Teori WHO Teori Belajar Sosial Social Learning

2.1.2. Teori Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

2.1.2.1. Teori WHO

Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah karena adanya 6 alasan pokok, yaitu: a. Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. b. Kepercayaan Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek dan nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. c. Sikap Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. d. Orang penting sebagai referensi Perilaku orang, lebih – lebih anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh orang – orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. Universitas Sumatera Utara e. Sumber – sumber daya resources Maksudnya adalah fasilitas – fasilitas uang waktu tenaga dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat, yang dapat bersifat positif ataupun negatif. f. Perilaku normal, kebiasaan nilai – nilai, dan penggunaan sumber – sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan. Notoatamodjo,2003

2.1.2.2. Teori Belajar Sosial Social Learning

Pembentukan perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan proses interaksi dengan lingkungan. Cara yang kedua merupakan cara yang paling besar pengaruhnya terhadap perilaku manusia. Terbentuknya perubahan perilaku karena proses interaksi antara individu dengan lingkungan terjadi melalui proses belajar learning process. Menurut Bandura dan Walter dalam Notoatmodjo 2005 bahwa tingkah laku tiruan adalah bentuk asosiasi dari rangsangan dengan rangsang lainnya. Apabila seseorang melihat suatu rangsang dan ia melihat model bereaksi secara tertentu terhadap rangsang itu, maka dalam khayalan atau imajinasi orang tersebut terjadi rangkaian simbol-simbol yang menggambarkan rangsang dari tingkah laku tersebut. Rangkaian simbol-simbol ini merupakan pengganti dari hubungan rangsang balas yang nyata dan melalui asosiasi, si peniru akan melakukan tingkah laku yang sama dengan tingkah laku model. Terlepas dari ada atau tidak adanya rangsang, proses asosiasi tersembunyi ini sangat dibantu oleh kemampuan verbal seseorang. Selain dari itu, dalam proses ini tidak ada cara coba dan ralat trial and error yang berupa Universitas Sumatera Utara tingkah laku nyata, karena semuanya berlangsung secara tersembunyi dalam diri individu. 2.2. Remaja Tahap-tahap perkambangan jiwa menurut Aristoteles dalam Sarwono 2006 adalah sebagai berikut: 1. 0 – 7 tahun : masa kanak-kanak infancy; 2. 7 – 14 tahun : masa anak-anak boyhood; 3. 14 – 21 tahun : masa dewasa muda young manhood. Siswa SMUsederajat ada pada masa ini . Orang muda yang punya hasrat- hasrat yang kuat dan mereka cenderung untuk memenuhi hasrat-hasrat itu semuanya tanpoa membeda-bedakannya dari hasrat-hasrat yang ada pada tubuh mereka, dan hasrat seksuallah yang paling mendesak dan dalam hal ini mereka menunjukkan hilangnya kontrol diri. Sedangkan menurut WHO 1974 dalam sarwono 2006, remaja adalah suatu masa ketika : 1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai ia mencapai kematangan seksual. 2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak- kanak menjadi dewasa. 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri. Menurut Sarwono, remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung factor social budaya. Cirinya adalah Universitas Sumatera Utara alat-alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai muncul, inteligensi mencapai puncak perkembangannya, emosi sangat labil, kesetiakawanan yang kuat terhadap kawan sebaya dan belum menikah. Kondisinya yang belum menikah ini menyebabkan remaja secara social budaya termasuk agama dianggap belum berhak atas informasi dan edukasi, apalagi pelayanan medis untuk kesehatan pada alat reproduksinya. Dampaknya adalah makin aktifnya perilaku serilaku seksual pra-nikah yang yang disertai ketidaktahuan yang pada nantinya bisa membahayakan kesehatan reproduksi.

2.3. Perilaku Seksual Remaja