Keadaan Umum Pengambilan Sampel Analisis Data Kepadatan Populasi

BAB 3 DESKRIPSI AREA

3.1. Keadaan Umum

Lokasi penelitian berada di daerah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU kawasan Perairan Teluk Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah yang secara geografis terletak pada 1 45’4,35’’ – 1 43’52,6’’ LU dan 98 44’4,29’’ – 98 43’51,3’’ BT. Dodaerah ini terdapat berbagai aktifitas pembangunan PLTU diantaranya adalah tempat persinggahan kapal pengangkut bahan-bahan bangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU, reklamasi pantai, pembuangan sisa bahan- bahan bangunan. Pengambilan sample dilakukan pada 3 tiga stasiun Lampiran A dan B. 3.2. Stasiun Pengamatan 3.2.1. Stasiun I Stasiun ini secara geografis terletak pada 1 45’13,82’’ LU dan 99 43’56,4’’ BT. Daerah ini merupakan tempat persinggahan kapal-kapal pengangkut bahan bangunan untuk keperluan pembangunan PLTU.

3.2.2. Stasiun II

Stasiun ini secara geografis terletak pada 1 45’4,35’’ LU dan 98 44’4,29’’ BT. Di daerah ini terdapat kegiatan reklamasi pantai.

3.2.3. Stasiun III

Stasiun ini merupakan daerah yang tidak terdapat adanya aktivitas dan pemukiman masyarakat. Daerah ini secara geografis terletak pada 1 43’52,6’’ LU dan 98 43’51,3’’ BT. Universitas Sumatera Utara BAB 4 BAHAN DAN METODE 4.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penentuan titik sampel adalah ‘’Purposive Random Sampling’’ dengan menentukan tiga stasiun pengamatan. Stasiun I terletak di areal pelabuhan, stasiun II terletak di areal reklamasi pantai dan stasiun III terletak di daerah yang tidak terdapat aktivitas manusia.

4.2. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel ikan dilaksanakan pada bulan Agustus 2007 di daerah pembangunan PLTU Labuhan Angin kawasan perairan Teluk Tapian Nauli Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah. Sampel ikan ditangkap dengan menggunakan ‘’jala’’ berbentuk lingkaran dengan diameter 3 m dan luas mata jala 1,5 cm. Pengambilan sampel ikan dilakukan sebanyak tiga puluh kali padat tebar. Sampel ikan yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri morfologis yang sama lalu dihitung jumlah dari masing-masing jenis. Tiap-tiap jenis diambil sebanyak 2-5 ekor sebagai sampel dan dimasukkan ke dalam botol sampel yang berisi formalin 4 sebagai pengawet, setelah 24 jam dipindahkan ke dalam botol sampel yang berisi alkohol 70. Sampel yang diawetkan kemudian dibawa ke Laboratorium PSDAL Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara untuk diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi menurut Allen 1998, dan Saanin 1968. Universitas Sumatera Utara

4.3. Pengukuran Faktor Fisik-Kimia Perairan

Faktor fisik yang diukur adalah penetrasi cahaya, suhu, kandungan bahan organik, sedangkan faktor kimia adalah salinitas, pH, Oksigen Terlarut DO dan Biochemical Oxygen Demand BOD 5 .

4.3.1. Penetrasi Cahaya

Pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan Keeping Seechi. Keping Seechi dimasukkan ke dalam air hingga tidak tampak di permukaan, kemudian diukur penetrasi cahayanya dengan cara mengukur tali yang digunakan dari permukaan air sampai ke Keping seechi yang diamati.

4.3.2. Suhu

Pengukuran suhu dilakukan dengan mengukur suhu permukaan dan suhu dasar. Pengukuran suhu permukaan menggunakan termometer air raksa dengan mencelupkan ke badan air, sedangkan untuk dasar dilakukan dengan menggunakan tabung Lamnotte dan dituang ke dalam Erlenmeyer dan diukur suhunya menggunakan termometer air raksa.

4.3.3. Salinitas

Salinitas diukur dengan menggunakan refraktometer dengan cara meneteskan air sample ke kaca refraktometer, dan dibaca skala salinitas yang tertera.

4.3.4. Derajat Keasaman pH

Derajat keasaman pH air diukur dengan menggunakan pH meter yaitu dengan mencelupkan stick pH meter pada perairan, kemudian dilihat angka yang tertera pada pH meter tersebut. Universitas Sumatera Utara

4.3.5. Oksigen Terlarut DO

Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan metode Winkler, yaitu dengan memasukkan sample air ke dalam botol Winkler, lalu ditambahkan 1 ml MnSO 4 dan KOH-KI ke dalam botol tersebut dan dihomogenkan. Didiamkan hingga terbentuk endapan putih kemudian ditambahkan 1 ml H 2 SO 4 dihomogenkan dan didiamkan hingga terbentuk endapan coklat. Sampel yang tidak mengendap diambil 100 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 0,0125 N hingga berwarna kuning pucat, lalu dittesi dengan 5 tetes amilum dan dihomogenkan hingga terbentuk larutan biru. Kemudian dititrasi dengan menggunakan Na 2 S 2 O 3 0,0125 N hingga terbentuk larutan bening. Banyak volume Na 2 S 2 O 3 yang dipakai menunjukkan volume oksigen terlarut DO Lampiran C.

4.3.6. BOD

5 Biochemical Oxygen Demand Pengukuran BOD 5 dilakukan juga dengan menggunakan metode Winkler. Sampel dimasukkan ke dalam botol Winkler dan diinkubasi selama 5 hari dalam inkubator dengan suhu 20 C, dihitung kadar BOD5 dengan cara yang sama seperti menghitung kadar oksigen terlarut. Kadar BOD 5 dihitung dengan mengurangkan DO awal dan DO akhir Lampiran D.

4.3.7. Kandungan Bahan Organik

Substrat pada masing-masing lokasi pengamatan diambil ± 500 g dan dimasukkan ke dalam kantong plastic. Substrat ditimbang 100 g, dioven pada suhu 45 C sampai terjadi berat konstan. Substrat yang telah kering digerus supaya substrat benar kering, ditimbang 25 g dan diabukan dalam tanur dengan suhu 700 C, selama 3,5 jam. Kemudian dihitung kandungan organiknya Lampiran E. Universitas Sumatera Utara A-B KO = x 100 A Dengan KO = Kadar organik substrat A = Berat konstan substrat dasar B = Berat abu Secara keseluruhan pengukuran faktor fisik–kimia perairan berdasarkan satuan alat yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3.7.1. Alat dan Satuan yang Digunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik- Kimia Perairan dan Tempat Pengukuran No Parameter Fisik-Kimia Satuan Alat Tempat Pengukuran 1 Suhu Termometer Air Raksa C In-Situ 2 Penetrasi Cahaya cm Keping Seechi In-Situ 3 Kandungan Bahan Organik Oven dan Tanur In-Situ Lab 4 pH air unit pH meter In-Situ 5 DO Oksigen Terlarut mgl Metode Winkler In-Situ 6 Salinitas Refraktometer ‰ In-Situ 7 Biochemical Oxygen Demand BOD 5 mgl Metode Winkler dan Inkubasi In-Situ Lab

4.4. Analisis Data

Jenis ikan dan jumlah individu masing-masing jenis akan dihitung kepadatan populasi, lepadatan relatif, frekuensi kehadiran masing-masing jenis, indeks diversitas keanekaragaman Shanon-Wiener, indeks ekuibilitas keseragaman, analisis korelasi sebagai berikut:

a. Kepadatan Populasi

ni Ki = L Ki = Kepadatan ikan ni = Jumlah individu suatu jenis L = Luas jala Brower et al, 1990 Universitas Sumatera Utara

b. Kepadatan Relatif