peranan pawang untuk upacara Jamuan Laut dan mengetahui makna-makna yang terkandung dalam upacara ritual tersebut.
1.2 Masalah
Berdasarkan pemahaman dan keberadaan latar belakang dari Pawang dalam upacara ritual jamuan laut di atas, masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1.
Mendeskpsikan tahapan-tahapan aktivitas pawang dalam upacara ritual jamuan laut yang terdapat pada masyarakat Melayu Serdang di
Pantai Cermin. 2.
Mengetahui aspek-aspek cerita tentang Pawang Dalam upacara ritual jamuan laut pada masyarakat Melayu Serdang di Pantai Cermin.
3. Mendeskripsikan masing-masing makna konteks sosial yang
berkaitan dengan peranan pawang pada upacara Jamuan Laut.
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana cara pelaksanaan pawang dalam upacara ritual Jamuan Laut pada masyarakat Melayu Pantai Cermin.
Universitas Sumatera Utara
2. Mendeskripsikan persembahan yang terdapat dalam pawang dalam
Upacara ritual Jamuan laut pada masyarakat Melayu Serdang di Pantai Cermin.
1.4 Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Menambah khasanah pengkajian terhadap kebudayaan Melayu, khususnya tentang pawang dalam upacara ritual ritual Jamuan Laut
pada masyarakat Melayu Serdang di Pantai Cermin. 2.
Menjadi bahan rujukan bagi penelitian pada dalam upacara ritual Jamuan Laut bagi masyarakat Melayu Serdang di Pantai Cermin.
3. Menambah perbendaharan kajian terhadap budaya dan sastra,
khususnya sastra lisan yang berbentuk pendeskripsian tentang pawang dalam upacara ritual Jamuan Laut pada masyarakat
Melayu Serdang di Pantai Cermin.
1.5 Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang karya-karya sastra lisan Melayu, khususnya dalam folklor Melayu di Sumatera Timur yang bercorak ritual upacara telah
banyak dilakukan. Namun, baik penelitian maupun pembicaraan terhadap
Universitas Sumatera Utara
upacara ritual terhadap jamuan laut yang hidup di masyarakat Melayu Serdang di Pantai Cermin belum pernah dilakukan.
Di antara beberapa penelitian yang telah dilaksanakan adalah; Dicky Fernando 2003 membicarakan Upacara Ritual dan Makna Jamuan Laut
Masyarakat Melayu Jaring Halus Kabupaten Langkat
.
Dalam penelitiannya ditemukan bahwa upacara jamuan laut merupakan suatu upacara yang
sakral dan selalu diadakan oleh masyarakat Melayu jaring halus pada setiap bulan hijrah.
Pawang bagi masyarakat dipercaya dapat melindungi nelayan ketika menangkap ikan di laut saat menjaga daerah tersebut dari serangan wabah
penyakit, sebagaimana kepercayaan masyarakat tinggal delapan jin di laut berada pada setiap penjuru mata angin yang dikuasai oleh jin tersebut.
Adapun nama masing-masing yang diberi nama ; Mayang mangurai, Laksamana, Mambong Tali Arus, Mambang Jaruji, Katimanah, Panglima
merah, Datuk panglima Hitam, Babu Rahman. tentang upacara jamuan laut pada masyarakat Melayu Sumatera
Timur pernah dibahas di buku Kebudayaan Sumatera Timur yang di bahas
oleh Tuanku Luckman Sinar Basyarsyah II.S.H dan Syaifuddin. 2002. Dalam buku Melayu Sumatera Timur diceritakan tentang pawang yang
memiliki kekuatan magis yang mampu menguasai jin dan roh jahat yang berada tinggal di laut, dan seorang pawang memiliki kekuatan itu berasal
Universitas Sumatera Utara
dari warisan keluarga yang turun-menurun dari anggota keluarganya hingga ke anak cucu mereka bahkan sampai sekarang.
pada umumnya pawang adalah seorang yang berusia lanjut,
mengetahui salasilah kampung dan tempat upacara jamuan laut
dilaksanakan, kemudian hafal serta memahami tentang para Nabi dan Rasul Allah dapat melindungi nelayan sewaktu menangkap ikan di laut dan
menjaga daerah dari serangan wabah penyakit serta secara moral bartanggung jawab terhadap kelangsungan adat istiadat masyarakatnya,
dan di dalam kehidupan sehari-hari kedudukanya sederajat dengan masyarakat awam, baik sebagai nelayan maupun pengawas, ia tidak
dapatkan keistimewaaan sama rata individunya dengan masyarakat lainnya.
Di dalam buku Melayu Sumatera Timur, peranan Pawang Zakaria dinyatakan;
Saya tidak segan dan harus bertindak keras apabila ada masyarakat berbuat maksiat di daerah ini, saya akan
menyambuknya dengan ekor pari. Pernah suatu ketika seorang pemuda membawa narkoba dari kota dan dia
bermain judi di daerah ini, masyarakat melaporkan kepada saya, lalu saya datang untuk memberitahu
bahwa perlakuan itu di larang di daerah ini, ia melawan dan menentang saya, saya tidak perduli, saya
menyambuknya dengan ekor pari dan apabila saya
Universitas Sumatera Utara
tidak melarangnya anggota masyarakat lain akan turun mengeroyoknya ramai-ramai.
1.6 Ruang lingkup