Uraian Umum Metode Analisa Data Analisa Data

BAB V ANALISA DATA

5.1 Uraian Umum

Adapun pendataan survey beserta pembagian kuesioner yang dilaksanakan pada setiap lokasi dermaga kapal yang ditentukan di sekitar Danau Toba bertujuan untuk mengetahui keadaan yang ada di lapangan dan memperoleh data – data yang diperlukan untuk dapat menentukan nilai – nilai dari setiap parameter angkutan danau perintis. Pendataan survey dilakukan selama lima hari yaitu pada tanggal 30 September – 5 Oktober 2009 dan pendataan dilakukan pada setiap lokasi dermaga kapal yang ditentukan.

5.2 Metode Analisa Data

Pada bagian ini dilakukan analisis dari penelitian di lapangan. Analisa yang digunakan dalam studi ini adalah metode pengumpulan data. Melalui analisa ini diupayakan untuk memperoleh klasifikasi kriteria keperintisan. Setelah diperoleh beberapa kemungkinan dari analisa yang dilakukan maka diharapkan dapat diambil suatu kesimpulan bagaimana sebenarnya kondisi dari dermaga yang ada di lapangan dan mengetahui pendapat masyarakat terhadap pelayanan angkutan danau perintis yang ada. Setelah didapatnya data primer dan sekunder maka dilanjutkan dengan pengolahan data berdasarkan bobot faktor keperintisan yang telah ditentukan besarnya yaitu : Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2a Bobot Untuk Setiap Parameter. No. Parameter Keperintisan Bobot KPI 1. Faktor Beban 50 2. Kepadatan Penduduk 10 3. Pendapatan Masyarakat 10 4. Prasarana Jalan dan Angkutan Umum 10 5. Prasarana Dermaga 10 6. Moda Angkutan Lain 10 Tabel 5.2b Hubungan Bobot dengan Kriteria Keperintisan No. Bobot Kriteria Keperintisan 1. 0 – 50 Tinggi 2. 51 – 70 Sedang 3. 71 - 100 Rendah

5.3 Analisa Data

Analisa yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini adalah berdasarkan parameter kriteria keperintisan. Adapun parameter yang digunakan yaitu: 1. Faktor beban load faktor Faktor beban adalah jumlah penumpang dan barang yang diangkut oleh kapal dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia. Dalam hal ini faktor beban yang kita tentukan hanya untuk penumpang. Universitas Sumatera Utara Dasar pertimbangan untuk menentukan bobot faktor beban adalah dari segi utility kapal yang digunakan. Misalnya, berdasarkan kemampuan teknis dan nautis kapal dapat mengangkut 200 orang dalam 1 trip. Realisasinya, hanya dapat mengangkut 50 penumpang dalam 1 trip. Dalam hal ini terjadi under utilities, kalaupun dilakukan 2 trip atau lebih faktor beban akan menjadi sangat rendah. Faktor beban diberikan bobot tertinggi 50 dari jumlah penilaian. Tabel 5.3.1a Trayek Angkutan Danau Perintis yang disurvey No. Nama Kapal Lintas Penyebrangan 1. KM. Rotua Pangururan – Sihotang 2. KM. Saroha Pangururan – Binangara

3. KM. Bonan Dolok I

Pangururan – Bonan Dolok 4. KM. Rona Sari Mogang - Tamba

5. KM. Rianto M.M

Mogang - Sabulan 6. KM. Ruma Toba 4 Balige - Tipang

7. KM. Demos

Ajibata - Panamean 8. KM. Nauli Balige – Janji Raja 9. KM. Dos Roha Balige - Sibandang 10. KM. Sumber Tigaraja - Panahatan Sumber : Survey Universitas Sumatera Utara Dari hasil survey dan data yang ada kita dapat mengetahui faktor beban dari kapal yang ada. Tabel 5.3.1b No Nama Kapal Kapasitas Kapal Realisasi penumpang trip Faktor Beban Kapasitas Kapal x 100 Realisasi penumpang 1. KM. Rotua 150 50 33,33 2. KM. Saroha 150 40 26,67

3. KM. Bonan Dolok I

150 35 23,33 4. KM. Rona Sari 150 30 20

5. KM. Rianto M.M

150 35 23,33 6. KM. Ruma Toba 4 100 35 35

7. KM. Demos

100 22 22 8. KM. Nauli 150 74 49,33 9. KM. Dos Roha 100 30 30 10 KM. Sumber 50 10 20 Sumber : Analisa data Dari tabel diatas kita dapat melihat bahwa pada lintas penyebrangan Balige – Janji Raja memiliki faktor beban tertinggi yaitu 49,33 . Mengacu pada bobot faktor atau beban Tabel 5.2a maka faktor beban kapal tersebut adalah 50 karena merupakan faktor beban tertinggi. Dengan membandingkan faktor beban tersebut dengan faktor beban kapal lainnya, maka dapat diperoleh bobot untuk masing – masing lintas sebagaimana terlihat pada tabel 5.3. 1c. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3. 1c Perhitungan Bobot Faktor Beban Pada Masing – masing Lintas No. Nama Kapal Perhitungan Nilai Bobot 1. KM. Rotua = 33,3349,33 x 50 = 68 dibulatkan 2. KM. Saroha = 26,6749,33 x 50 = 27 dibulatkan

3. KM. Bonan Dolok I = 23,3349,33 x 50 = 24 dibulatkan

4. KM. Rona Sari

= 2049,33 x 50 = 20 dibulatkan 5. KM. Rianto M.M = 3549,33 x 50 = 35 dibulatkan

6. KM. Ruma Toba 4

= 3549,33 x 50 = 35 dibulatkan 7. KM. Demos = 2249,33 x 50 = 22 dibulatkan

8. KM. Nauli

= 49,3349,33 x 50 = 50 dibulatkan 9. KM. Dos Roha = 3049,33 x 50 = 30 dibulatkan 10. KM. Sumber = 2049,33 x 50 = 20 dibulatkan Sumber : Analisa Data Universitas Sumatera Utara 2. Kepadatan Penduduk Lintas penyebrangan yang ada maupun yang direncanakan sebagian besar menghubungkan ibukota propinsi, kotamadya, atau Kabupaten Dati II yang padat penduduk dengan kota kecil yang berpenduduk kurang padat. Pada umumnya bagi kota dan sekitarnya yang padat penduduknya tidak banyak melakukan perjalanan ke daerah yang kurang padat, sebaliknya penduduk dari daerah lemah sering melakukan perjalanan ke kota untuk berbagai urusan. Oleh sebab itu kepadatan penduduk tertinggi diberikan bobot 10. Salah satu unsur, ramai , padat atau tidaknya suatu wilayah berperan cukup tinggi bagi lalu lintas penyeberangan. Tabel 5.3. 2a Kepadatan Penduduk No. Daerah Kepadatan Penduduk jiwa km²

1. Sihotang

41,1

2. Binangara

24,027

3. Bonan Dolok

66,1

4. Tamba 170

5. Sabulan 194,5

6. Tipang 114,97

7. Panamean 94,0

8. Janji Raja

163,5

9. Sibandang 188,07

10. Panahatan 14,185

Sumber : Badan Pusat Statistik Universitas Sumatera Utara Setelah mengetahui jumlah kepadatan penduduk dari daerah – daerah yang dijadikan sampel penelitian, maka kita dapat mengetahui bobot dari masing – masing daerah dengan membandingkan kepadatan tertinggi dengan yang terendah yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.3. 2b Bobot Kepadatan Penduduk Sumber : Analisa Data No. Daerah Kepadatan Penduduk jiwa km² Bobot

1. Sihotang 41,1

= 41194,5 x 10 = 2,1 = 2 dibulatkan

2. Binangara

24,027 = 24,03194,5 x 10 = 1,2 = 1 dibulatkan

3. Bonan Dolok

66,1 = 66,1194,5 x 10 = 3,4 = 3 dibulatkan

4. Tamba 170

= 170194,5 x 10 = 8,7 = 9 dibulatkan

5. Sabulan 194,5

= 194,5194,5 x 10 = 10 = 10 dibulatkan

6. Tipang 114,97

= 114,97194,5 x 10 = 5,9 = 6 dibulatkan

7. Panamean 94,0

= 94,5194,5 x 10 = 4,8 = 5 dibulatkan

8. Janji Raja

163,5 = 163,5194,5 x 10 = 8,4 = 8 dibulatkan

9. Sibandang 188,07

= 188,07194,5 x 10 = 9,4 = 9 dibulatkan

10. Panahatan 14,185

= 14,19194,5 x 10 = 0,72 = 1 dibulatkan Universitas Sumatera Utara 3. Tingkat pendapatan masyarakat Rendahnya pendapatan masyarakat menjadi cermin rendahnya mobilitas penduduk atau aktivitas perekonomian satu daerah. Hasrat untuk bepergian sangat tergantung dari tersedianya biaya perjalanan. Biaya bepergian yang cukup tinggi, menunjukkan menunjukkan rendahnya kemampuan daya beli masyarakat. Azas keterjangkauan daya beli masyarakat dapat dijadikan dasar dalam menentukan keperintisan. Untuk ini pendapatan yang tinggi diberikan bobot 10 dan semakin rendah pendapatan masyarakat maka bobotnya makin kecil. Tabel 5.3 Tingkat Pendapatan No. Lokasi Dermaga Kabupaten Pendapatan perkapita pertahun Bobot bobot x d d maks

1. Sihotang Samosir

6.923.956 7,78 = 8

2. Binangara Dairi

6.658.987 7,49 = 7,5

3. Bonan Dolok

Samosir 6.923.956 7,78 = 8

4. Tamba Samosir

6.923.956 7,78 = 8

5. Sabulan Samosir

6.923.956 7,78 = 8

6. Tipang Humbang

Hasundutan 5.566.235 6,2 = 6

7. Panamean Tobasa

8.890.383 10

8. Janji Raja

Samosir 6.923.956 7,78 = 8

9. Sibandang Taput

5.223.677 5,87 = 6 Universitas Sumatera Utara

10. Panahatan Simalungun

5.699.142 6,4 = 6,5 Sumber : Analisa Data 4. Prasarana Jalan dan Angkutan Umum Salah satu faktor yang mendukung berkembangnya lalu lintas angkutan penyeberangan danau dan sungai adalah kondisi jalan dan angkutan umum ke daerah pedalaman yang menghubungkan pelabuhan penyeberangan dengan pusat – pusat pemukiman penduduk atau kota – kota kecamatan kotamadya. Kondisi prasarana jalan yang baik dan angkutan ke daerah pedalaman yang teratur ikut mendorong pertumbuhan lalu lintas angkutan penyeberangan. Daerah yang memiliki sarana dan prasarana angkutan yang cukup baik diberi bobot dan yang kurang memadai bobotnya makin kecil. Tabel 5.4.1a Bobot Aksesibilitas terhadap Fasilitas Pendukung No. Lokasi Dermaga Jumlah Fasilitas h Bobot xbobot h 10 1. Sihotang 3 3 2. Binangara 2 2 3. Bonan Dolok 0 0 4. Tamba 1 1 5. Sabulan 2 2 6. Tipang 5 5 7. Panamean 1 1 8. Janji Raja 0 0 Universitas Sumatera Utara 9. Sibandang 6 6 10. Panahatan 1 1 5. Prasarana Dermaga Tersedianya dermaga pelabuhan bagi kapal,menjadi unsur yang penting bagi keselamatan dan kelancaran operasional. Keberadaaan dan kondisi dermaga merupakan salah satu faktor bagi keselamatan dan kelancaran operasional. Bagi dermaga pelabuhan yang sudah permanen dan sesuai dengan kapal yang ada maka diberikan bobot 10, sedangkan yang masih belum ada dan kurang fasilitasnya diberikan bobot semakin kecil. Tabel 5.5 Prasarana Dermaga No. Lokasi Dermaga Jumlah Fasilitas h Bobot xbobot h 8 1. Sihotang 5 6,25 = 6 dibulatkan 2. Binangara 5 6,25 = 6 dibulatkan

3. Bonan Dolok

1 1,25 = 1 dibulatkan 4. Tamba 4 5 dibulatkan 5. Sabulan 6 7,5 dibulatkan 6. Tipang 3 3,75 = 4 dibulatkan 7. Panamean 4 5 dibulatkan

8. Janji Raja

4 5 dibulatkan 9. Sibandang 5 6,25 = 6 dibulatkan 10. Panahatan 3 3,75 = 4 dibulatkan Sumber : Analisa data Universitas Sumatera Utara 6. Moda angkutan lain Penyelenggaraan angkutan penyeberangan oleh swasta yang menggunakan motor boat, speed boatmenunjukkan pada lintas tersebut bahwa telah ada permintaan dan ini merupakan persaingan dalam penempatan kapal – kapal baru. Saingan tersebut adalah karena rendahnya permintaan dan pecahnya permintaan angkutan. Namun demikian, bila ada angkutan penyeberangan yang dilayani oleh swasta maka bobotnya adalah 10. Dikarenakan pada penelitian ini seluruh kegiatan angkutan penyebrangan dilakukan oleh pemilik swasta pribadi maka seluruhnya rute penyebrangan diberikan nilai 10. Tabel 5.6 Moda Angkutn Lain No. Lokasi Dermaga Bobot 1. Sihotang 10 2. Binangara 10 3. Bonan Dolok 10 4. Tamba 10 5. Sabulan 10 6. Tipang 10 7. Panamean 10 8. Janji Raja 10 9. Sibandang 10 10. Panahatan 10 Sumber : Manajemen Transportasi Universitas Sumatera Utara Setelah didapat bobot dari masing – masing parameter, maka kita dapat mengetahui kriteria keperintisan masing – masing lintas, yaitu Tabel 5.7a Kriteria Keperintisan No. Lintas Penyebrangan Bobot

1. Pangururan – Sihotang

97 2. Pangururan – Binangara 53,5

3. Pangururan – Bonan Dolok

46 4. Mogang - Tamba 52

5. Mogang - Sabulan

72,5 6. Balige - Tipang 66

7. Ajibata - Panamean

53 8. Balige – Janji Raja 81

9. Balige - Sibandang

67 10. Tigaraja - Panahatan 42,5 Sumber : Analisa Data Universitas Sumatera Utara Setelah itu maka kita dapat memperoleh kriteria keperintisan yang didapat pada tabel dibawah ini,yaitu : Tabel 5.7b Kriteria Keperintisan No. Kriteria Keperintisan Bobot Jumlah Lintas Penyebrangan

1. Tinggi

0 – 50 2 Pangururan – Bonan Dolok Tigaraja - Panahatan

II. Sedang

51 - 70 5 Pangururan – Binangara Mogang – Tamba Balige - Tipang Ajibata – Panamean Balige - Sibandang

III. Rendah

71 - 100 3 Pangururan – Sihotang Mogang – Sabulan Balige – Janji Raja Sumber : Analisa Data Jadi kita dapat melihat bahwa keperintisan yang paling tinggi adalah rute penyebrangan Pangururan – Sihotang, Mogang – Sabulan, dan Balige – Janji Raja. Dan yang merupakan rute penyebrangan dengan keperintisan tertinggi adalah Pangururan – Bonan Dolok dan Tiga Raja – Panahatan. Hal ini menunjukkan bahwa rute penyebrangan yang tertinggi nilai keperintisannya adalah rute yang masih sangat rendah pelayanannya. Universitas Sumatera Utara 5.4 Analisa Data Kuesioner 5.4a Penumpang Kapal