ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT PAKPAK DI DESA SUKARAMAI, KECAMATAN KERAJAAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT

2.6 Bahasa

Pada umumnya, bahasa yang dipakai oleh masyarakat di Kecamatan Kerajaan adalah bahasa Pakpak karena mayoritas penduduk disana adalah suku Pakpak. Hal ini menyebabkan kehidupan sehari- hari penduduk disana menggunakan bahasa Pakpak begitu juga dalam acara adat.

Terdapat juga sebagian kecil suku lain seperti suku Toba, Karo, Nias dan Jawa yang datang kedaerah Kecamatan Kerajaan, tetapi setelah tinggal beberapa lama disana, masayarakat dari suku-suku tersebut diatas sudah mengerti dan fasih menggunakan bahasa Pakpak. Selain bahasa Pakpak, bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa Indonesia yang digunakan di tempat- tempat umum, seperti sekolah, puskesmas dan kantor Kelurahan.

Ada beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat Pakpak, yaitu :

1. Rana telangke yaitu kata-kata perantara atau kata-kata tertentu untuk menghubungkan maksud si pembicara terhadap objek si pembicara.

2. Rana tangis yaitu gaya bahasa yang dituturkan dengan cara menangis atau bahasa yang digunakan untuk menangisi sesuatu dengan teknik bernyanyi (narrative songs atau lamenta dalam istilah etnomusikologi) yang disebut tangis mangaliangi (bahasa tutur tangis)

3. Rana mertendung yaitu gaya bahasa yang digunakan dihutan,

4. Rana nggane yaitu bahasa terlarang, tidak boleh diucapkan di tengah- tengah kampung karena dianggap tidak sopan

5. Rebun (rana tabas atau mangmang) yaitu bahasa pertapa datu atau bahasa mantera oleh guru (Naiborhu, 2002:51).

2.7 Kesenian

2.7.1 Seni Musik

Masyarakat Pakpak membagi alat musiknya berdasarkan bentuk penyajiannya dan cara memainkannya. Berdasarkan cara memainkannya, instrumen musik tersebut dibagi atas dua kelompok, yaitu gotchi dan oning- oningen.

Sedangkan berdasarkan cara memainkannya, instrument musik tersebut terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu : sipaluun (alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul), sisempulen (alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup) dan sipiltiken (alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik). Istilah gotchi dan oning-oningen sudah mendapat pergeseran arti dikalangan masyarakat Pakpak.

Menurut wawancara dengan beberapa pemusik tradisi Pakpak sekarang menyebutkan bahwa gotchi adalah istilah untuk beberapa ensambel seperti : ensambel genderang sisibah, genderang sipitu-pitu, genderang silima, gendangmsidua-dua, gerantung, mbotul dan gung . Sedangkan istilah oning- oningen digunakan untuk ensambel yang terdiri dari gendang sitelu-telu, gung sada rabaan , lobat (aerophone), kalondang (xylophone), dan kucapi (chordophone), yang pada penggunaannya di gunakan untuk upacara mbaik seperti upacara pernikahan (merbayo).

1. Instrumen Musik Berdasarkan Bentuk penyajian Gotchi adalah isntrumen musik yang disajikan dalam bentuk seperangkat (ensambel) yang terdiri dari : ensambel genderang sisibah, genderang sipitu-pitu, genderang silima, gendang sidua-dua, gerantung, mbotul dan oning-oningen.

Genderang si sibah (drum-chime ) merupakan salah satu alat musik tradisional masyarakat suku Pakpak yang juga merupakan bagian dari kelompok gotci. Dikatakan genderang si sibah karena alat musik ini terdiri atas sembilan buah gendang satu sisi yang diletakkan dalam satu rak yang dipukul dengan menggunakan stik (pemukul). Genderang si sibah ialah seperangkat gendang satu sisi yang berbentuk konis (single headed conical nine drums). Genderang ini dipakai untuk mengiringi upacara-upacara adat yang ada di Pakpak, melus bulung bulu, melus bulung sempula , dan melus bulung simbernaik. Didalam ensambel ini juga terdapat alat musik kalondang (xylophone), lobat (aerofon, recorder), kecapi dan gong. Disamping alat musik tersebut juga ada ensambel musik genderang si pitu , yang terdiri dari 7 buah gendang (drum set) yang diletakkan pada satu rak. Permainan kalondang biasanya dimainkan dengan melodi yang sama dengan Genderang si sibah (drum-chime ) merupakan salah satu alat musik tradisional masyarakat suku Pakpak yang juga merupakan bagian dari kelompok gotci. Dikatakan genderang si sibah karena alat musik ini terdiri atas sembilan buah gendang satu sisi yang diletakkan dalam satu rak yang dipukul dengan menggunakan stik (pemukul). Genderang si sibah ialah seperangkat gendang satu sisi yang berbentuk konis (single headed conical nine drums). Genderang ini dipakai untuk mengiringi upacara-upacara adat yang ada di Pakpak, melus bulung bulu, melus bulung sempula , dan melus bulung simbernaik. Didalam ensambel ini juga terdapat alat musik kalondang (xylophone), lobat (aerofon, recorder), kecapi dan gong. Disamping alat musik tersebut juga ada ensambel musik genderang si pitu , yang terdiri dari 7 buah gendang (drum set) yang diletakkan pada satu rak. Permainan kalondang biasanya dimainkan dengan melodi yang sama dengan

Masing-masing nama dari kesembilan gendang ini dari ukuran terbesar sampai ukuran terkeci adalah sebagai berikut :

 Gendang 1, Si Raja Gumeruhguh (suara bergemuruh) atau disebut juga sebagai gendang induk (menginang-inangi/mengindungi)  Gendang 2, Si Raja Dumerendeng atau Si Raja Manjujuri dengan pola ritmis menjujuri atau mendonggildonggili (mengagungkan, mentakbiri, menghantarkan)

 Gendang 3-7, Si Raja Menak-menak dengan pola ritmis benna kayu yang merupakan pembawa melodi (menenangkan, menenteramkan)

 Gendang 8, Si Raja Kumerincing dengan pola ritmis menehtehi (menyeimbangkan)

 Gendang 9, Si Raja Mangampuh dengan pola ritmis menganak- anaki atau tabil sondat (menghalang-halangi). Namun terdapat juga nama lain dari instrumen ini dalam bentuk kelompok permainannya, yaitu untuk gendang 1 dan 2 disebut menginang- inangi (induk); untuk gendang 2 sampai 7 disebut benna kayu (pembawa lagu); dan gendang 7 sampai 9 disebut manganaki

(anak). 9 Dalam bentuk seperangkat, kesembilan gendang ini dimainkan bersamaan

dengan gung sada rabaan (seperangkat gung yang terdiri dari empat buah, yaitu dengan gung sada rabaan (seperangkat gung yang terdiri dari empat buah, yaitu

Gambar 1 : Genderang Sisibah (Dokumentasi Pribadi Tahun 2011) Keterangan : Nomor pada penjelasan diambil dari genderang terbesar

sampai terkecil seperti pada gambar.

Selanjutnya adalah ensambel genderang sipitu-pitu. Ensambel ini terdiri dari 7 buah gendang konis yang berasal dari genderang sisibah. Ketujuh gendang ini berasal dari genderang sisibah dengan hanya menggunakan gendang mulai Selanjutnya adalah ensambel genderang sipitu-pitu. Ensambel ini terdiri dari 7 buah gendang konis yang berasal dari genderang sisibah. Ketujuh gendang ini berasal dari genderang sisibah dengan hanya menggunakan gendang mulai

Selanjutnya adalah ensambel genderang Si lima yaittu seperangkat gendang satu sisi berbentuk konis yang terdiri dari lima buah gendang. Kelima gendang ini berasal dari genderang sisibah dengan hanya menggunakan gendang pada bilangan ganjil saja diurut dari gendang terbesar, yaitu gendang I, III, V, VII dan IX. Fungsi dari kelima gendang tersebut sama dengan fungsinya masing- masing seperti pada genderang sisibah. Instrumen lainnya yang terdapat dalam ensambel ini adalah gung sada rabaan, Sarune, dan cilat-cilat sebagaimana yang terdapat dalam genderang sisibah. Ensambel ini digunakan pada upacara dukacita (kerja njahat) saja, seperti upacara kematian, mengongkal tulan (mengangkat tulang-tulang) pada tingkatan upacara terbesar dan tertinggi secara adat.

Selanjutnya terdapat ensambel gendang sidua-dua. Ensambel gendang ini terdiri dari sepasang gendang dua sisi berbentuk barrel (double head two barrel drums). Kedua gendang ini terdiri dari gendang inangna (gendang induk, gendang ibu) yaitu gendang yang terbesar dan gendang anakna (gendang anak, jantan) yaitu gendang terkecil. Instrumen lain yang terdapat dalam instrument ini adalah empat buah gong (gung sada rabaan) dan sepasang cilat-cilat (simbal).

Ensambel ini biasanya digunakan untuk upacara ritual, seperti mengusir roh penunggu di hutan sebelum diolah menjadi lahan pertanian (mendeger uruk) dan hiburan saja seperti upacara penobatan raja atau mengiringi tarian pencak.

Kemudian ensambel musik mbotul adalah seperangkat alat musik gong (idiophones) berpencu yang terdiri dari 5, 7, atau 9 buah gong. Disusun berbaris diatas rak seperti kenong pada tradisi gamelan Jawa. Dalam penggunaannya, instrumen ini berperan sebagai pembawa melodi dan secara ensambel dimainkan bersama-sama dengan gung sada rabaan.

Selanjutnya adalah ensambel oning-oningen. Ensambel ini terdiri dari gendang sitelu-telu(membranophone single head) , gung sada rabaan, lobat (aerophone) , kalondang (xylophone), dan kucapi (chordophone). Ensambel ini digunakan pada upacara suka cita (kerja mbaik) seperti upacara penikahan (merbayo) dan untuk mengiringi tarian (tatak).

b. Instrumen Musik Berdasarkan Cara memainkannya.

1. Sipaluun: Genderang, kalondang, gung, cilat-cilat, ketuk, mbotul, deng- deng, doal, gerantung, gendang si dua-dua.

2. Sisempulen: Sarune, lobat, sordam

3. Sipiltiken: Kucapi

2.7.2 Seni Suara

Masyarakat Pakpak memiliki beberapa jenis seni suara ataupun nyanyian. Nyanyian yang dimaksud adalah musik vokal. Masyarakat Pakpak memberi nama ende-ende (baca :nde-nde) terhadap semua musik vokalnya. Ada beberapa jenis musik vokal yang terdapat pada masyarakat Pakpak yang dibedakan berdasarkan fungsi dan penggunaannya masing-masing yaitu sebagai berikut:

(i) tangis milangi atau disebut juga tangis-tangis adalah kategori nyanyian ratapan (lamenta) yang disajikan dengan gaya menangis. Disebut tangis milangi karena hal-hal mengharukan yang terdapat didalam hati penyajinya akan ditutur- tuturkan (dalam bahasa Pakpak: ibilangbilangken, milangi) dengan gaya menangis (Pakpak : Tangis). Ada beberapa jenis tangis milangi yang terdapat pada masyarakat Pakpak, yaitu sebagai berikut.

a. tangis si jahe adalah jenis nyanyian yang disajikan oleh gadis (female song) menjelang pernikannya. Teks nyanyian ini berisi tentang ungkapan kesedihannya karena akan meninggalkan keluarganya dan memasuki lingkungan keluarganya. Nyanyian ini ditujukan supaya orang yang mendengar merasa iba dan memberi petuah-petuah tentang hidup berumah tangga. Nyanyian ini disajikan dalam bentuk melodi yang berubah-ubah (repetitif) dengan teks yang berubah-ubah.

Tangis beru si jahe hanya dinyanyikan oleh perempuan. Tangis beru si jahe disajikan dan ditujukan kepada orangtua beru si jahe, kerabat terdekat dengan cara mendatangi rumah mereka masing-masing. Selain itu, orang-orang yang didatangi oleh beru sijahe tersebut akan memberi dia makan (nakan pengindo tangis) dimana tinggi rendahnya status sosial adat beru si jahe tersebut ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah kepala ayam yang nantinya akan dibawa menuju tempat mertuanya. Semakin banyak kepala ayam yang diterima oleh beru si jahe, maka akan semakin tinggi pula status sosial adatnya dihadapan keluarga suaminya Tangis beru si jahe hanya dinyanyikan oleh perempuan. Tangis beru si jahe disajikan dan ditujukan kepada orangtua beru si jahe, kerabat terdekat dengan cara mendatangi rumah mereka masing-masing. Selain itu, orang-orang yang didatangi oleh beru sijahe tersebut akan memberi dia makan (nakan pengindo tangis) dimana tinggi rendahnya status sosial adat beru si jahe tersebut ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah kepala ayam yang nantinya akan dibawa menuju tempat mertuanya. Semakin banyak kepala ayam yang diterima oleh beru si jahe, maka akan semakin tinggi pula status sosial adatnya dihadapan keluarga suaminya

c. Tangis si mate adalah nyanyian ratapan (lament) kaum wanita ketika salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia. Disajikan di depan si mati dan teksnya berisi tentang kisah hidup si mati, berisi tentang perilaku yang paling berkesan dari si mati smasa hidupnya. Nyanyian ini adalah nyanyian strofik yang lebih mementingkan isi teks daripada melodi.

(ii) ende-ende mendedah adalah sejenis nyanyian lullaby atau nyanyian menidurkan anak yang dinyanyikan oleh sipendedah (pengasuh) baik kaum pria maupun wanita untuk menidurkan atau mengajak si anak bermain. Jenisnya terdiri dari , oah-oah dan cido-cido. Ketiga nyanyian jenis nyanyian ini menggunakan teks yang selalu berubah-ubah dengan melodi yang diulang-ulang (repetitif).

a. Orih-orih ialah nyanyian untuk menidurkan anak yang dinyanyikan oleh sipendedah (pengasuh) orangtua atau kakak baik pria maupun wanita.Si anak digendong sambil i orih-orihken (sambil menina bobokan si anak dalam gendongan) dengan nyanyian yang liriknya berisi tentang nasehat, cita-cita, harapan maupun curahan kasih sayang terhadap si anak.

b. Oah-oah sering disebut juga dengan kodeng-kodeng, yaitu jenis nyanyian yang teksturnya sama dengan orih-orih. Yang membedakannya adalah cara b. Oah-oah sering disebut juga dengan kodeng-kodeng, yaitu jenis nyanyian yang teksturnya sama dengan orih-orih. Yang membedakannya adalah cara

c. Cido-cido adalah nyanyian untuk mengajak si anak bermain. Tujuannya adalah agar si anak merasa terhibur dengan gerakan-gerakan lucu sehingga si anak merasa terhibur dan tertawa. Teks lagu yang dinyanyikan biasanya berisi tentang harapan-harapan agar kelak si anak menjadi orang yang berguna.

(iii) Nangan ialah nayanyian yang disajikan pada waktu bersukut-sukuten (mendongeng). Setiap ucapan dari tokoh-tokoh yang terdapat pada cerita tersebut di sajikan dengan cara bernyanyi. Ucapan tokoh yang dinyanyikan tersebut dalam cerita disebut dengan nangen, sedangkan rangkaian ceritanya disebut sukut-sukuten.

Secara tekstur, cerita sukut-sukuten umumnya berisi tentang pedoman pedoman hidup dan teladan yang harus dipanuti berdasarkan perilaku yang yang diperankan oleh tokoh yang terdapat dalam cerita.

Persukuten haruslah orang yang cukup ahli menciptakan tokoh-tokoh melalui warna nangen. Adapun sukut-sukuten yang cukup dikenal oleh masyarakat pakpak adalah Sitagandera, Nan tampuk mas, Manuk-manuk Si Raja Bayon, Si buah mburle, dan lain sebagainya.

(iv) Ende-ende mardembas adalah bentuk nyanyian permainan dikalangan anak- anak usia sekolah yang dipertunjukkan pada malam hari di halaman rumah pada saat terang bulan purnama. Mereka menari dan membentuk lingkaran (iv) Ende-ende mardembas adalah bentuk nyanyian permainan dikalangan anak- anak usia sekolah yang dipertunjukkan pada malam hari di halaman rumah pada saat terang bulan purnama. Mereka menari dan membentuk lingkaran

(v) Ende-ende Memuro Rohi, naynyian ini termasuk kedalam nyanyian work song, yaitu nyanyian yang di sajikan pada saat bekerja. Biasanya dinyanyikan ketika berada di ladang atau di sawah untuk mengusir burung- burung agar tidak memakan padi yang ada di sawah. Kegiatan muro (menjaga padi) ini biasanya menggunakan alat yang disebut dengan ketter dan gumpar yang dilambai-lambaikan ketengah sawah sambil menyanyikan

ende-ende memuro rohi.

2.5.3 Seni Tari

Masyarakat Pakpak menyebutkan istilah tari dengan istilah Tatak. Tatak pada masyarakat pakpak erat hubungannya dengan kegiatan upacara ataupun kerja dan juga sebagai hiburan atau pertunjukan. Tatak digunakan dalam kerja mbaik ataupun kerja njahat. Adapun jenis gerakan yang digunakan dalam upacara tau pun kerja adalah :

 Mangera-era Gerakan ini digunakan oleh kaum Beru untuk menyambut Kula-kula ataupun gerakan yang digunakan oleh anak terakhir kepada anak tertua ataupun yang muda kepada yang lebih tua.

 Suyuk Gerakan ini digunakan untuk menyambah ataupun menghormati.

 Memasu-masu Gerakan ini digunakan oleh kula-kula kepada beru yang menyimbolkan pemberian berkat.

 Mengembur Gerakan ini digunakan untuk menyembah atau member hormat oleh beru kepada kula-kula.

 Mengeleap Gerakan ini digunakan untuk menunjukkan bahwa kegiatan kerja sudah berhasil dilaksnankan.

Adapun beberapa jenis tatak yang digunakan untuk hiburan atau pertunjukan adalah sebagai berikut :

 Tatak Menabi page Tatak ini dilakukan oleh para muda-mudi di ladang dan menggambarkan kegembiraan dari para muda-mudi. Hal ini terjadi karena pada zaman dahulu, para muda-mudi di daerah Pakpak hanya dapat bertemu dan berbicara lebih dekat pada saat masa panen. Tatak ini menggambarkan tentang kegembiraan dalam memanen padi.

 Tatak Mendedah Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana seorang ibu mengasuh bayinya. Tatak ini hanya dilakukan oleh para perempuan.

 Tatak Renggisa Tatak ini menggambarkan tentang sepasang muda-mudi yang sedang kasmaran atau sedang jatuh cinta satu sama lain.

 Tatak Garo-garo Tatak ini mengambarkan tentang kegembiraan muda-mudi dalam masa panen. Tatak ini memiliki kemiripan dengan tatak menabi pange, namun dalam tatak garo-garo, hal yang digambarkan tidak hanya dalam memanen padi, melainkan mulai dari proses menanam sampai memanen padi tersebut.

 Tatak Memuat kopi Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana proses memetik kopi yang dilaksanakan oleh para petani di daerah Pakpak.

 Tatak Perampuk-ampuk Tatak ini menggambarkan tentang keharmonisan yang terjalin antara kaum muda-mudi yang ada dalam kebudayaan masyarakat Pakpak.

 Tintoa serser Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana masyarakat Pakpak dalam membuka atau memulai suatu ladang pertanian yang dalam hal inj

adalah persawahan.

 Tatak Mengindangi

Tatak ini menggambarkan tentang suasana menumbuk padi pada masyarakat Pakpak. Perlu diketahui bahwa tatak yang sifatnya hiburan ataupun pertunjukan biasanya hanya di laksanakan oleh para kaum muda- mudi. Serta untuk mengiringi tarian ini digunakan ensambel oning-

oningen. 10

10 S kripsi Sarjana Batoan Sihotang dan wawancara kepada informan yang mengetahui tentang