Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Penyebrangan Perintis di Danau Toba

(1)

EVALUASI KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN

PENYEBRANGAN PERINTIS di DANAU TOBA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Menempuh Ujian

Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh: Daniel A. Panjaitan

03 0404 010

DOSEN PEMBIMBING:

Ir. Jeluddin Daud, M.Eng. Nip. 19511103 198003 1 002 SUB JURUSAN TRANSPORTASI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009/2010


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, dengan judul : “Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Penyebrangan Perintis di Danau Toba”.

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana pada Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Jeluddin Daud, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan, masukan, serta bimbingan sehingga Tugas Akhir ini selesai dengan baik.

2. Bapak Prof. DR. Ing. Johannnes Tarigan, selaku ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Teruna Jaya, M.Sc, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak – bapak penguji yang telah memberi masukan dan waktu dalam penyelesaian Tugas Akhir saya ini.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

6. Khususnya buat Ibunda dan yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta apa yang terbaik bagi penulis dengan segala kesabaran jiwa, serta memberikan dorongan dan doa, semoga mendapatkan berkat yang melimpah dari Tuhan.


(3)

7. Kakak dan abang saya yang tercinta, kak Siska dan bang Piter yang selalu memperhatikan saya dalam perkuliahan.

8. Seluruh teman – temanku stambuk ’03, serta adik – adik kelasku stambuk 06 dan 05, dan khususnya Feby, terima kasih atas bantuan dan dukungannya dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

Dengan rendah hati penulis menyadari banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisan maupun pembahasan, karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan referensi yang dimiliki.

Sebagai penutup, diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar kiranya kelak tulisan ini lebih baik dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2009

Penulis

Daniel A. Panjaitan 03 0404 010


(4)

ABSTRAK

Danau Toba adalah danau yang terluas di Indonesia. Danau ini terletak di propinsi Sumatera Utara dan terletak pada wilayah Kabupaten Samosir, Kabupaten Tobasa dan sekitarnya. Selain keindahan Danau Toba, perairan Danau Toba juga berfungsi sebagai prasarana transportasi air yang menghubungkan antar daerah, khususnya menghubungkan antara Pulau Samosir dengan daerah sepanjang pesisir Danau Toba. Angkutan transportasi danau ini tentu saja sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar Danau Toba untuk dapat melakukan aktifitasnya sehari – hari. Beberapa daerah di sekitar pesisir Danau Toba tersebut masih tergolong kawasan yang terpencil yang belum memiliki aksesibilitas darat yang baik, sehingga angkutan penyebrangan danau adalah satu –satunya transportasi untuk dapat menghubungkan daerah atau desa ke pusat kota. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang angkutan penyebrangan perintis di Danau Toba.

Jalur – jalur angkutan yang ada di Danau Toba berjumlah 63 rute penyebrangan, baik yang terjadwal maupun tidak terjadwal. Untuk penelitian ini penulis membatasi lokasi dermaga yang diteliti sebanyak 10 dermaga yang tersebar pada 8 kecamatan yang ada di sekitar pinggiran Danau Toba. Untuk mengetahui tingkat keperintisan, rute – rute penyebrangan, dan persepsi masyaraka terhadap pelayanan dari 10 jalur penyebrangan yang ditinjau, peneliti melakukan analisa data dari survey dan kuesioner terhadap penumpang dan pengelola kapal yang didukung dengan data dari dinas terkait.

Dari hasil penelitian kita mendapatkan jalur penyebrangan perintis yang paling tinggi adalah Pangururan – Bonan Dolok dan Tigaraja – Panahatan. Dari hasil kuesioner yang didapat kita dapat melihat bahwa tanggapan yang diberikan penumpang ditinjau dari kondisi jaringan jalan menuju dermaga, fasilitas, keamanan, kenyamanan, keselamatan, dan pelayanan adalah buruk. Untuk itu diharapkan kerjasama antara pemerintah daerah, pihak swasta dan masyarakat agar pengembangan jalur –jalur penyebrangan perintis yang ada di sekitar Danau Toba agar diperhatikan sehingga perkembangan perekonomian penduduk di daerah tertinggal dapat maju pada masa mendatang.


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR PUSTAKA ……… ix

LAMPIRAN ……… x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum ... 1

1.2 Latar Belakang Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 5

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Metodelogi Penelitian ... 8

1.7 Sistematika Penulisan ………... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Transportasi Air ……….. 11

II.2 Sarana Pada Sistem Transportasi Air……… 11

II.3 Moda Angkutan Air ………. 12

II.4 Pelabuhan ………. 12

II.5 Kapasitas dan Tarif Angkutan……….. 14


(6)

II.7 Faktor Pemilihan Moda………. 16

II.8 Keselamatan Kapal……… 17

II.9 Karakterisitik Pergerakan Non Spasial……… 17

II.10 Karakteristik Pergerakan Spasial……… 20

II.11 Analisa Aliran Barang………. 21

II.12 Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan……… 22

BAB III DESKRIPSI WILAYAH STUDI III.1 Danau Toba……….……… 27

III.2 Letak Geografis dan Kondisi Wilayah………... 28

III.3 Data kependudukan dan Luas Wilayah……... 30

III.4 Sejarah Pertumbuhan Kapal di Samosir….……… 30

III.5 Pemanfaatan Moda Transportasi Air………. 31

III.6 Rute Angkutan Danau Kapal Penumpang………. 32

BAB IV METODELOGI PENELITIAN IV.1 Umum………….……….. 36

IV.2 Pengambilan Data……..……….. 37

IV.3 Pembuatan Data Kuesioner………. 38

IV.4 Teknik Pengambilan Sampel………. 38

IV.5 Penentuan Jumlah Sampel Untuk Persepsi Masyarakat ………... 39


(7)

BAB V ANALISA DATA

V.1 Uraian Umum ……….. 46

V.2 Metode Analisa Data ………. 46

V.3 Analisa Data ……….. 47

V.4 Analisa Data Kuesioner ………... 59

V.5 Analisa Data SPSS ……….. 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan ……….. 67


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Bobot Untuk Setiap Parameter ……….. 9

Tabel 1.2 Hubungan Bobot dengan Nilai Keperintisan…..……… 9

Tabel 2.1 Klasifikasi Pergerakan Orang Perkotaan………. 18

Tabel 3.1 Lokasi Penelitian……….. 27

Tabel 3.3 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan………. 30

Tabel 3.6 Rute Angkutan Danau………. 32

Tabel 4.5.1 Jumlah Penduduk Menurut Lokasi Dermaga………...………… 39

Tabel 5.3.1a Trayek Angkutan Danau Perintis Yang Disurvey………. 48

Tabel 5.3.1b Faktor Beban……….. 49

Tabel 5.3.1c Perhitungan Bobot Faktor Beban………...……… 50

Tabel 5.3.2a Kepadatan Penduduk……….………… 51

Tabel 5.3.2b Bobot Kepadatan Penduduk……….………. 52

Tabel 5.3.3 Tingkat Pendapatan Masyarakat………..….. 53

Tabel 5.4.1a Bobot Terhadap Fasilitas Pendukung……….………... 54

Tabel 5.5 Prasarana Dermaga……….……… 55

Tabel 5.6 Moda Angkutan Lain………. 56

Tabel 5.7 Kriteria Keperintisan.………. 58

Tabel 5.4a1 Tanggapan Mengenai Tarif Angkut……….……….. 59


(9)

Tabel 5.4a3 Tanggapan Mengenai keadaan jaringan jalan

Menuju dermaga………... 60

Tabel 5.4a4 Tanggapan Mengenai Fasilitas……….……….. 61

Tabel 5.4a5 Tanggapan Mengenai Keamanan……….……... 61

Tabel 5.4a6 Tanggapan Mengenai Keselamatan……….…… 62

Tabel 5.4a7 Tanggapan Mengenai Kenyamanan……….…… 62

Tabel 5.4a Keselamatan Kapal……….……….. 63


(10)

ABSTRAK

Danau Toba adalah danau yang terluas di Indonesia. Danau ini terletak di propinsi Sumatera Utara dan terletak pada wilayah Kabupaten Samosir, Kabupaten Tobasa dan sekitarnya. Selain keindahan Danau Toba, perairan Danau Toba juga berfungsi sebagai prasarana transportasi air yang menghubungkan antar daerah, khususnya menghubungkan antara Pulau Samosir dengan daerah sepanjang pesisir Danau Toba. Angkutan transportasi danau ini tentu saja sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar Danau Toba untuk dapat melakukan aktifitasnya sehari – hari. Beberapa daerah di sekitar pesisir Danau Toba tersebut masih tergolong kawasan yang terpencil yang belum memiliki aksesibilitas darat yang baik, sehingga angkutan penyebrangan danau adalah satu –satunya transportasi untuk dapat menghubungkan daerah atau desa ke pusat kota. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang angkutan penyebrangan perintis di Danau Toba.

Jalur – jalur angkutan yang ada di Danau Toba berjumlah 63 rute penyebrangan, baik yang terjadwal maupun tidak terjadwal. Untuk penelitian ini penulis membatasi lokasi dermaga yang diteliti sebanyak 10 dermaga yang tersebar pada 8 kecamatan yang ada di sekitar pinggiran Danau Toba. Untuk mengetahui tingkat keperintisan, rute – rute penyebrangan, dan persepsi masyaraka terhadap pelayanan dari 10 jalur penyebrangan yang ditinjau, peneliti melakukan analisa data dari survey dan kuesioner terhadap penumpang dan pengelola kapal yang didukung dengan data dari dinas terkait.

Dari hasil penelitian kita mendapatkan jalur penyebrangan perintis yang paling tinggi adalah Pangururan – Bonan Dolok dan Tigaraja – Panahatan. Dari hasil kuesioner yang didapat kita dapat melihat bahwa tanggapan yang diberikan penumpang ditinjau dari kondisi jaringan jalan menuju dermaga, fasilitas, keamanan, kenyamanan, keselamatan, dan pelayanan adalah buruk. Untuk itu diharapkan kerjasama antara pemerintah daerah, pihak swasta dan masyarakat agar pengembangan jalur –jalur penyebrangan perintis yang ada di sekitar Danau Toba agar diperhatikan sehingga perkembangan perekonomian penduduk di daerah tertinggal dapat maju pada masa mendatang.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Umum

Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah.Transportasi merupakan suatu sarana yang berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, dimana semakin baik sarana dan prasarana transportasi maka akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, memperkuat persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan. Peranan transportasi sangat penting dalam pembangunan, baik sebagai unsur perangsang maupun sebagai penunjang.

Maka dalam rangka menyeimbangkan perkembangan daerah, pembangunan jaringan transportasi juga diarahkan untuk mendukung daerah-daerah yang perlu dipacu perkembangannya, dan membuka isolasi daerah-daerah potensial, miskin, dan wilayah perbatasan.Dalam perannya sebagai unsur penunjang, yaitu melalui kedudukannya dalam pelayanan jasa distribusi, transportasi perlu ditingkatkan untuk menjamin tersalurkannya produk-produk wilayah yang dilayani ke luar wilayah melalui simpul jasa distribusi utama.

Transportasi darat yang efisien dan efektif akan menghubungkan daerah-daerah sumber daya alam di pedalaman dan kota-kota dengan pelabuhan-pelabuhan di daerah pantai, sedang jaringan transportasi laut akan menghunbungkan pelabuhan-pelabuhan dari satu pulau dengan pulau lainnya. Sehingga sistem transportasi yang efisien dan efektif sangat berperan penting untuk wilayah negara kepulauan Indonesia.

Pada daerah yang banyak dialiri sungai, laut , maupun danau yang mempunyai pulau-pulau yang dipisahkan oleh air, transportasi air merupakan suatu alternatif yang sangat dominan dan masih sangat efektif.


(12)

Propinsi Sumatera Utara salah satu propinsi terbesar di Indonesia merupakan daerah yang cukup dikenal di nusantara bahkan di dunia, dimana keindahan alam Danau Toba menjadi salah satu faktor pemikat yang paling besar bagi masyarakat yang didukung dengan adanya sebuah pulau di tengah Danau Toba yaitu Pulau Samosir. Dengan adanya pulau samosir, maka ada juga kegiatan sosial ekonomi yang terjadi disana, bahkan pulau ini menjadi tujuan utama para pengunjung Danau Toba yang menyebabkan mobilitas penduduk cukup tinggi. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu perlu adanya transportasi yang akan menghubungkan Pulau Samosir dengan daerah di sekitar Danau Toba. Transportasi Air menjadi salah satu transportasi yang digunakan di perairan Danau Toba. Pangururan sebagai ibukota Kabupaten Samosir adalah salah satu daerah yang menjadi tujuan kegiatan sosial ekonomi bagi daerah-daerah yang berbatasan dengannya, jadi transportasi air sangat penting peranannya dalam perkembangan daerah dan mobilisasi penduduk. Adapun sarana transportasi air yang digunakan adalah kapal motor, baik untuk pengangkutan penumpang maupun barang.

Guna mengetahui kinerja angkutan perintis kapal penumpang di Danau Toba yang mengelilingi wilayah Kabupaten Samosir , perlu diadakan suatu penelitian dengan meneliti sejauh mana kinerja angkutan danau dalam melayani pengangkutan penumpang yang keluar masuk Pulau Samosir yang menggunakan jasa angkutan kapal penumpang seperti pada judul Tugas Akhir ini.

Dari hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya kita dapat memberikan hipotesa bahwa angkutan kapal penumpang perintis di danau Toba masih banyak kekurangan dalam pelaksanaannya. Dalam rapat koordinasi bidang perhubungan di kawasan Danau Toba ( 2008 ) menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan angkutan kapal penumpang di Danau Toba masih belum memenuhi persyaratan dalam standard pelayanan ASDP. Selain itu dalam jurnalnya yang


(13)

berjudul Dunia Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan Drs. Ali Mursal ( 2008 ) menyatakan bahwa potensi angkutan danau pada saat ini belum tereksporasi dengan baik, padahal prospek angkutan ini cukup cerah seiring keunggulan karakterisiknya yang mampu mengangkut jumlah banyak muatan, hemat energi dan polusi rendah, dampak pengrusakan lingkungan kecil dan prasarana telah disediakan oleh alam berupa sungai dan danau.

Keadaan angkutan danau yang ada di sekitar kawasan Danau Toba khususnya daerah Kabupaten Samosir sekarang ini masih belum memberikan pelayanan yang maksimal. Hal ini dapat kita lihat pada kondisi di lapangan yang masih banyak mengalami kekurangan dalam kegiatannya. Dari segi keamanan dan keselamatan contohnya kita dapat melihat kapal – kapal yang ada masih banyak yang belum memiliki alat pelampung yang memadai, pemadam kebakaran tidak ada dan rambu – rambu danau tidak ada. Fasilitas yang ada pada juga masih banyak kekurangan seperti tidak adanya tempat pembuangan sampah pada kapal dan lokasi dermaga, tidak adanya ruang tunggu penumpang, tidak adanya tanda – tanda pemberitahuan di kawasan dermaga seperti pengumuman harga tiket, jadwal kedatangan dan keberangkatan kapal, tanda larangan untuk tidak ke pinggir danau untuk keselamatan penumpang, tidak tersedia kotak saran.

Maka dalam pengerjaan tugas akhir ini kita harus dapat mengevaluasi ulang hal-hal yang membuat pelayanan dari kapal penumpang di Danau Toba masih rendah. Sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang baik untuk dapat menunjang kemajuan pelayanan kinerja kapal penumpang di Danau Toba.

Pada penelitian ini kita akan membahas tentang pengangkutan yang hanya mengangkut penumpang saja. Pengangkutan jenis ini menggunakan kapal bermotor yang berkapasitas penumpang 100-150 orang penumpang, dan jumlah trip dan jadwal keberangkatan kapal ini ada


(14)

yang teratur dan ada juga yang tidak teratur serta belum terjadwal. Dari pengamatan awal untuk angkutan kapal penumpang perintis di Danau Toba khususnya sekitar Kabupaten Samosir perlu peningkatan ke depan.Hal ini dikarenakan potensi pengembangan wilayah Kabupaten Samosir yang mengalami peningkatan arus penumpang.

I.2 Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan pemekaran wilayah yang terjadi pada tahun 2003 pada wilayah Danau Toba yaitu Kabupaten Samosir khususnya, tentu perlu peningkatan dan perkembangan untuk menjadi Kabupaten yang lebih maju dan sejajar dengan Kabupaten lain yang ada di Sumatera Utara ini . Pertumbuhan dan perkembangan ini salah satunya didukung oleh transportasi.

Sebagai suatu pulau yang dikelilingi oleh air di Danau Toba, pastinya transportasi yang terutama adalah tranportasi air dengan menggunakan kapal bermotor yang tentunya sudah mempunyai jalur akses penyebrangan tertentu. Di pesisir Danau Toba masih ada juga daerah – daerah yang belum berkembang yang masih memerlukan peningkatan ekonomi bagi masyarakatnya.

Tentu saja dalam hal ini diperlukan transportasi yang baik untuk dapat meningkatkan perkembangan masyarakat melalui perkembangan ekonomi. Angkutan perintis adalah jalan keluar bagu penduduk daerah tertinggal untuk dapat mengalami peningkatan kesejahteraan. Sehingga pelayanan angkutan penyebrangan perintis di Danau Toba perlu memberikan pelayanan yang baik untuk dapat meningkatkan mobilisasi penduduk daerah tertinggal menuju masyrakat yang sejahtera.


(15)

1.3 Tujuan

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana pelaksanaan kegiatan pelayanan angkutan penyebrangan perintis yang ada di Danau Toba. Sehingga kita mendapatkan rincian tentang :

 Klasifikasi keperintisan lintas penyebrangan angkutan danau perintis

 Mengetahui persepsi masyarakat terhadap pelayanan kegiatan angkutan danau perintis yang ada

 Identifikasi rute penyebrangan kapal yang ada di Danau Toba

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membatasi pokok permasalahan pada 8 kecamatan yang terdiri dari 10 lokasi dermaga dan penyelesaiannya dengan mengarahkan penulisan ini pada pokok pembahasan yang relevan dengan judul tugas akhir ini. Dalam penelitian ini, penulis harus melakukan survey guna mendapatkan data-data yang akan dijadikan gambaran dalam merencanakan daerah tujuan wisata yang memiliki aksesibilitas yang tinggi. Survey yang dilaksanakan adalah survey parameter yang akan dijadikan acuan dalam menentukan klasifikasi keperintisan dari daerah yang ditinjau. Adapun parameter yang akan dikaji, antara lain:

1. Faktor beban ( load faktor )

Faktor beban adalah jumlah penumpang dan barang yang diangkut oleh kapal dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia. Dalam hal ini faktor beban yang kita tentukan hanya untuk penumpang.


(16)

Dasar pertimbangan untuk menentukan bobot faktor beban adalah dari segi utility kapal yang digunakan. Misalnya, berdasarkan kemampuan teknis dan nautis kapal dapat mengangkut 200 orang dalam 1 trip dan dapat beroperasi 6 trip dalam 1 hari. Realisasinya, hanya dapat mengangkut 50 penumpang dalam 1 trip sehingga hanya dapat diselenggarakan 2 trip dalam 1 hari. Dalam hal ini terjadi under utilities, kalaupun dilakukan 2 trip atau lebih faktor beban akan menjadi sangat rendah. Faktor beban diberikan bobot tertinggi 50 dari jumlah penilaian.

2. Tingkat pendapatan masyarakat

Rendahnya pendapatan masyarakat menjadi cermin rendahnya mobilitas penduduk atau aktivitas perekonomian satu daerah. Hasrat untuk bepergian sangat tergantung dari tersedianya biaya perjalanan. Biaya bepergian yang cukup tinggi, menunjukkan menunjukkan rendahnya kemampuan daya beli masyarakat.

Azas keterjangkauan daya beli masyarakat dapat dijadikan dasar dalam menentukan keperintisan. Untuk ini pendapatan yang tinggi diberikan bobot 10 dan semakin rendah pendapatan masyarakat maka bobotnya makin kecil.

3. Kepadatan penduduk

Lintas penyebrangan yang ada maupun yang direncanakan sebagian besar menghubungkan ibukota propinsi, kotamadya, atau Kabupaten / Dati II yang padat penduduk dengan kota kecil yang berpenduduk kurang padat.

Pada umumnya bagi kota dan sekitarnya yang padat penduduknya tidak banyak melakukan perjalanan ke daerah yang kurang padat, sebaliknya orang – orang dari daerah lemah sering melakukan perjalanan ke kota untuk berbagai urusan.


(17)

Oleh sebab itu kepadatan penduduk tertinggi diberikan bobot 10. Salah satu unsur, ramai

, padat atau tidaknya suatu wilayah berperan cukup tinggi bagi lalu lintas penyeberangan ( densitiy population ).

4. Prasarana jalan dan angkutan umum

Salah satu faktor yang mendukung berkembangnya lalu lintas angkutan penyeberangan danau dan sungai adalah kondisi jalan dan angkutan umum ke daerah pedalaman yang menghubungkan pelabuhan penyeberangan dengan pusat – pusat pemukiman penduduk atau kota – kota kecamatan / kotamadya. Kondisi prasarana jalan yang baik dan angkutan ke daerah pedalaman yang teratur ikut mendorong pertumbuhan lalu lintas angkutan penyeberangan.

Daerah yang memiliki sarana dan prasarana angkutan yang cukup baik diberi bobot 10 dan yang kurang memadai bobotnya makin kecil.

5. Prasarana dermaga

Tersedianya dermaga pelabuhan bagi kapal,menjadi unsur yang penting bagi keselamatan dan kelancaran operasional. Keberadaaan dan kondisi dermaga merupakan salah satu faktor bagi keselamatan dan kelancaran operasional. Bagi dermaga pelabuhan yang sudah permanen dan sesuai dengan kapal yang ada maka diberikan bobot 10, sedangkan yang masih belum ada dan kurang fasilitasnya diberikan bobot semakin kecil.

6. Moda angkutan lain

Penyelenggaraan angkutan penyeberangan oleh swasta yang menggunakan motor boat, speed boat menunjukkan pada lintas tersebut bahwa telah ada permintaan dan ini merupakan persaingan dalam penempatan kapal – kapal baru. Saingan tersebut adalah


(18)

karena rendahnya permintaan dan pecahnya permintaan angkutan. Namun demikian, bila ada angkutan penyeberangan yang dilayani oleh swasta maka bobotnya adalah 10.

I.5 Manfaat Penelitian

a. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian mengenai tingkat pelayanan pengangkutan khususnya mengenai angkutan kapal penumpang danau perintis dalam ruang lingkup Ilmu Transportasi .

b. Secara Praktis

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemilik dan pengusaha kapal penumpang di Danau Toba serta bagi Departemen Perhubungan untuk meningkatkan prasarana transportasi perdagangan yang menghubungkan Kabupaten Samosir dengan kabupaten lain yang ada di sekitar Danau Toba. Selain itu bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir adalah daerah yang sangat potensial sebagai kawasan pariwisata sehingga membantu di dalam merumuskan

kebijakan-kebijakan untuk dapat meningkatkan pelayanan angkutan kapal penumpang di Danau Toba.


(19)

I.6 Metodologi Penelitian

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.

 Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan survey langsung ke lapangan, yaitu pendataan aspek-aspek yang terkait dengan masalah aksesibilitas pada daerah tujuan wisata serta pembagian kuesioner.

 Data sekunder, yaitu data yang bersumber dari instansi terkait, yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, Dinas Perhubungan Kabupaten Samosir dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir.

Setelah didapatnya data primer dan sekunder maka dilanjutkan dengan pengolahan data berdasarkan nilai aksesibilitas yang telah diasumsikan besarnya bobot KPI untuk setiap parameter yang ada dalam mengetahui tingkat aksesibilitas di lokasi tujuan wisata di Kabupaten Samosir dan dapat kita lihat pada tabel 1.1 serta pada tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.1 Bobot KPI untuk setiap parameter

No Faktor Bobot 1 2 3 4 5 6 Faktor Beban Pendapatan masyarakat Kepadatan penduduk

Prasarana jalan dan angkutan umum Prasarana dermaga

Moda angkutan lain

50 10 10 10 10 10


(20)

Tabel 1.2 Hubungan Bobot KPI dengan nilai Aksesibilitas

No Kriteria Keperintisan Bobot

1 2 3

Tinggi Sedang Rendah

0 – 50 51- 70 71 - 100

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk mencapai tujuan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yang dianggap perlu. Metode dan prosedur pelaksanaannya secara garis besar adalah sebagai berikut:

BAB.I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian ini, ruang lingkup pembahasan dan sistematika penulisan.

BAB.II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini meliputi pengambilan teori dari beberapa sumber bacaan yang mendukung analisa permasalahan yang berkaitan dengan tugas akhir ini.

BAB.III DESKRIPSI WILAYAH

Bab ini akan membahas tentang pendiskripsian wilayah dan langkah-langkah kerja yang akan dilakukan dengan cara memperoleh data –data yang relevan dengan penelitian ini. Adapun metode perhitungan yang di gunakan adalah State Prefrence (gambaran keadaan awal).


(21)

BAB.IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini kita akan mengumpulkan data-data yg kita peroleh dari yang kita amati dan kita survei kemudian data ini selanjutnya kita olah sehingga kita nantinya mendapat beberapa kesimpulan.

BAB. V ANALISA DATA

Bab ini kita akan menganalisa data-data yang sudah kita olah untuk menjadi data yang relevan dan berisi tata cara penyusunan data.

BAB.VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan logis berdasarkan analisa data, temuan dan bukti yang disajikan sebelumnya yang menjadi dasar untuk menyusun suatu saran sebagai suatu usulan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA II.1. Transportasi Air

Disamping transportasi darat, transportasi air adalah jenis transportasi yang termasuk tua. Barang kali hampir sama tuanya karena air sebagai jalan atau prasarana angkutan sudah digunakan sejak jaman purba. Pada saat itu tenaga penggerak yang digunakan adalah tenaga manusia, yaitu dengan mendayung. Langkah yang lebih maju dari penggunaan tenaga manusia adalah pemamfaatan tenaga angin dengan memasang layar. Mungkin berawal dari sinilah lahirnya istilah pelayaran bagi kegiatan transportasi air (terutama laut) meskipun kapal yang digunakan tidak menggunakan layar, melainkan menggunakan tenaga mesin. Sampai sekarang kapal banyak digunakan untuk mengangkut penumpang, barang, menangkap ikan, atau kegiatan olah raga (Tommy H. Purwaka, 1993)

Bagi Indonesia, peranan transportasi air khususnya di daerah studi sangat penting karena daerah yang dipisahkan oleh danau, untuk menghubungkan penduduk antara satu pulau dengan pulau yang lain dengan menggunakan angkutan air.

II.2. Sarana Pada Sistem Transportasi Air

Jalan bagi transportasi air umumnya bersifat alami (laut, sungai, danau), namun dapat pula buatan manusia (kanal, danau buatan). Selain itu ada juga yang sengaja ditatar agar memenuhi syarat pelayaran (diperlebar, dikeruk).

Seperti kita ketahui bahwa sarana pada sistem transportasi perlu dipelihara dengan cermat secara berkala dan berkesinambungan. Semua itu akibat dari terganggunya keseimbangan alam oleh ulah manusia, sehingga di masa sekarang ini diperlukan pemeliharaan yang dimaksudkan agar alur pelayaran terhindar dari proses pendangkalan dan tidak terganggu oleh tumbuhan air.


(23)

II.3. Moda Angkutan Air

Bentuk maupun ukuran kendaraan air cukup beragam, mulai dari perahu dayung yang sangat sederhana, rakit, sampai kapal raksasa dengan daya angkut yang sangat besar. Berbagai kapal juga dirancang untuk berbagai keperluan, seperti kapal perang, tanker pengangkut minyak, kapal penumpang, serta kapal pesiar yang mewah.

Bagi pengangkutan barang, transportasi air masih memegang peranan penting. Daya angkut kapal yang yang sangat besar, sehingga dapat menekan biaya satuan, merupakan daya tarik tersendiri bagi dunia perdagangan. Apalagi memang sering kali tidak ada alternatif lain kecuali menggunakan kapal. Karena angkutan melalui air lambat maka sering kali angkutan ini hanya sesuai utuk mengangkut barang yang yang tidak cepat rusak.

Pengangkutan melalui air khususnya cocok dan efisien bagi lalu lintas hubungan antar tempat (misalnya pemukiman) yang tidak dihubungkan oleh sistem jaringan darat, sebaiknya menggunakan sistem angkutan dengan moda kapal untuk membongkar-muat barang, dan lalu lintas penyeberangan antar pulau.

II.4 Pelabuhan

Pelabuhan adalah tempat berlabuh atau tempat bertambatnya kapal laut atau kendaraan air lainnya untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat barang, serta merupakan daerah lingkungan kerja kegiatan ekonomi.

Pelabuhan juga berfungsi sebagai indikator untuk merangsang pertumbuhan industri di sekitarnya. Peran pelabuhan dapat digambarkan sebagai berikut :


(24)

 Melayani kebutuhan perdagangan baik perdagangan regional dan nasional (antar pulau) maupun internasional (Impor dan Ekspor).

 Menunjang pertumbuhan industri dan perputaran roda perdagangan.

 Menyediakan fasilitas transit.

 Menunjang perkembangan industri di daerah lingkungan kerja pelabuhan.

 Menambah pendapatan asli daerah.

II.4.1. Fasilitas Pelabuhan

Fasilitas pelabuhan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian fasilitas pelabuhan dan bagian sarana kapal. Antara sarana kapal dan fasilitas pelabuhan memiliki kaitan yang sangat erat.

Fasilitas pelabuhan secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :

 Infrastruktur : adalah fasilitas dasar untuk kapal seperti : alat bantu navigasi, breakwater, pelayanan pandu, pelayanan tunda dan lainnya.

 Struktural : adalah fasilitas yang disediakan diatas tanah seperti : gudang, lapangan penumpukan serta peralatan bingkar muat.

Pelabuhan juga didefenisikan sebagai salah satu terminal transportasi, yang berfungsi secara umum sebagai barikut :

 Tempat untuk membongkar memuat barang yang diekspor maupun impor.


(25)

II.4.2. Dermaga

Dermaga adalah tempat kapal sandar untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang atau naik turun penumpang. Dermaga dapat diklasifikasikan menurut jenis muatan atau jenis kapal :

a. Dermaga konvensional adalah dermaga/tambatan yang digunakan untuk merapat/sandar kapal konvesinal.

b. Dermaga peti kemas adalah dermaga/tambatan yang digunakan untuk merapat/sandar khusus kapal-kapal peti kemas.

c. Dermaga curah kering adalah dermaga/tambatan yang digunakan untuk merapat/sandar kapal-kapal yang khusus melakukan bongkar muat barang curah kering.

d. Dermaga curah cair adalah dermaga/tambatan yang digunakan untuk merapat kapal-kapal yang khusus melakukan bongkar muat barang curah cair.

II.5. Kapasitas dan Tarif Angkutan II.5.1. Kapasitas Angkutan

Kapasitas angkutan adalah kemampuan sesuatu alat angkutan untuk memindahkan muatan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dalam waktu tertentu. Unsur-unsur kapasitas angkutan terdiri dari :

 Berat muatan

 Jarak yang ditempuh


(26)

II.5.2. Tarif Angkutan

Jasa yang diberikan dari perusahaan angkutan dihitung menurut ton-km atau ton-mil dan biasa disebut tarif angkutan.

Sifat utama dari tarif angkutan yang didasarkan pada faktor jarak tersebut adalah :

 Tarif angkutan tidak dimulai dengan nol atau tanpa pembebanan tarif karena adanya ongkos terminal, ongkos tetap dan sebagainya yang perlu dibebankan kepada muatan barang yang diangkut.

 Tarif angkutan tidak dipungut untuk tiap mil/km, tetapi dengan cara sekumpulan mil (block of mil). Misalnya untuk jarak 1-4 mil dengan tarif tertentu, sedangkan jarak untuk 4-8 mil tertentu lainnya.

Ditinjau dalam hubungan dengan tarif angkutan dan sifat pelayanan jasanya, usaha angkutan dibagi dalam dua golongan besar, yaitu :

a. Common carrier, adalah usaha angkutan umum yang menentukan tarif angkutan dengan suatu daftar tarif tertentu, beroperasi atau melayani pemakainya pada waktu-waktu tertentu dan pada trayek yang telah ditetapkan. Jadi common carrier merupakan usaha angkutan umum.

b. Contract carrier, adalah usaha angkutan yang memberikan jasa jika diperlukan, dengan tarif yang telah biasa dipakai pada rute yang bersangkutan atau dengan tambahan biaya tertentu, usaha angkutan ini merupakan usaha angkutan carteran, yang biaya dan resiko pengiriman melalui perjanjian kedua belah pihak.


(27)

III.6. Teori Terjadinya Perjalanan

Perjalanan terjadi karena adanya aktifitas pergerakan yang dilakukan seseorang bukan di tempat kediamannya. Perjalanan merupakan pergerakan orang dan barang antara dua tempat kegiatan yang terpisah karena dirasakan perlu mempertemukan kegiatan perorangan atau kelompok dalam masyarakat.

Dalam melakukan perjalanan seseorang memerlukan sarana transportasi atau tidak tergantung kepada jarak dan waktu yang diperlukan untuk melakukan perjalanan. Makin dekat jarak tempuh, pada umumnya orang cenderung memilih moda yang paling praktis bahkan mungkin memilih jalan kaki. Sedangkan bila orang melakukan perjalanan untuk cepat sampai ke tempat tujuannya dikarenakan keterbatasan waktu, maka orang akan memilih moda yang pergerakannya lebih cepat.

II.7. Faktor Pemilihan Moda

Faktor pemilihan moda bukan merupakan suatu proses acak, melainkan dipengaruhi oleh faktor :

 kecepatan  jarak perjalanan  kenyamanan  biaya

 ketersediaan moda  usia


(28)

Semua faktor ini dapat berdiri sendiri-sendiri atau saling bergabung. Hal tersebut bukan saja dapat terjadi di Transportasi Darat tetapi sama juga halnya dengan Transportasi Air. Keterbatasan sarana dan prasarana juga mengakibatkan terbatasnya pemilihan moda yang tersedia. Oleh sebab itu perlulah kiranya memperbaiki sarana dan prasarana transportasi yang tersedia.

II.8. Keselamatan Kapal

Teknologi pembuatan kapal khususnya kapal pelayanan rakyat masih sangat sederhana, pembuatan tidak dilakukan di galangan-galangan kapal khusus,melainkan dilaksanakan secara berpindah-pindah sesuai dimana bahan baku (kayu) diperoleh, yang dilakukan secara tradisional oleh tenaga-tenaga berpengalaman yang diwarisi secara turun temurun. Oleh sebab itu perlu kiranya pengawasan bagi keselamatan pelayaran khusus penumpang.

Perlengkapan keselamatan pelayaran yang dapat diprgunakan adalah :

a. Jerigen plastik yang diikat dengan kayu, berfungsi sebagai pengapung beberapa orang, tetapi tidak dapat ditumpangi seperti sekoci.

b. Rakit-rakit, berfungsi sebagai pengapung beberapa orang, dapat ditumpangi (sekoci).

c. Alat-alat penolong sebanyak ABK misalnya ban dalam terpompa, berfungsi sebagai pengapung secara individu.

d. Perlengkapan PPPk.

e. Radio SSB, berfungsi sebagai alat komunikasi dengan lingkungan luar perahu. f. Bendera-bendera, sebagai alat penyampai isyarat


(29)

h. Pemadam kebakaran.

II.9. Karakteristik Pergerakan Non-Spasial

Karakteristik pergerakan ini menyangkut pertanyaan-pertanyaan mengapa orang melakukan perajalan, kapan orang melakukan perjalan dan menggunakan sarana angkutan jenis apa. Beberapa karakteristik dasar dari pergerakan yang dapat kita sebut dengan istilah non-spasial (tanpa batas ruang) mengemukakan bahwa pergerakan yang terjadi berkaitan dengan :

II.9.1. Sebab Terjadinya Pergerakan

Biasanya maksud perjalanan dikelompokkan sesuai dengan ciri dasarnya, yaitu yang berkaitan dengan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan agama. Jika ditinjau lagi akan dijumpai kenyataan lebih dari 90% perjalanan berbasis tempat tinggal: artinya mereka memulai perjalanan dari tempat tinggal dan berakhir kembali ke tempat tinggal (rumah). Pada kenyataan ini pula ditambahkan kategori keenam tujuan perjalanan adalah pulang ke rumah.

Tabel 2.1. Klasifikasi pergerakan orang perkotaan

Aktifitas Klasifikasi Perjalanan

I. Ekonomi

a. Mencari nafkah

b. Mendapatkan barang dan pelayanan

1. Ke dan dari tempat kerja yang berkaitan dengan kerja

2. Ke dan dari toko dan keluar untuk keperluan pribadi yang berkaitan dengan belanja dan bisnis pribadi

II. Sosial

Menciptakan dan menjaga hubungan pribadi

1. Ke dan dari rumah teman


(30)

III.Pendidikan Ke dan dari sekolah, kampus dan lain-lain

IV.Rekreasi dan hiburan 1. Ke dan dari tempat rekreasi 2. Yang berkaitan dengan perjalanan

dan berkendaraan untuk rekreasi

V.Kebudayaan 1. Ke dan dari tempat ibadah

2. Perjalanan bukan hiburan ke dan dari daerah budaya serta pertemuan poltik

Sumber : Perencanaan & Pemodelan Transportasi

II.9.2. Waktu Terjadinya Pergerakan

Waktu terjadinya pergerakan sangat tergantung pada kapan seseorang melakukan aktifitasnya sehari-hari. Dengan demikian, waktu perjalanan sangat tergantung pada maksud perjalanan. Perjalanan ke tempat kerja atau perjalanan dengan maksud bekerja biasa merupakan parjalanan yang dominan, dan karena sangat penting diamati secara cermat. Karena pola kerja biasanya dimulai pukul 600 – 800 dan berakhir pada pukul 1600 – 1800, maka perjalanan untuk maksud kerja biasanya mengikuti pola kerjanya.


(31)

II.9.3. Jenis Sarana Angkutan Yang Digunakan

Studi-studi transportasi yang digunakan biasanya mengkaji perjalanan dalam bentuk jenis transportasi yang dipergunakan atau apa saja yang disebut sebagai “pembagian moda atau model split”. Dengan membagi data perjalanan kedalam moda-moda yang berbeda, para perencana dan perekayasa angkutan dapat menaksir kebutuhan jasa angkut untuk masing –masing moda dan merencanakannya sesuai permintaan tersebut.

Dalam melakukan perjalanan, orang biasanya dihadapkan pada pilihan jenis angkutan yakni berjalan kaki, menggunakan angkutan pribadi, ataupun menggunakan angkutan umum. Dalam menentukan pilihan jenis angkutan orang mempertimbangkan berbagai faktor yaitu maksud perjalanan, jarak tempuh, biaya perjalanan, tingkat kenyamanan, ketersediaan moda, status sosial ekonomi, dll.

Gagasan bahwa pemilihan moda transportasi adalah berhubungan dengan jarak perjalanan dan bahwa maksud perjalanan yang berbeda mempunyai jarak perjalanan yang telah menunjukan bahwa suatu komponen spasial-lah (komponen dengan batas ruang) yang digunakan. Maksud-maksud perjalanan yang berbeda tampaknya akan memiliki karakteristik-karakteristik spasial berbeda.

II.10. Karakteristik Pergerakan Spasial

Konsep yang paling mendasar dari studi-studi transportasi adalah berupa hubungan antara distribusi ruang (spasial) dari perjalanan dan distribusi spasial dari tata guna lahan yang terdapat dalam suatu daerah perkotaan. Perjalanan-perjalanan dilakukan unutk melakukan suatu kegiatan tertentu, sedangkan lokasi kegiatan tersebut ditentukan oleh pola tata guna lahan kota tersebut.


(32)

II.10.1. Pola Tata Guna Lahan Perkotaan

Defenisi umum dari tata guna lahan perkotaan adalah sebaran ruang untuk pola geografis dari fungsi suatu kota, seperti misalnya daerah hunian, perniagaan, perkotaan, pemerintahan, dan lain sebagainya. Defenisi lain menyatakan bahwa tata guna lahan melibatkan dua bagian yaitu pertama dalam bentuk pemanfaatan ruang akibat pola aktifitas manusia, perusahaan, dan institusi dan kedua dalam bentuk fisik dari struktur atau prasarana yang dibuat untuk mengakomodasikan pola dan fungsi pada bentuk pertama di atas (perencanaan transportasi perkotaan).

Telah umum diketahui bahwa lahan yang terdapat di pusat kota adalah lebih mahal dibandingkan dengan lahan yang terdapat di luar kota. Untuk sebagian besar orang, tinggal pada tempat yang berdekatan dengan pusat kota akan ditentukan oleh kemampuannya membayar biaya lahan perumahan.

Alasan utama mengapa nilai lahan menjadi lebih tinggi di daerah pusat-pusat kota dalah karena daerah dipusat kota mempunyai suatu tingkat aksesibilitas (kemudahan hubungan) yang tinggi untuk mencapai beragam aktifitas yang terpusat di dalam suatu daerah yang relatif kecil. Hal ini sangat berguna bagi suatu aktifitas perdagangan yang membutuhkan aksesibilitas yang tinggi seperti misalnya toko-toko eceran atau perusahaan-perusahaan perdagangan lainnya. Suatu lokasi di pusat kota akan menempatkan usaha-usaha perdagangan tersebut di dalam daerah yang memiliki kemudahan akses bagi sebagian pembeli-pembeli potensial yang tinggal di dalam kota dan dekat dengan fasilitas penunjang yang terkonsentrasi di pusat kota. Untuk beberapa usaha tertentu, lokasi di pusat kota adalah sangat penting dan usaha-usaha ini bersedia membayar biaya-biaya yang sangat tinggi agar dapat berada di lokasi pusat.


(33)

II.10.2. Pola Perjalanan Orang

Dari penelitian di london memperlihatkan bahwa pusat kesempatan kerja tertinggi di pusat kota dan di sepanjang koridor-koridor jalan utama yang mengarah ke pusat perdagangan. Di sekeliling daerah yang tinggi jumlah kesempatan kerja ini adalah berupa daerah-daerah perumahan utama kota yang tingkat kesempatan kerjanya jauh lebih rendah.

II.11. Analisa Aliran Barang

Salah satu perwujudan hubungan antar daerah ialah adanya pertukaran antar daerah yang dapat berwujud barang, uang, maupun jasa. Karena itu analisa aliran barang dapat digunakan sebagai salah satu ukuran intensitas hubungan suatu daerah dengan daerah lainnya. Lebih dari itu, dapat pula diketahui tingkat ketergantungan daerah yang diselidiki pada daerah lain, atau peranan daerah yang diselidiki pada daerah lain yang lebih luas.

Disamping itu, khususnya bagi daerah yang semula tidak mempunyai atau sangat kurang perhubungannya, dengan pembukaan atau pengadaan prasarana baru selain akan mampu memanfaatkan potensi yang tersedia dapat pula membuka prespektif baru yang tadinya belum diketahui. Analisa aliran barang mempunyai nilai yang jelas karena memperlihatkan hubungan

antara produksi industri/hasil alam, tenaga kerja, dan penduduk dalam kegiatan perekonomian

II.12. Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan

ASDP adalah singkatan dari Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan merupakan istilah yang terdiri dari 2 aspek yaitu Angkutan Sungai dan Danau atau ASD dan Angkutan Penyebrangan.Istilah ASDP ini merujuk pada sebuah jenis “moda” atau “ jenis angkutan “ dimana suatu sistem transportasi dimana suatu sistem transportasi terdiri dari 5 macam yaitu


(34)

moda angkutan darat (jalan raya), moda angkutan udara, moda angkutan kereta api, moda angkutan pipa (yang mungkin belum dikenal luas), moda angkutan laut dan moda ASDP.

Angkutan Perairan Daratan atau angkutan perairan pedalaman merupakan istilah lain dari Angkutan Sungai dan Danau (ASD). Jenis angkutan ini telah lama dikenal oleh manusia bahkan terbilang tradisional. Sebelum menggunakan angkutan jalan dengan mengendarai hewan seperti kuda dan sapi, manusia telah memanfaatkan sungai untuk menempuh perjalanan jarak jauh. Demikian juga di Indonesia, sungai merupakan wilayah favorit sehingga banyak sekali pusat pemukiman, ekonomi, budaya maupun kota-kota besar yang berada di tepian sungai seperti Palembang.

Angkutan Perairan Daratan merupakan sebuah istilah yang diserap dari bahasa Inggris yaitu Inland Waterwaysatau juga dalam bahasa Perancis yaitu Navigation

d’Interieureatau juga voies navigablesyang memiliki makna yang sama yaitu pelayaran atau aktivitas angkutan yang berlangsung di perairan yang berada di kawasan daratan seperti sungai, danau dan kanal.Sementara itu, angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan kereta api yang terputus karena adanya perairan. Dalam bahasa Inggris, moda ini dikenal dengan istilah ferry transport. Lintas penyeberangan Merak - Bakauheni dan Palembang - Bangka bahkan juga Inggris - Perancis adalah beberapa contoh yang sudah dikenal masyarakat.

Sebagai suatu jenis moda angkutan dalam suatu sistem transportasi, Angkutan Perairan Daratan memiliki karakater yang khas yang berbeda dengan moda angkutan lainnya. Bahkan karena angkutan ini terdiri dari angkutan sungai (dan juga kanal) dan


(35)

angkutan danau (termasuk juga rawa, waduk dan situ), karakter yang dimilikinya pun relatif cukup unik.

Angkutan sungai memilki karakter yang hampir mirip dengan angkutan jalan (highways) atau angkutan kereta api (railways) karena hanya dapat melayani pengguna jasa pada daerah cakupan (catchment area) di sepanjang aliran sungai itu saja. Pada angkutan sungai terkadang terdapat adanya lintas penyeberangan di sungai yang rutin dimana hal ini tidak terdapat pada angkutan jalan. Sementara itu, angkutan danau cenderung memiliki daerah pelayanan yang lebih terbatas karena hanya dapat melayani pengguna jasa di sekitar danau saja dan lebih bersifat sebagai angkutan penyeberangan di kawasan danau tersebut. Angkutan perairan daratan umumnya memiliki rute yang tidak tetap dan jadwal yang tidak teratur meskipun juga pada tingkatan yang lebih berkembang juga terdapat angkutan dengan rute yang tetap dan dengan jadwal yang teratur maupun tidak teratur. Angkutan perairan daratan umumnya menggunakan kapal perairan daratan berkonstruksi kayu dengan berbagai variasinya.


(36)

II.12.1. ASDP secara nasional

Indonesia adalah negara maritim yang terdiri atas 17.508 pulau merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.Beranjak dari kondisi geografis Indonesia tersebut di atas, maka peranan transportasi laut dan penyebrangan sangat dominan dalam memperlancar arus barang dan manusia. Mengingat pentingnya transportasi laut dan penyebrangan, maka penyediaan sarana dan prasarana transportasi laut dan penyebrangan harus dapat memenuhi kebutuhan permintaan akan jasa transportasi laut dan penyebrangan secara efisien dan dan efektif. Dengan makin tingginya arus barang dan manusia melalui laut dan penyebrangan sebagai akibat dari laju pembangunan nasional dan pemerataan hasil- hasil pembangunan ke seluruh pelosok tanah air maka kebutuhan lintasan penyebrangan semakin meningkat pula.

Pada Repelita VI diadakan penambahan lintasan penyebrangan baru melalui pembangunan jeringan penyebrangan nasional secara bertahap dengan mengembangkan jeringan lintasan utara dari Sabang le Jayapura melalui Pontianak, Nunukan, Manado, Ternate, dan Biak. Jeringan lintasan tengah dari Palembang ke Jayapura melalui

Banjarmasin, Ujungpandang, Kendari, Ambon, Sorong, dan Biak, dan jeringan lintas selatan dari Lampung ke Merauke melalui Jakarta, Bali, Bima, Kupang, Dilli, dan Tual.

Angkutan penyebrangan sebagai sistem transportasi darat ( KA, ja;an raya ) dalam kerangka tatanan transportasi nasional yang berfungsi untuk menyatukan wilayah nusantara yang terdiri atas ribuan pulau sebagai satu kesatuan wawasan nusantara, memegang perana yang sangat penting dan strategis. Konsepsi penyebrangan adalah sebagai penghubung dan


(37)

alteranatif jeringan jalan yang dipisahkan oleh perairan merupakan wujud pelaksanaan kebijakan pemerintah di bidang transportasi.

Sungai, danau, dan selat adalah prasarana yang penting bagi lalu lintas dan

perkembangan angkutan di Indonesia dimana selama beberapa ratus tahun yang lalu tumbuh dan berkembang secara alamiah tanpa dibina.Jasa angkutan ini terutama dapat dijumpai pada daerah- daerah tertentu, dimana prasarana jalan raya Belem berkembang dengan baik, maka jasa angkutan sungai dan danau ini memiliki peranan yang sangat penting.

Pada umumya ASDP digunakan untuk melayani mobilitas barang dan penumpang baik di sepanjang sungai atau danau dan di sepanjang lintas penyebrangan sungai dan danau.Transportasi sungai dan danau relatif murah. Namunpemanfaatannya masih kurang terutama pada wilayah yang sudah dibangun prasarana jalan dan jembatan.

Penyelenggaraannya lebih banyak oleh masyarakat dan peran pemerintah dalam investasi terutama dalam pembanguna prasarana dermaga penyebrangan sungai dan danau relatif sedikit jumlahnya.Keunggulan komperatif angkutan perairan daratan yang mampu menjangkau ke wilayah yang terpencil dijadikan jalan untuk membuka daerah yang

terisolasi dan apabila dipadukan dengan moda lain maka akan terbentuk suatu jeringan multi- moda yang transportasi yang efisien.

Jeringan infrastruktur yang terpadu dan menjangkau kawasan yang lebih luas akan mendorong percepatan pembangunan ekonomi dan mempermudah eksploitasi segala sumber daya yang ada pada daerah tersebut.Jaringan alur pelayaran perairan daratan di Indonesia terdiri dari 145 jalur angkutan sungai dan 5 kanal yang mempunyai jumlah panjang yang


(38)

lebih dari 31346 km dan 24 danau yang memiliki jumlah luas sekitar 2279 km².Oleh karna itu ASDP merupakan sektor transportasi yang sangat penting dalam menghubungkan wilayah kesatuan nusantara Indonesia sebagai bagian dari sistem transportasi nasional.

II.12.2.Angkutan Danau di Danau Toba

Danau Toba adalah danau yang terluas di Indonesia. Danau ini terletak di propinsi Sumatera Utara dan terletak pada wilayah kabupaten Samosir, kabupaten Toba dan

sekitarnya.Selain keindahan Danau Toba, perairan Danau Toba juga berfungsi sebagai prasarana transportasi air yang menghubungkan antar daerah, khususnya menghubungkan antara Pulau Samosir dengan daerah Toba. Jumlah kunjungan kapal, penumpang dan barang pada angkutan danau di Kabupaten Toba Samosir tahun 2006 dari 3 dermaga masing-masing 6.086 kunjungan kapal; 179.961 penumpang dan 5.947,1 ton barang. Dermaga Ajibata merupakan dermaga yang paling sibuk. Jumlah kunjungan kapal, penumpang dan barang di dermaga tersebut tahun 2006 masing-masing 3.773 kunjungan kapal, 143.895 penumpang dan 4.509 ton barang.

Sebagai daerah yang sangat potensial sebagai kawasan pariwisata, sarana

transportasi air tentu sangat mendukung. Selain berfungsi sebagai sarana wisata, perairan Danau Toba juga berfungsi sebagai prasarana transportasi perdagangan yang

menghubungkan Samosir dengan Kabupaten Tobasa dan Parapat, Simalungun. Jumlah kunjungan kapal penumpang dan barang pada angkutan danau di Samosir, dari lima dermaga sebanyak 9.136 kunjungan. Dermaga Tomok merupakan dermaga yang paling sibuk.


(39)

Oleh karna itu angkutan danau di danau Toba ini perlu diberikan perhatian yang lebih, sehingga pelayanan angkutan danau ini daapt menjadi lebih baik dan memberikan banyak keuntungan bagi perekonomian masyarakat di sekitar danau Toba. Dan yang paling dapat kita harapkan adalah untuk dapat memajukan sektor pariwisata danau Toba melalui pelayanan angkutan danau yang maksimal.


(40)

BAB III

DESKRIPSI WILAYAH IV.1 Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir dibentuk berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2003 yang berasal dari pemekaran Kabupaten Toba Samosir. Setelah terjadi pemekaran tersebut maka jumlah wilayah administrasi Kabupaten Samosir pada tahun 2004 terdiri dari 9 Kecamatan yang terdiri atas Kecamatan Sianjur Mula- mula, Kecamatan Harian, Kecamatan Sitio- tio, Kecamtan Onan Runggu, Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Palipi, Kecamatan Pangururan, Kecamatan Ronggur Nihuta,dan Kecamatan Simanindo dengan ibukota Kabupaten adalah Kota Pangururan.

Tabel 4.1 Kondisi Eksisting Kabupaten Samosir

Provinsi Sumatera Utara Ibukota Pangururan

Luas 1.444,25 km² darat & 624,8 km² perairan Danau Toba Kecamatan 9

Desa/Kelurahan 111/ 6 Jumlah penduduk 131.549

Dasar Hukum/ tanggal

UU NO 36 Tahun 2003/ 18 Desember 2003

Bupati Ir. Mangindar Simbolon


(41)

IV.1.1 Letak Geografis dan Kondisi Wilayah

Kabupaten Samosir berada pada 2˚24’ - 2˚45’ Lintang Utara dan 98˚21’ - 99˚55 Bujur Timur. Kabupaten Samosir memiliki luas daerah 1.444,25 km2 dan luas perairan Danau Toba 624,80 km2.

Kabupaten Samosir diapit tujuh kabupaten yaitu :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Karo  Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak

Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi dengan ketinggian antara 904 - 2157 meter diatas permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring, dan terjal. Struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik.

Sesuai dengan letaknya yang berada di garis khatulistiwa, Kabupaten Samosir tergolong ke dalam daerah beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17º C – 29º Cdan rata – rata kelembapan udara 85,04 persen. Rata – rata tinggi curah hujan yang terjadi di Kabupaten Samosir per bulan tahun 2006 sebesar 1.921 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 21 hari.

Curah hujan tertinggi pada bulan Oktober dengan 3.521 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 25 hari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari yaitu sekitar 785 mm dengan jumlah hari hujan 20 hari.


(42)

IV.1.2Data Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Samosir sebanyak 131.549 jiwa, yang terdiri dari 64.766 orang laki – laki (49,23 %) dan 66.783 orang perempuan (50,77%). Jumlah kepadatan penduduk sebesar 91,08 jiwa/km².

Tabel 4.2 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

No Kecamatan Luas Wilayah

( km² )

Penduduk ( jiwa )

Kepadatan ( jiwa/km² )

1 Harian 560,45 6.835 12,20

2 Sianjur Mula - mula 140,24 11.098 79,14

3 Sitio - tio 50,76 8.749 172,36

4 Nainggolan 87,86 13.302 151,40

5 Onan - runggu 60,89 12.722 208,93

6 Palipi 129,55 18.895 145,85

7 Pangururan 121,43 30.069 247,62

8 Ronggur Nihuta 94,87 9.967 105,06

9 Simanindo 198,20 19.912 100,46

Jumlah/Total 1.444,25 131.549 91,08


(43)

Tabel 4.3 Data Kependudukan Menurut Kelompok Usia

Kelompok Umur Laki – laki Perempuan Laki – laki + Perempuan

0 - 4 5,360 5,274 10,634

5 – 9 7,300 7,195 14,495

10 - 14 7,766 7,323 15,089

15 - 19 8,293 8,074 16,367

20 -24 6,878 6,193 13,071

25 - 29 5,451 4,942 10,393

30 - 34 3,993 3,716 7,709

35 - 39 3,519 3,451 6,970

40 - 44 3,215 3,444 6,659

45 - 49 3,135 3,554 6,689

50 - 54 2,690 3,403 6,093

55 - 59 2,282 2,716 4,998

60 - 64 1,614 2,303 3,917

65 - 69 1,387 2,107 3,494

70 - 74 773 1,155 1,928

75 + 1,110 1,933 3,043


(44)

IV.2. Deskripsi Wilayah Jangkauan Kapal Penumpang IV.2.1 Kecamatan Pangururan

Pangururan adalah sebuah kecamatan sekaligus ibukota Kabupaten Samosir. Pangururan terdiri atas 25 desa dan 3 kelurahan dengan jumlah penduduk 30.069 jiwa. Luas kecamatan Pangururan 121,43 km². Pangururan memiliki 4 dermaga danau yang ada di Hutanamora, Pardomuan, Pasar Pangururan, dan Parsaoran 1.

IV.2.2 Kecamatan Palipi

Kecamatan Palipi memiliki luas wilayah 129,55 km² dengan jumlah penduduk 18.895 jiwa. Ibukota kecamatan Palipi adalah Mogang. Kecamatan Palipi merupakan wilayah yang memiliki luas areal persawahan 1.248 ha sehingga masyarakat di daerah ini menggantungkan hidupnya pada pertanian. Dermaga yang ada di Kecamatan Palipi ada 11 yaitu di Urat Timur, Parsaoran Urat, Urat 1, Palipi, Hatoguan, Simbolon Purba, Sigaol Simbolon, Suhut Nihuta Pardomuan dan Gorat Parlombuan masing – masing ada 2 dermaga.

IV.2.3 Kecamatan Onan Runggu

Kecamatan Onan Runggu memiliki luas wilayah 60,89 km² dengan jumlah penduduk 12.722 jiwa. Onan Runggu memiliki 12 desa dan memiliki 4 dermaga danau yang ada di Sitinjak, Onan Runggu, Sitamiang, dan Tambun Sungkean.

IV.2.4 Kecamatan Nainggolan

Kecamatan Nainggolan juga termasuk dalam Kabupaten Samosir dengan ibukota kecamatan adalah Nainggolan. Kecamatan ini terdiri dari 10 desa dan 2 kelurahan. Kecamatan Nainggolan memiliki luas wilayah 87,86 km² dan 13.302 jiwa penduduk. Kecamatan ini


(45)

memiliki 5 dermaga yang ada di Pasaran Parsaoran, Pasaran 1, Sinaga Uruk Pandiangan, Nainggolan, dan Pangaloan.

IV.2.5 Kecamatan Ronggur Nihuta

Kecamatan Ronggur Nihuta memiliki luas wilayah 94,87 km² dan jumlah penduduk 9.967 jiwa. Kecamatan ini memiliki 8 desa. Kecamatan Ronggur Nihuta berada di tengah Pulau Samosir dan tidak memiliki dermaga kapal danau.

IV.2.6 Kecamatan Simanindo

Kecamatan Simanindo memiliki luas wilayah 94,87 km² dan jumlah penduduk 19.912 jiwa. Kecamatan ini terdiri dari 15 desa dan 1 kelurahan. Kecamatan Simanindo memiliki 3 dermaga danau yang berada di desa Tomok. Dan pada desa Tomok ini adalah yang paling padat dalam menggunakan angkutan kapal danau karna merupakan jalur penghubung yang utama menuju Pulau Samosir.

IV.2.7 Kecamatan Harian

Kecamatan Harian memiliki luas wilayah 560,45 km² dan jumlah penduduk 560,45 jiwa. Kecamatan ini terdiri atas 11 desa dan berada di sebelah barat Pulau Samosir. Kecamatan Harian memiliki tidak memiliki dermaga kapal danau.

IV.2.8 Kecamatan Sianjur Mula – mula

Kecamatan Sianjur Mula-mula memiliki luas wilayah 140,24 km² dan jumlah penduduk 11.098 jiwa. Kecamatan ini terdiri atas 11 desa. Pada kecamatan ini memiliki 1 dermaga kapal danau.


(46)

IV.2.9 Kecamatan Sitio – tio

Kecamatan Sitio – tio memiliki luas wilayah 50,76 km² dan jumlah penduduk 8.749 jiwa. Kecamatan ini memiliki 6 desa. Kecamatan ini memiliki 4 dermaga yang ada di Sabulan, Holbung, Janji Raja dan Cinta Maju.

IV.3.Sejarah Pertumbuhan Kapal dan Dermaga di Samosir

Angkutan air pertama kali yang digunakan masyarakat Samosir adalah sampan kecil. Angkutan ini digunakan oleh masyarakat hanyalah untuk menangkap ikan di danau sejak zaman dahulu hingga tahun 1955. Adanya kegiatan pertukaran hasil bumi antar daerah yang berada di kawasan Danau Toba mengakibatkan kebutuhan akan angkutan air meningkat, sehingga samapan kecil berganti menjadi samapan yang lebih besar dan mampu memuat sekitar 8 orang penumpang. Namun begitu sampan kecil tetap digunakan masyarakat Samosir hingga saat ini. Sekitar tahun 1960 sampan besar tersebut berganti dengan perahu layar yang mampu memuat barang dan penumpang dalam jumlah yang besar ( ton ). Pada mulanya kapal motor yang ada di Danau Toba hanya ada 1 pada tahun 1962 dan itupun hanya mengangkut batu dari daerah Sigaol ke Balige.

Kegiatan pemasaran hasil bumi dari Kabupaten Toba Samosir paling banyak didistribusikan ke Kabupaten Samosir, Kabupaten Humbahas, Kabupaten Tapanuli yang perjalanannya menggunakan angkutan danau. Semakin berkembangnya Danau Toba dan Pulau Samosir maka kebutuhan akan transportasi air semakin meningkat, maka bertolak dari itu maka pengusaha di Kabupaten Samosir membuat kapal motor.


(47)

Apabila ingin keluar masuk ke Pulau Samosir haruslah melalui Danau Toba selain itu jalan Tele satu-satunya jalur darat yang menghubungkan Pulau Samosir dengan daratan Sumatera. Dimana letaknya sangat jauh dan situasi medan yang sangat berat karena harus melewati daerah perbukitan yang terjal. Sehingga banyak masyarakat yang memilih menggunakan kapal motor. Seiring dengan perkembangan kapal motor yang semakin meningkat maka didirikanlah dermaga yang dulunya terbuat dari kayu. Kemudian pada tahun 1997 Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir (yang dulunya masih dipegang oleh Kabupaten Tapanuli Utara) mengganti dermaga kayu itu menjadi dermaga yang terbuat dari beton.

IV.4. Pemanfaatan Moda Transportasi Air ( Kapal Motor )

Sebagai daerah yang dipisahakan oleh danau, maka moda angkutan air berperan penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup. Adapun peranan angkutan danau sangat penting dalam sarana untuk pemasaran hasil bumi, material bangunan dan untuk kegiatan sosial pendidikan masyarakat yang ada di Kabupaten Samosir. Namun perkembangan angkutan kapal danau ini semakin hari semakin berkurang. Hal ini diakibatkan karena adanya jalan darat yang menghubungkan Kabupaten Samosir dengan daerah – daerah yang ada di sekitar danau Toba.


(48)

IV.5. Rute Angkutan Danau Kapal Penumpang

Rute – rute kapal angkutan penyeberangan penumpang yang ada di Danau Toba berjumlah 63 rute penyebrangan danau , baik itu antar kabupaten ataupun dalam kabupaten. Adapun rute – rute penyebrangan angkutan danau tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel IV.5Rute Angkutan Danau

1. Dalam Kabupaten

Kabupaten Samosir

Janji Raja Sitio – tio - Sabulan

Harian Holbung Bonan Dolok Hasinggaan Tamba Tulas Sihotang Pangururan Ransang Bosi Sabulan Holbung Janji Raja Ransang Bosi Tamba Mogang

Urat - Pandiangan Onan Runggu Nainggolan

Sito – tio

Ambarita Tuk – tuk

Simanindo Tomok Simbolon Sabulan


(49)

Janji Raja

Sabulan Holbung

Lagundi Onan Runggu

Kabupaten Toba Samosir

Sigaol Uluan Balige

Ajibata Porsea

Panamean

Ajibata

Uluan Sigaol

Kabupaten Dairi

Binangara Silalahi

Kabupaten Tapanuli Utara

Sitanggor Papande

Muara

Kabupaten Simalungun

Tigaraja Sipolha - Panahatan

2. Antar Kabupaten

Kabupaten Samosir Kabupaten Toba Samosir

Mogang Holbung Nainggolan Onan Runggu

Pangururan Urat Sabulan

Janji Raja


(50)

Tomok Nainggolan

Ajibata

Kabupaten Samosir Kabupaten Simalungun

Tuk – tuk Parapat

Haranggaol Simanindo

Tiga Ras

Tomok Tiga Raja

Kabupaten Samosir Kabupaten Tapanuli Utara

Nainggolan Holbung Pangururan Onan Runggu

Muara

Muara

Kabupaten Samosir Kabupaten Dairi

Binangara Pangururan

Silalahi

Kabupaten Simalungun Kabupaten Karo


(51)

Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Humbang Hasundutan

Bakkara Balige

Tipang

Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Tapanuli Utara

Sigaol Papande Balige

Sitanggor

Ajibata Muara

Kabupaten Simalungun Kabupaten Toba Samosir

Panahatan Ajibata

Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Humbang Hasundutan

Tipang Muara

Bakkara Jumlah rute = 63 rute


(52)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4. 1 Umum

Dalam penelitian ini untuk mencapai tujuan dari analisa pada daerah studi, dilakukan beberapa tahapan yang dianggap perlu, yang mana prosedur pelaksanaannya secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Tahap pertama adalah melakukan studi literatur dalam usaha memperoleh teori-teori yang berhubungan dengan penyelesaian tugas akhir.

2. Tahap kedua adalah menemukan jumlah dan distribusi sampel yang sesuai dengan daerah penelitian. Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi. Pendugaan taksiran atau populasi tersebut dilakukan melalui sampel. Keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga mendorong seorang peneliti untuk menggunakan sampel dalam penelitiannya.

3. Tahap ketiga adalah pengambilan data lapangan.

4. Tahap keempat adalah pengorganisasian data yang dibutuhkan. Metode pengumpulan data diperoleh dari survei. Berdasarkan sumbernya data dapat digolongkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau objek yang diteliti. Data primer sangat berperan dalam mendukung tujuan penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi terkait. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari kantor BPS dan kantor Dinas Perhubungan .


(53)

5. Tahap akhir adalah analisa data dari hasil survei untuk mengambil kesimpulan dari tujuan ini.

4.2 Pengambilan Data

4.2.1 Pengambilan Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. Data trayek angkutan danau, data ini diperlukan untuk mengetahui rute - rute angkutan penyebrangan di Danau Toba.

2. Data kapal dan jadwal pergerakan kapal untuk mengetahui faktor beban dari kapal yang ada.

3. Data penduduk, data ini diperlukan untuk mengetahui kepadatan penduduk pada wilayah studi.

4. Data dermaga kapal, data ini diperlukan untuk identifikasi dermaga kapal yang akan dikaji dalam studi ini.

4.2.2 Pengambilan Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan survei langsung ke lapangan atau ke lokasi penelitian antara lain:

1. Mengajukan pertanyaan (kuesioner), adapun data yang akan diambil meliputi data: persepsi masyarakat terhadap angkutan danau sehingga dapat diketahui pendapat masyarakat terhadap angkutan penyebrangan danau pada masing-masing kecamatan yang menjadi tempat survey.


(54)

4.3 Pembuatan Data Kuesioner

Daftar yang akan digunakan dalam penelitian ini dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan pewawancara dalam melakukan pendataan dan mempermudah tiap masyarakat dalam pengisian tabel kuesioner. Daftar yang dibuat berdasarkan variabel-variabel yang terdiri dari:

a. Daftar karakteristik responden yang menggunakan angkutan kapal danau penyebrangan yang berisi:

1. Nama 2. Pekerjaan

b. Daftar variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat keperintisan lintas penyebrangan yang disurvey, yang ditinjau dari segi faktor beban, kepadatan penduduk, pendapatan masyarakat, prasarana jalan dan angkutan umum, prasarana dermaga, dan moda angkutan lain .

4.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dipergunakan adalah Stratified Random Sampling

(sampel acak berstrata).

Sampel acak berstrata adalah cara pengambilan sampel dengan terlebih dahulu membuat penggolongan populasi menurut ciri geografi tertentu dan setelah digolongkan kemudian ditentukan jumlah sampel dengan pemilihan secara acak. Maka pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan kepada 8 kecamatan.


(55)

4.5 Penentuan Jumlah Sampel Untuk Persepsi Mayarakat

Dari data sekunder banyaknya penduduk tiap desa di daerah lokasi dermaga yang diteliti adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5.1 Jumlah penduduk menurut lokasi dermaga

No. Nama dermaga Desa

Jumlah Penduduk (jiwa)

1. Sihotang Sihotang 308

2. Binangara Binangara 4607

3. Bonan Dolok Bonan Dolok 917

4. Tamba Tamba 1003

5. Sabulan Sabulan 2299

6. Tipang Tipang 1329

7. Panamean Panamean 745

8. Janji Raja Janji Raja 1396

9. Sibandang Sibandang 867

10. Panahatan Panahatan 1727

Jumlah 15198

Untuk mengetahui besarnya sampel yang diambil dan dapat mewakili suatu populasi, maka digunakan rumus Dixon dan B. Leach sebagai berikut:


(56)

2      C ZxV n Dimana:

n = jumlah sampel

Z = convidence level (tingkat kepercayaan) 1,96 V = variabilitas yang dapat diperoleh dengan rumus

 (100

V

ρ = Persentase karakteristik sampel yang dianggap benar C = confidence limit (%)

Untuk itu dianggap bahwa confidence level (Z) adalah 95% dan limit (C) 10%, sedangkan persentase karakteristik (ρ) anggota keluarga yang menggunakan transportasi angkutan umum diperkirakan 50%, maka jumlah sampel yang dapat dihitung adalah sebagai berikut:

 (100

V 50 100 ( 50   V 50  V 2      C ZxV n 2 10 50 96 , 1      x n 96 04 , 96   n


(57)

N n n n   1 '         198 . 15 96 1 96 ' n 95 39 , 95 '  n

Jadi jumlah sampel yang diambil di Kabupaten Samosir adalah 95 sampel. Adapun jumlah sampel tiap – tiap daerah tujuan wisata di Kabupaten Samosir yang telah ditentukan adalah sebagai berikut :

a. Dermaga Sihotang

Jumlah penduduk di Desa Sihotang adalah 308 jiwa, maka jumlah sampel dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut:

95 198 . 15 308 ' x n 2 92 , 1 '  n

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Desa Sihotang adalah sebanyak 2 sampel.

b. Dermaga Binangara

Jumlah penduduk di Desa Binangara adalah 4.607 jiwa, maka jumlah sampel dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut:

95 198 . 15 607 . 4 ' x n 29 79 , 28 '  n


(58)

c. Dermaga Bonan Dolok

Jumlah penduduk di Desa Bonan Dolok adalah 917 jiwa, maka jumlah sampel dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut:

95 198 . 15 917 ' x n  6 6 , 5 '  n

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Desa Bonan Dolok adalah 6 sampel.

d. Dermaga Tamba

Jumlah penduduk di Desa Simanindo Sangkal adalah 1.003 jiwa, maka jumlah sampel dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut:

95 198 . 15 003 . 1 ' x n 6 269 , 6 '  n

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Desa Tamba adalah 6 sampel.

e. Dermaga Sabulan

Jumlah penduduk di Desa Sabulan adalah 2.299 jiwa, maka jumlah sampel dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut:

95 198 . 15 299 . 2 ' x n 14 37 , 14 '  n

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Desa Sabulan adalah 14 sampel.

f. Dermaga Tipang

Jumlah penduduk di Desa Tipang adalah 1.329 jiwa, maka jumlah sampel dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut:


(59)

95 198 . 15 329 . 1 ' x n 8 3 , 8 '  n

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Desa Tipang adalah 8 sampel.

g. Dermaga Panamean

Jumlah penduduk di Desa Panamean adalah 745 jiwa, maka jumlah sampel dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut:

95 198 . 15 745 ' x n 5 65 , 4 '  n

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Desa Panamean adalah 5 sampel.

h. Dermaga Janji Raja

Jumlah penduduk di Desa Janji Raja adalah 1.396 jiwa, maka jumlah sampel dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut:

95 198 . 15 396 . 1 ' x n 9 7 , 8 '  n

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Desa Janji Raja adalah 9 sampel.

i. Dermaga Sibandang

Jumlah penduduk di Desa Sibandang adalah 867 jiwa, maka jumlah sampel dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut:

95 198 . 15 867 ' x n 5 4 , 5 '  n


(60)

j. Desa Panahatan

Jumlah penduduk di Desa Panahatan adalah 1.727 jiwa, maka jumlah sampel dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut:

95 198 . 15 727 . 1 ' x n 11 79 , 10 '  n

Jumlah sampel yang disebarkan untuk Desa Panahatan adalah 11sampel.

4.6 Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengambilan sampel dengan uraian seperti di atas bahwa data-data yang dibutuhkan diperoleh dengan cara mewawancarai penduduk di yang melakukan kegiatan angkutan penyebrangan yang telah ditentukan pada tulisan ini.

Untuk penentuan responden dalam pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling, yakni sebagai berikut:

1. Pada tahap pertama diupayakan membagi sampel ke dalam lima kecamatan yang di jadikan daerah survey yang terdapat pada Kabupaten Samosir.

2. Kemudian dari masing-masing cluster (desa) ditarik sampel yang akan dijadikan responden.

4.6.1 Pelaksanaan Pengambilan Sampel

Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober 2009. Pemilihan waktu didasarkan bahwa seluruh kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan yang diamati berjalan dengan normal. Proses wawancara dilakukan mulai pukul 08.00 sampai selesai dan dilakukan dalam beberapa hari dikarenakan jarak antar kecamatan yang saling berjauhan.


(61)

4.6.2 Ruang Lingkup Sampel

Lingkup sampel yang diambil adalah delapan kecamatan dan sepuluh objek wisata / desa yang ada di sekitar Danau Toba, yang mana besarnya jumlah sampel yang akan diwawancarai telah dilakukan perhitungan sebelumnya.

4.6.3 Pemilihan Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu. Salah satu cara paling populer dalam ilmu statistik untuk memperoleh data yang representatif adalah dengan cara random.

Suatu cara random apabila tidak memilih subjek untuk dijadikan sampel. Suatu sampel adalah random jika subjek dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.

Cara-cara yang diambil untuk mengambil sampel secara random:

1. Pertama kali membagi wilayah sampel ke dalam sepuluh wilayah bagian, yaitu sesuai dengan jumlah desa yang menjadi tempat survey yang ada pada 10 dermaga sekitar Danau Toba.

2. Kemudian dilakukan penentuan jumlah sampel pada tiap-tiap kecamatan.

4.6.4 Langkah-langkah Mewawancarai

Langkah-langkah mewawancarai adalah pembagian kuesioner secara langsung kepada penduduk pengguna angkutan umum pedesaan. Dalam artian penulis langsung berhadapan dengan penduduk dan menerangkan maksud dan tujuan kedatangan.


(62)

BAB V ANALISA DATA

5.1 Uraian Umum

Adapun pendataan / survey beserta pembagian kuesioner yang dilaksanakan pada setiap lokasi dermaga kapal yang ditentukan di sekitar Danau Toba bertujuan untuk mengetahui keadaan yang ada di lapangan dan memperoleh data – data yang diperlukan untuk dapat menentukan nilai – nilai dari setiap parameter angkutan danau perintis.

Pendataan / survey dilakukan selama lima hari yaitu pada tanggal 30 September – 5 Oktober 2009 dan pendataan dilakukan pada setiap lokasi dermaga kapal yang ditentukan.

5.2 Metode Analisa Data

Pada bagian ini dilakukan analisis dari penelitian di lapangan. Analisa yang digunakan dalam studi ini adalah metode pengumpulan data. Melalui analisa ini diupayakan untuk memperoleh klasifikasi kriteria keperintisan. Setelah diperoleh beberapa kemungkinan dari analisa yang dilakukan maka diharapkan dapat diambil suatu kesimpulan bagaimana sebenarnya kondisi dari dermaga yang ada di lapangan dan mengetahui pendapat masyarakat terhadap pelayanan angkutan danau perintis yang ada.

Setelah didapatnya data primer dan sekunder maka dilanjutkan dengan pengolahan data berdasarkan bobot faktor keperintisan yang telah ditentukan besarnya yaitu :


(63)

Tabel 5.2a Bobot Untuk Setiap Parameter.

No. Parameter Keperintisan Bobot KPI

1. Faktor Beban 50

2. Kepadatan Penduduk 10

3. Pendapatan Masyarakat 10

4. Prasarana Jalan dan Angkutan Umum 10

5. Prasarana Dermaga 10

6. Moda Angkutan Lain 10

Tabel 5.2b Hubungan Bobot dengan Kriteria Keperintisan

No. Bobot Kriteria Keperintisan

1. 0 – 50 Tinggi

2. 51 – 70 Sedang

3. 71 - 100 Rendah

5.3 Analisa Data

Analisa yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini adalah berdasarkan parameter kriteria keperintisan. Adapun parameter yang digunakan yaitu:

1. Faktor beban ( load faktor )

Faktor beban adalah jumlah penumpang dan barang yang diangkut oleh kapal dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia. Dalam hal ini faktor beban yang kita tentukan hanya untuk penumpang.


(64)

Dasar pertimbangan untuk menentukan bobot faktor beban adalah dari segi utility kapal yang digunakan. Misalnya, berdasarkan kemampuan teknis dan nautis kapal dapat mengangkut 200 orang dalam 1 trip. Realisasinya, hanya dapat mengangkut 50 penumpang dalam 1 trip. Dalam hal ini terjadi under utilities, kalaupun dilakukan 2 trip atau lebih faktor beban akan menjadi sangat rendah. Faktor beban diberikan bobot tertinggi 50 dari jumlah penilaian.

Tabel 5.3.1a Trayek Angkutan Danau Perintis yang disurvey

No. Nama Kapal Lintas Penyebrangan

1. KM. Rotua Pangururan – Sihotang

2. KM. Saroha Pangururan – Binangara

3. KM. Bonan Dolok I Pangururan – Bonan Dolok

4. KM. Rona Sari Mogang - Tamba

5. KM. Rianto M.M Mogang - Sabulan

6. KM. Ruma Toba 4 Balige - Tipang

7. KM. Demos Ajibata - Panamean

8. KM. Nauli Balige – Janji Raja

9. KM. Dos Roha Balige - Sibandang

10. KM. Sumber Tigaraja - Panahatan


(65)

Dari hasil survey dan data yang ada kita dapat mengetahui faktor beban dari kapal yang ada.

Tabel 5.3.1b

No Nama Kapal

Kapasitas Kapal

Realisasi penumpang/

trip

Faktor Beban ( Kapasitas Kapal x 100 % ) Realisasi penumpang

1. KM. Rotua 150 50 33,33

2. KM. Saroha 150 40 26,67

3. KM. Bonan Dolok I 150 35 23,33

4. KM. Rona Sari 150 30 20

5. KM. Rianto M.M 150 35 23,33

6. KM. Ruma Toba 4 100 35 35

7. KM. Demos 100 22 22

8. KM. Nauli 150 74 49,33

9. KM. Dos Roha 100 30 30

10 KM. Sumber 50 10 20

Sumber : Analisa data

Dari tabel diatas kita dapat melihat bahwa pada lintas penyebrangan Balige – Janji Raja memiliki faktor beban tertinggi yaitu 49,33 %. Mengacu pada bobot faktor atau beban ( Tabel 5.2a ) maka faktor beban kapal tersebut adalah 50 % karena merupakan faktor beban tertinggi. Dengan membandingkan faktor beban tersebut dengan faktor beban kapal lainnya, maka dapat diperoleh bobot untuk masing – masing lintas sebagaimana terlihat pada tabel 5.3. 1c.


(66)

Tabel 5.3. 1c

Perhitungan Bobot Faktor Beban Pada Masing – masing Lintas

No. Nama Kapal Perhitungan Nilai Bobot

1. KM. Rotua = 33,33/49,33 x 50 = 68 ( dibulatkan )

2. KM. Saroha = 26,67/49,33 x 50 = 27 ( dibulatkan )

3. KM. Bonan Dolok I = 23,33/49,33 x 50 = 24 ( dibulatkan )

4. KM. Rona Sari = 20/49,33 x 50 = 20 ( dibulatkan )

5. KM. Rianto M.M = 35/49,33 x 50 = 35 ( dibulatkan )

6. KM. Ruma Toba 4 = 35/49,33 x 50 = 35 ( dibulatkan )

7. KM. Demos = 22/49,33 x 50 = 22 ( dibulatkan )

8. KM. Nauli = 49,33/49,33 x 50 = 50 ( dibulatkan )

9. KM. Dos Roha = 30/49,33 x 50 = 30 ( dibulatkan )

10. KM. Sumber = 20/49,33 x 50 = 20 ( dibulatkan )


(67)

2. Kepadatan Penduduk

Lintas penyebrangan yang ada maupun yang direncanakan sebagian besar menghubungkan ibukota propinsi, kotamadya, atau Kabupaten / Dati II yang padat penduduk dengan kota kecil yang berpenduduk kurang padat.

Pada umumnya bagi kota dan sekitarnya yang padat penduduknya tidak banyak melakukan perjalanan ke daerah yang kurang padat, sebaliknya penduduk dari daerah lemah sering melakukan perjalanan ke kota untuk berbagai urusan.

Oleh sebab itu kepadatan penduduk tertinggi diberikan bobot 10. Salah satu unsur, ramai , padat atau tidaknya suatu wilayah berperan cukup tinggi bagi lalu lintas penyeberangan.

Tabel 5.3. 2a Kepadatan Penduduk

No. Daerah Kepadatan Penduduk ( jiwa / km² )

1. Sihotang 41,1

2. Binangara 24,027

3. Bonan Dolok 66,1

4. Tamba 170

5. Sabulan 194,5

6. Tipang 114,97

7. Panamean 94,0

8. Janji Raja 163,5

9. Sibandang 188,07

10. Panahatan 14,185


(68)

Setelah mengetahui jumlah kepadatan penduduk dari daerah – daerah yang dijadikan sampel penelitian, maka kita dapat mengetahui bobot dari masing – masing daerah dengan membandingkan kepadatan tertinggi dengan yang terendah yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.3. 2b Bobot Kepadatan Penduduk

Sumber : Analisa Data No. Daerah

Kepadatan Penduduk ( jiwa / km² )

Bobot

1. Sihotang 41,1 = 41/194,5 x 10 = 2,1 = 2 ( dibulatkan )

2. Binangara 24,027 = 24,03/194,5 x 10 = 1,2 = 1 ( dibulatkan )

3. Bonan Dolok 66,1 = 66,1/194,5 x 10 = 3,4 = 3 ( dibulatkan )

4. Tamba 170 = 170/194,5 x 10 = 8,7 = 9 ( dibulatkan )

5. Sabulan 194,5 = 194,5/194,5 x 10 = 10 = 10 ( dibulatkan )

6. Tipang 114,97 = 114,97/194,5 x 10 = 5,9 = 6 ( dibulatkan )

7. Panamean 94,0 = 94,5/194,5 x 10 = 4,8 = 5 ( dibulatkan )

8. Janji Raja 163,5 = 163,5/194,5 x 10 = 8,4 = 8 ( dibulatkan )

9. Sibandang 188,07 = 188,07/194,5 x 10 = 9,4 = 9 ( dibulatkan )


(69)

3. Tingkat pendapatan masyarakat

Rendahnya pendapatan masyarakat menjadi cermin rendahnya mobilitas penduduk atau aktivitas perekonomian satu daerah. Hasrat untuk bepergian sangat tergantung dari tersedianya biaya perjalanan. Biaya bepergian yang cukup tinggi, menunjukkan menunjukkan rendahnya kemampuan daya beli masyarakat. Azas keterjangkauan daya beli masyarakat dapat dijadikan dasar dalam menentukan keperintisan. Untuk ini pendapatan yang tinggi diberikan bobot 10 dan semakin rendah pendapatan masyarakat maka bobotnya makin kecil.

Tabel 5.3 Tingkat Pendapatan

No. Lokasi Dermaga

Kabupaten Pendapatan perkapita

pertahun

Bobot ( xbobot

d d

maks

)

1. Sihotang Samosir 6.923.956 7,78 = 8

2. Binangara Dairi 6.658.987 7,49 = 7,5

3. Bonan Dolok Samosir 6.923.956 7,78 = 8

4. Tamba Samosir 6.923.956 7,78 = 8

5. Sabulan Samosir 6.923.956 7,78 = 8

6.

Tipang Humbang Hasundutan

5.566.235 6,2 = 6

7. Panamean Tobasa 8.890.383 10

8. Janji Raja Samosir 6.923.956 7,78 = 8


(70)

10. Panahatan Simalungun 5.699.142 6,4 = 6,5

Sumber : Analisa Data

4. Prasarana Jalan dan Angkutan Umum

Salah satu faktor yang mendukung berkembangnya lalu lintas angkutan penyeberangan danau dan sungai adalah kondisi jalan dan angkutan umum ke daerah pedalaman yang menghubungkan pelabuhan penyeberangan dengan pusat – pusat pemukiman penduduk atau kota – kota kecamatan / kotamadya. Kondisi prasarana jalan yang baik dan angkutan ke daerah pedalaman yang teratur ikut mendorong pertumbuhan lalu lintas angkutan penyeberangan.

Daerah yang memiliki sarana dan prasarana angkutan yang cukup baik diberi bobot dan yang kurang memadai bobotnya makin kecil.

Tabel 5.4.1a Bobot Aksesibilitas terhadap Fasilitas Pendukung

No. Lokasi Dermaga

Jumlah Fasilitas (h)

Bobot ( h xbobot

10 )

1. Sihotang 3 3

2. Binangara 2 2

3. Bonan Dolok 0 0

4. Tamba 1 1

5. Sabulan 2 2

6. Tipang 5 5

7. Panamean 1 1


(71)

9. Sibandang 6 6

10. Panahatan 1 1

5. Prasarana Dermaga

Tersedianya dermaga pelabuhan bagi kapal,menjadi unsur yang penting bagi keselamatan dan kelancaran operasional. Keberadaaan dan kondisi dermaga merupakan salah satu faktor bagi keselamatan dan kelancaran operasional. Bagi dermaga pelabuhan yang sudah permanen dan sesuai dengan kapal yang ada maka diberikan bobot 10, sedangkan yang masih belum ada dan kurang fasilitasnya diberikan bobot semakin kecil.

Tabel 5.5 Prasarana Dermaga

No. Lokasi Dermaga

Jumlah Fasilitas

(h)

Bobot (hxbobot

8 )

1. Sihotang 5 6,25 = 6 ( dibulatkan ) 2. Binangara 5 6,25 = 6 ( dibulatkan ) 3. Bonan Dolok 1 1,25 = 1 ( dibulatkan )

4. Tamba 4 5 ( dibulatkan )

5. Sabulan 6 7,5 ( dibulatkan )

6. Tipang 3 3,75 = 4 ( dibulatkan )

7. Panamean 4 5 ( dibulatkan )

8. Janji Raja 4 5 ( dibulatkan ) 9. Sibandang 5 6,25 = 6 ( dibulatkan ) 10. Panahatan 3 3,75 = 4 ( dibulatkan )


(72)

6. Moda angkutan lain

Penyelenggaraan angkutan penyeberangan oleh swasta yang menggunakan motor boat, speed boatmenunjukkan pada lintas tersebut bahwa telah ada permintaan dan ini merupakan persaingan dalam penempatan kapal – kapal baru. Saingan tersebut adalah karena rendahnya permintaan dan pecahnya permintaan angkutan. Namun demikian, bila ada angkutan penyeberangan yang dilayani oleh swasta maka bobotnya adalah 10.

Dikarenakan pada penelitian ini seluruh kegiatan angkutan penyebrangan dilakukan oleh pemilik swasta / pribadi maka seluruhnya rute penyebrangan diberikan nilai 10.

Tabel 5.6 Moda Angkutn Lain

No. Lokasi Dermaga

Bobot

1. Sihotang 10

2. Binangara 10

3. Bonan Dolok 10

4. Tamba 10

5. Sabulan 10

6. Tipang 10

7. Panamean 10

8. Janji Raja 10

9. Sibandang 10

10. Panahatan 10


(73)

Setelah didapat bobot dari masing – masing parameter, maka kita dapat mengetahui kriteria keperintisan masing – masing lintas, yaitu

Tabel 5.7a Kriteria Keperintisan

No. Lintas Penyebrangan Bobot 1. Pangururan – Sihotang 97

2. Pangururan – Binangara 53,5 3. Pangururan – Bonan Dolok 46 4. Mogang - Tamba 52 5. Mogang - Sabulan 72,5 6. Balige - Tipang 66 7. Ajibata - Panamean 53 8. Balige – Janji Raja 81 9. Balige - Sibandang 67

10. Tigaraja - Panahatan 42,5 Sumber : Analisa Data


(1)

Gambar : Kondisi dermaga Sabulan


(2)

Gambar : Kondisi saat akan menepi di dermaga Janji Raja


(3)

Gambar : Dermaga Kapal di Desa Bonan Dolok


(4)

Gambar : Dermaga Kapal Sihotang


(5)

Gambar : Kondisi Jalan menuju dermaga


(6)