yang teratur dan ada juga yang tidak teratur serta belum terjadwal. Dari pengamatan awal untuk angkutan kapal penumpang perintis di Danau Toba khususnya sekitar Kabupaten Samosir perlu
peningkatan ke depan.Hal ini dikarenakan potensi pengembangan wilayah Kabupaten Samosir yang mengalami peningkatan arus penumpang.
I.2 Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan pemekaran wilayah yang terjadi pada tahun 2003 pada wilayah Danau Toba yaitu Kabupaten Samosir khususnya, tentu perlu peningkatan dan perkembangan untuk
menjadi Kabupaten yang lebih maju dan sejajar dengan Kabupaten lain yang ada di Sumatera Utara ini . Pertumbuhan dan perkembangan ini salah satunya didukung oleh transportasi.
Sebagai suatu pulau yang dikelilingi oleh air di Danau Toba, pastinya transportasi yang terutama adalah tranportasi air dengan menggunakan kapal bermotor yang tentunya sudah
mempunyai jalur akses penyebrangan tertentu. Di pesisir Danau Toba masih ada juga daerah – daerah yang belum berkembang yang masih memerlukan peningkatan ekonomi bagi
masyarakatnya. Tentu saja dalam hal ini diperlukan transportasi yang baik untuk dapat meningkatkan
perkembangan masyarakat melalui perkembangan ekonomi. Angkutan perintis adalah jalan keluar bagu penduduk daerah tertinggal untuk dapat mengalami peningkatan kesejahteraan.
Sehingga pelayanan angkutan penyebrangan perintis di Danau Toba perlu memberikan pelayanan yang baik untuk dapat meningkatkan mobilisasi penduduk daerah tertinggal menuju
masyrakat yang sejahtera.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana pelaksanaan kegiatan pelayanan angkutan penyebrangan perintis yang ada di Danau Toba.
Sehingga kita mendapatkan rincian tentang :
Klasifikasi keperintisan lintas penyebrangan angkutan danau perintis
Mengetahui persepsi masyarakat terhadap pelayanan kegiatan angkutan danau perintis yang ada
Identifikasi rute penyebrangan kapal yang ada di Danau Toba
1.4 Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membatasi pokok permasalahan pada 8 kecamatan yang terdiri dari 10 lokasi dermaga dan penyelesaiannya dengan mengarahkan
penulisan ini pada pokok pembahasan yang relevan dengan judul tugas akhir ini. Dalam penelitian ini, penulis harus melakukan survey guna mendapatkan data-data yang akan dijadikan
gambaran dalam merencanakan daerah tujuan wisata yang memiliki aksesibilitas yang tinggi. Survey yang dilaksanakan adalah survey parameter yang akan dijadikan acuan dalam
menentukan klasifikasi keperintisan dari daerah yang ditinjau. Adapun parameter yang akan dikaji, antara lain:
1. Faktor beban load faktor
Faktor beban adalah jumlah penumpang dan barang yang diangkut oleh kapal dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia. Dalam hal ini faktor beban yang kita
tentukan hanya untuk penumpang.
Universitas Sumatera Utara
Dasar pertimbangan untuk menentukan bobot faktor beban adalah dari segi utility kapal yang digunakan. Misalnya, berdasarkan kemampuan teknis dan nautis kapal dapat
mengangkut 200 orang dalam 1 trip dan dapat beroperasi 6 trip dalam 1 hari. Realisasinya, hanya dapat mengangkut 50 penumpang dalam 1 trip sehingga hanya dapat
diselenggarakan 2 trip dalam 1 hari. Dalam hal ini terjadi under utilities, kalaupun dilakukan 2 trip atau lebih faktor beban akan menjadi sangat rendah. Faktor beban
diberikan bobot tertinggi 50 dari jumlah penilaian. 2.
Tingkat pendapatan masyarakat Rendahnya pendapatan masyarakat menjadi cermin rendahnya mobilitas penduduk atau
aktivitas perekonomian satu daerah. Hasrat untuk bepergian sangat tergantung dari tersedianya biaya perjalanan. Biaya bepergian yang cukup tinggi, menunjukkan
menunjukkan rendahnya kemampuan daya beli masyarakat. Azas keterjangkauan daya beli masyarakat dapat dijadikan dasar dalam menentukan
keperintisan. Untuk ini pendapatan yang tinggi diberikan bobot 10 dan semakin rendah pendapatan masyarakat maka bobotnya makin kecil.
3. Kepadatan penduduk
Lintas penyebrangan yang ada maupun yang direncanakan sebagian besar menghubungkan ibukota propinsi, kotamadya, atau Kabupaten Dati II yang padat
penduduk dengan kota kecil yang berpenduduk kurang padat. Pada umumnya bagi kota dan sekitarnya yang padat penduduknya tidak banyak
melakukan perjalanan ke daerah yang kurang padat, sebaliknya orang – orang dari daerah lemah sering melakukan perjalanan ke kota untuk berbagai urusan.
Universitas Sumatera Utara
Oleh sebab itu kepadatan penduduk tertinggi diberikan bobot 10. Salah satu unsur, ramai , padat atau tidaknya suatu wilayah berperan cukup tinggi bagi lalu lintas penyeberangan
densitiy population . 4.
Prasarana jalan dan angkutan umum Salah satu faktor yang mendukung berkembangnya lalu lintas angkutan penyeberangan
danau dan sungai adalah kondisi jalan dan angkutan umum ke daerah pedalaman yang menghubungkan pelabuhan penyeberangan dengan pusat – pusat pemukiman penduduk
atau kota – kota kecamatan kotamadya. Kondisi prasarana jalan yang baik dan angkutan ke daerah pedalaman yang teratur ikut mendorong pertumbuhan lalu lintas angkutan
penyeberangan. Daerah yang memiliki sarana dan prasarana angkutan yang cukup baik diberi bobot 10
dan yang kurang memadai bobotnya makin kecil. 5.
Prasarana dermaga Tersedianya dermaga pelabuhan bagi kapal,menjadi unsur yang penting bagi keselamatan
dan kelancaran operasional. Keberadaaan dan kondisi dermaga merupakan salah satu faktor bagi keselamatan dan kelancaran operasional. Bagi dermaga pelabuhan yang sudah
permanen dan sesuai dengan kapal yang ada maka diberikan bobot 10, sedangkan yang masih belum ada dan kurang fasilitasnya diberikan bobot semakin kecil.
6. Moda angkutan lain
Penyelenggaraan angkutan penyeberangan oleh swasta yang menggunakan motor boat, speed boat menunjukkan pada lintas tersebut bahwa telah ada permintaan dan ini
merupakan persaingan dalam penempatan kapal – kapal baru. Saingan tersebut adalah
Universitas Sumatera Utara
karena rendahnya permintaan dan pecahnya permintaan angkutan. Namun demikian, bila ada angkutan penyeberangan yang dilayani oleh swasta maka bobotnya adalah 10.
I.5 Manfaat Penelitian