanyian yang baru atau berbeda

4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan- penyimpangan melodi.

5. Progressive yaitu bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru.

Jika dilihat dari apa yang dikemukakan Malm mengenai bentuk nyanyian, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa melodi dan nyanyian tangis ini adalah repetitive yang artinya menggunakan melodi yang berulang-ulang dengan teks yang berbeda.

4.2.8.1. Analisis Bentuk dan Frasa pada Tangis Beru Si Jahe

Secara garis besar bentuk, frasa, dan motif dalam tangis beru si jahe adalah sebagai berikut :

1. Bentuk yang terdapat pada nyanyian tangis beru si jahe terdiri atas 25 bentuk yaitu bentuk A-A-A-B-A-A-A’-A

2. Terdapat 6 frasa dalam nyanyian ini, hal ini dapat dilihat dari partitur lagu

4.2.9. Kontur (contour)

Malm (1977: 13) membedakan beberapa jenis kontur, yakni:

1) Ascending yakni garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi

2) Descending yakni garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.

3) Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi ke nada yang lebih tinggi atau sebaliknya

4) Conjunct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu nada ke nada yang lain baik naik maupun turun

5) Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi

6) Disjunct yaitu melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun minor

7) Static yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai batasan-batasan. Garis kontur yang terdapat pada melodi tangis beru si jahe baik menangisi

inangna maupun menangisi puhunna adalah ascending, descending, dan static . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Paranada garis kontur ascending

Paranada garis kontur descending

Paranada garis kontur static

4.2.10. Analisis Ritem

1. Tempo

2. Durasi not

3. Meter

: Free meter

Tangis beru si jahe memiliki meter bebas. Dengan tidak memiliki tempo. Nyanyian ini mengalir dan melodinya tetap sama namun teks nya yang berubah- ubah.

4.2.11. Pola Melodi yang Diulang

Catatan : pola melodi yang terdapat dalam tangis beru si jahe yang menangisi inangna maupun menangisi puhunna tersebut cenderung berulang-ulang (repetitif). Dengan demikian penulis tidak mentranskripsikan kedua nyanyian tersebut