II Beras kuning satu piring
III Beras hitam satu piring
IV Batih yang tidak ditampi
V Bartih yang dibersihkan
VI Bunga rampai satu talam
VII Limau purut, limau pagar, beserta tepung tawar.
4.2.6 Acara Jamuan Laut
Masyarakat Melayu Serdang di Pantai Cermin, terutama para nelayan mempercayai seluruh lautan dikuasai oleh kuasa makhluk halus,
yaitu Jin dan Roh jahat di laut disebut mambang laut. Menurut kepercayaan Melayu Pantai Cermin.
Mambang laut terbagi kepada delapan penguasaan dan tinggal di delapan penjuru mata angin, yaitu mata angin Mayang Mengurai, Laksanan,
Mambang Tali Arus, Membang Jeruju, Katimah, Panglima Merah, Datuk Panglima Hitam, Babu Rahman di mata angin Babu Rahim. Dari delapan
jin laut tersebut empat darinya merupakan penguasa atau pengetaahuan para jin dan kepada merekalah Jamuan Laut ditujuan. Keempat jin laut ialah
Datuk Panglima Hitam Penguasa Utara yang menjadi pemimpin agung dan masyhur dengan nama Datuk Hitam.
Masyarakat Melayu Serdang di Pantai Cermin mayoritas meggantungkan hidup mereka kepada banyak perolehan ikan. Untuk itu
Universitas Sumatera Utara
masyarakat perlu melakukan Jamuan Laut dengan harapan para penguasa laut atau jin tidak marah kepada mereka dan mereka dapat memperoleh ikan
yang berlimpah atas ridho Allah. Upacara Jamuan Laut terkemas atas beberapa tahapan aktifitas,
selain dari tahapan persiapan, yiatu i pemancangan panji dan pembuat balai; ii penyembelihan hewan dan mengantar sesajen; iv berjanji dan doa;
v pengumuman pantangan; vi makan bersama. Aktivitas upacara diselingi dengan kerja sama gotong royong membersihkan lingkunganprsekitaran
daerah menjelang pelaksanaan upacara. Selanjutnya kata–kata sambutan dari ketua adat dan ketua kampung.
Setelah melakukan persiapan maka setelah itu dilakukan persiapan sebagai berikut, dalam menentukan ide pelaksanaan upacara Jamuan Laut
baik dari anggota maupun individu pawang dan yang berasal dari komunitas nelayan, karena merasakan cobaan yang berat saat di tengah laut
dan merasakan keterpurukan hidup berkaitan dengan tangkapan ikan berkurang serta mewujudkan isyarat terhadap para gawang laut.
Sekarang adalah pelaksanaan upacara ritual jamuan laut, dalam
melaksanakan upacara Jamuan Laut. Beberapa dari anggota masyarakat
membentuk balai–balai, yaitu sebuah bangunan sederhana yang didirikan pada tempat upacara. Balai -balai itu didirikan dengan sejumlah batang
pohon, tanpa dinding, beratap anyaman daun kelapa. Letaknya memanjang dan sejajar dengan sisi pantai. Balai-balai digunakan untuk meletakkan
Universitas Sumatera Utara
perlengkapan yang dipersembahkan dan dipercayai masyarakat agar proses upacara diterima makhluk halus. Selanjutnya disediakan seekor lembu guna
disembelih sebagai kurban. Kepala, tulang, dan kulit lembu itu dibungkus kembali dan dibentuk seperti lembu dan diikatkan pada sebuah batang
pohon pinang guna dipersembahkan kepada penguasa laut, sedangkan dagingnya untuk makan bersama–sama. lembu sebelum dipotong
dimandikan air bunga oleh pawang. Kemudian, seluruh anggota masyarakat menyediakan beras adanya
untuk makan bersama–sama dan sebagian untuk upacara. Selanjutnya disediakan sebatang bambu berukuran enam meter guna memancang panji-
panji yang dilengkapi dengan kain berwarna putih berukuran dua meter telah ditulis duakali maasyahadat menggunakan aksara arab–jawi. Pakaian
para pawang berwarna putih, dan penutup kepala memakai peci. Sedangkan kaum lelaki daerah mendirikan balai–balai dan kaum wanita memasak guna
dimakan pada juadah makan bersama–sama. Selanjutnya anggotapeserta upacara menyediakan perlengkapan upacara lainnya
Pertama, adalah dilakukan pemancangan panji–panji, yaitu tujuh hari sebelum pelaksanaan upacara bermula, perhitungan hari yang dianggap
tepat adalah para tanggal 13,15 atau 17 dalam perhitungan tahun Masehi. Pemancangan panji–panji dilakukan oleh para pawang saat matahari mulai
terbit, atas pemancangan ini tanda bermulanya situasi sakral di tempat upacara.
Universitas Sumatera Utara
Lokasi penyelenggaraan upacara selalu berada di tepi pantai. Bendera yang diikat pada potongan batang bambu dipacakan di dua tempat
penyelenggaraan upacara dan satu lagi dipacakkan kurang lebih sembilan puluh meter dari tempat upacara itu berdekatan muara. Sewaktu para
pawang memancangkan panji – panji itu membaca mantera dan memercikkan air ramuan ke atas kain bendera dan tanah di tempat bambu
dipancangkan. Adapun mantera itu sebagai berikut :
Assalammualaikum alikum musallam Ya rizal yu khoib
Ya auliallah taala Kadosasi arisuna biusatin
Wanzuru nubbanattin warhamna Birahmatin yaarnukba ya zukba
Ya abdul ya akhyar ya kutub Ya ibra
Asalamuladi nawaiji Ya khaus
Warmauna warfakuin bikumatin Nabi umi
Waalaalihi washabihi wasallam Assalamualikum
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat mempercayai bahwa pemancangan ini merupakan tanda -tanda pemberitahuan kepada makhluk-makluk halus penguasa laut
berkenaan akan diselenggarankannya upacara Jamuan Laut. Pancang – pancang itu sekaligus sebagai peringatan bagi anggota masyarakat guna
memelihara kebersihan persekitaran tempat upacara itu. Kedua; sesudah pemancangan panji – panji seekor lembu yang akan
disembelih terlebih dahulu ditambat tempat upacara dimulai. Pada pagi hari setelah sholat subuh, tempat penyembelihan di atas sebuah lobang kecil
yang digali di tanah untuk menampung darahnya. Masyarakat mengaggapnya kesepadauan darah dengan tanah berarti
simbolik dari keeratan hubungan makhluk hidup terutama hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Dalam memotong lembu tersebut
pawang Amat Dukun membaca mantera sebagai berikut:
Assalammualaikum alikum musallam Ya rizal yui khoib
Ya auliallah taala Kadosasi arisuna biusatin
Wanzuru nubbanattin warhamna Birahmatin yaarnukba ya zukba
Ya abdul ya akhyar ya kutub Ya ibra
Asalamuladi nawaiji
Universitas Sumatera Utara
Ya khaus Ya khaus
Ya khaus Warmauna warfakoin bikumatin
Nabi umi Waalaalihi washabihi wasallam
Assalamualikum
Kemudian lembu disembelih dipotong–potong dan dipisah–pisah menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala, tulang dan kulit disatukan,
dikemas dan dalamnya diisi kembali tapi mengunakan batu-batu kecil membetuk seperti lembu dan diikatkan pada sebuah batang pohon pinang
dan dipacakan ditengah laut untuk dipersembahkan di dalam persembahan pada siang hari kepada penguasa laut. .
Kemudian, kajian ini juga akan menunjukkan wujudkan beberapa gerak, syarat dan pantang larang dalam pelaksanaan upacara majelis
persembahan masing–masing gerak, isyarat dan pantang larang itu merupakan elemen bagi membina upacara persmebahan dan isyarat itu
berhasil dari pada pawang, ahli majelis maupun daripada masa dan tempat pelaksanaan persembahan, sedangkan pantang larang dinyatakan sebagai
kesepakatan yang diwarisi dari pada sebelumnya. Selanjutnya bagian dagingnya dicincang halus untuk dimasak sebagai jedah dalam jamuan
makan bersama – sama. Hal ini dilakukan oleh kaum lelaki, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
rempah–rempah masakan disediakan oleh puan-puanibu–ibu. Penyembelihan selesai bersamaan saat matahari, terbit dan anggota
masyarakat pun datang ke tempat upacara guna mengambil peran aktif dalam jamuan itu.
Ketiga; saat mengantar jamuan upacara pada matahari mulai naik, yaitu pagi hari pukul 9.00 wib. Waktu upacara, pawang Amat Dukun dan
para ustad serta pemuka masyarakat memimpin jalannya persembahan di tengah laut disertai juga oleh beberapa anggota masyarakat. Diawali dengan
aktifitas pawang Amat Dukun, yaitu mengelilingi balai–balai menabur bunga–bunga, dan berdiri sejenak mengarah ke kiblat.
Jamuan upacara dilakukan pada jarak dua mil dari pantai, yaitu di suatu tempat yang dipercayai masyarakat sebagai tempat jalannya pusaran
angin. Sewaktu jamuan upacara perahu berhenti dan samua anggotapeserta upacara berdiri menghadap kiblat. Selanjutnya bilal atau ustad membaca
syalawat kemudiaannya diiringi suara azan dalam situasi hening. Sesudah azan itu pawang Amat Dukun membaca mantera yaitu sebagai berikut :
Assalammualaikum alikum musallam Ya rizal yu khoib
Ya auliallah taala Kadosasi arisuna biusatin
Wanzuru nubbanattin warhamna Birahmatin yaarnukba ya zukba
Universitas Sumatera Utara
Ya abdul ya akhyar ya kutub Ya ibra
Asalamuladi nawaiji Ya khaus
Warmauna warfakuin bikumatin Nabi umi
Waalaalihi washabihi wasallam Assalamualikum
Setelah pawang membaca mantera itu, ustad atau bilal membaca doa yang disertai oleh seluruh peserta upacara. Kemudian peserta upacara
meninggalakan tempat upacara dengan pantangan tidak boleh melihat arah ke belakang yaitu di tempat upacara jamuan upacara dilakukan.
4.2.6 Penutupan Upacara Ritual Jamuan Laut