Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, perasaan atau pesan kepada orang lain Chaer dan Agustina, 1995: 14. Melalui bahasa dapat terungkap sesuatu yang ingin disampaikan pembicara kepada orang lain sehingga orang dapat mendengar, mengerti, serta merasakan apa yang dimaksud. Kemajuan ilmu dan teknologi menuntut setiap orang untuk terus menerus melakukan usaha peningkatan diri. Penguasaan bahasa asing menjadi salah satu aspek penting sebagai modal utama keunggulan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga masyarakat saat ini harus mampu menggunakan dua bahasa dengan sama baiknya. Menurut Fishman dalam Chaer dan Aguistina, 1995: 112 bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Untuk dapat menggunakan dua bahasa seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Bahasa pertama adalah bahasa ibu B1, dan bahasa kedua adalah bahasa lain B2. Weinrich dalam Chaer dan Aguistina, 1995: 115 mengatakan menguasai dua bahasa dapat berarti menguasai dua sistem kode, dua dialek atau ragam dari bahasa yang sama. Universitas Sumatera Utara Membicarakan suatu bahasa tidak terlepas membicarakan kategori kebahasaan yaitu variasi bahasa. Bahasa merupakan suatu kebulatan yang terdiri dari beberapa unsur. Unsur-unsur ini disebut variasi bahasa. Selanjutnya variasi bahasa memiliki beberapa keanggotaan yang disebut varian. Tiap-tiap varian bahasa inilah yang disebut dengan kode. Hal ini menunjukkan adanya semacam hierarki kebahasaan yang dimulai dari bahasa sebagai level yang paling atas disusul dengan kode yang terdiri dari varian-varian dan ragam-ragam. Istilah kode dalam hal ini dimaksudkan untuk menyebut salah satu varian dalam hierarki bahasa. Weinrich dalam Chaer dan Agustina, 1995: 115 mengatakan bahasa dan kode mempunyai hubungan timbal balik, artinya bahasa adalah kode dan sebuah kode dapat saja berupa bahasa. Untuk memperkuat pendapat ini penulis mengutip pendapat sarjana linguistik seperti Kridalaksana 1984: 102 mengatakan kode merupakan: 1. Lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu. Bahasa manusia adalah sejenis kode. 2. Sistem bahasa dalam masyarakat. 3. Variasi tertentu dalam suatu bahasa. Situasi kebahasaan, perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan serta teknologi yang semakin canggih, baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri mengakibatkan terjadinya campur kode dalam berbahasa. Menurut Suwito 1985: 74 campur kode merupakan konvergensi kebahasaan yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa yang masing-masing telah meninggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disisipinya. Campur kode sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam bentuk lisan Universitas Sumatera Utara maupun tulisan, khususnya yang terdapat dalam buku bacaan karya sastra seperti novel. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku KBBI, 2003: 788. Bahasa sebagai alat berkomunikasi antara individu dapat dikaitkan dengan karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang dapat mengekspresikan perasaan, gagasan, ideologi, dan wawasannya melalui karya sastra. Ekspresi tersebut sebagai perwujudan sesuatu yang dilihat oleh pengarang baik indrawi maupun hakiki. Pembaca sebagai penikmat karya sastra dapat merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui bahasa yang khas dan menarik. Saat ini perkembangan karya sastra di Indonesia khususnya novel sangat pesat dan membanggakan. Novel yang mendapat perhatian dari pecinta novel di Indonesia salah satunya adalah karya Andrea Hirata. Karya tersebut tergabung dalam tetralogi novel Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Keempat karya fenomenal tersebut menarik perhatian masyarakat Indonesia karena sarat makna kehidupan sosial, norma agama, pendidikan, kepemimpinan, kedisiplinan, norma budaya dan adat istiadat. Novel Edensor karangan Andrea Hirata setebal 290 halaman ini merupakan novel unggulan yang telah mengalami cetak ulang sebanyak enam belas kali semenjak terbit pada September 2008. Novel Edensor merupakan kelanjutan dari cerita Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Novel ini merupakan karya dari seorang pengarang Indonesia yang pernah menuntut ilmu di Sorbonne, Prancis. Novel ini bercerita tentang dua orang Universitas Sumatera Utara bersaudara dari keluarga miskin yang bernama Arai dan Ikal yang berhasil mendapatkan beasiswa pendidikan ke luar negeri. Kemiskinan tidak menjadi penghalang bagi Arai dan Ikal mewujudkan impian untuk bisa bersekolah. Mereka berjuang dengan gigih untuk memberikan kebanggaan bagi kedua orang tua, para sahabat dan saudara-saudara di kampung. Universitas Sorbonne, Prancis telah mengantar mereka pada pertemuan dan persahabatan dengan mahasiswa dari berbagai negara dengan beragam latar belakang budaya. Kehidupan bangsa Eropa yang terkenal intelektual, dinamis dan efisien telah menunjukkan realita betapa berbedanya kualitas serta sistem pendidikan bangsa Indonesia. Keindahan benua Eropa menarik perhatian Arai, Ikal, dan beberapa temannya untuk menjelajahi berbagai tempat dengan tradisi backpacker. Perjalanan dimulai dari Prancis, Tunisia, Zaire, Casablanca di benua Afrika, dan berakhir di Spanyol. Bagi Ikal penjelajahan ini bukan hanya sekedar berpetualang tapi sekaligus pencarian untuk menemukan A ling, cinta masa kecilnya. Rasa lapar, kelelahan, dan ancaman kematian tidak menyurutkan semangat dan keberanian untuk menjelajahi enigma A ling. Tetapi upaya tersebut pada akhirnya masih belum berhasil. Pencarian cinta pada sosok A ling telah memberikan pembelajaran tentang makna cinta sejatinya yaitu dirinya sendiri untuk terus berjuang melewati kehidupan ini. Dalam novel Edensor karya Andrea Hirata, banyak ditemukan campur kode bahasa asing yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh: 1 “Ia gadis muda yang luar biasa cantik, gorgeous.” E: 53 Universitas Sumatera Utara 2 “Aku seakan menatap cover majalah Vogue.” E: 53 3 Laki-laki dan perempuan saling memanggil love atau dear. E: 284 Novel Edensor penuh dengan taburan wawasan yang luas bak samudra dari pengarangnya yang paham betul ilmu eksakta, seni budaya, dan humaniora. Novel ini dapat dijadikan motivasi bagi pembacanya dan memberikan kesan tentang studi dan kehidupan di luar negeri yang penuh dengan tantangan. Hal inilah yang menjadi keistimewaan novel tersebut, selain belajar bahasa dalam bidang sosiolinguistik juga memperoleh pesan cerita yang menarik untuk mendorong pelajar supaya tidak menyerah dalam meraih pendidikan. Pengarang biasanya mempunyai kemampuan untuk mengolah kata demi kata dan menghasilkan karya yang indah, menarik, sehingga pembaca dapat terbuai merasakan kebahagiaan, kesedihan, dan bahkan semangat yang berkobar-kobar. Hal ini memungkinkan suatu novel dapat menggunakan berbagai macam bahasa sesuai dengan kreativitas yang ingin dimunculkan oleh pengarang yaitu antara campur kode bahasa Indonesia dengan bahasa asing dan ada juga yang menggunakan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah. Dalam novel Edensor karya Andrea Hirata ditemukan campur kode bahasa asing yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia seperti bahasa Arab, bahasa Cina, bahasa Spanyol, bahasa Belanda, bahasa Prancis, bahasa Rusia, dan bahasa Inggris. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti bentuk campur kode sekaligus tertarik untuk mengetahui frekuensi penggunaan bentuk campur kode bahasa yang terdapat dalam novel Edensor karya Andrea Hirata. Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah