agar mereka mempunyai wawasan kesehatan reproduksi yang baik adalah pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi aspek tumbuh kembang remaja.
Sejalan dengan pernyataan diatas, peneliti berasumsi bahwa responden sudah mengetahui bahwa responden membutuhkan informasi mengenai kesehatan
reproduksi adalah sistem reproduksi, proses reproduksi, fungsi alat reproduksi tumbuh kembang remaja, hak-hak reproduksi, dan penyakit menular seksual, serta
dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi sebagai pengetahuan dasar perihal kesehatan reproduksinya.
5.3.3. Pengetahuan Responden Berdasarkan Aktivitas Yang Membahayakan Kesehatan Reproduksi
Berdasarkan tabel 4.10, sebagian besar pengetahuan responden tentang aktivitas yang membahayakan kesehatan reproduksi adalah masturbasionani,
berciuman, dan sentuhan pada organ vital sebanyak 39 orang 55,6. Menurut Gunarsa dkk 2000, Dorongan atau hasrat untuk melakukan
hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila ada penyaluran yang tidak sesuai pra-nikah maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian
dan pengetahuan mengenai hal tersebut. Menurut Nusantri 2005 dalam Soetjiningsih, 2004, pendidikan seks bertujuan mengurangi jumlah remaja melakukan
perilaku seksual sebelum menikah, dan menurut Dianawati 2006, aktivitas – aktivitas seksual yang dapat membahayakan kesehatan reproduksi remaja antara lain
adalah : 1 Hubungan seksual pra-nikah, yang tentunya memiliki dampak yang nantinya tidak baik bagi remaja baik fisik maupun non-fisik, 2 Oral seks, yaitu
melakukan rangsangan dengan mulut pda organ seks pasangannya, 3 Anal seks,
Universitas Sumatera Utara
yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan memasukkan penis ke dalam anus dan anal. Aktivitas seksual seperti ini tentu sangat berbahaya karena anus
mengandung banyak bakteri penyebab penyakit. Jika dikaitkan dengan pendapat diatas, maka peneliti berasumsi bahwa
pengetahuan responden perihal mengenai aktivitas yang membahayakan kesehatan reproduksi masih sedikit keliru, yang memerlukan adanya penyampaian informasi
perihal kesehatan reproduksi yang lebih mendetail atau mendalam.
5.3.4. Pengetahuan Responden Tentang Hubungan Seksual
Berdasarkan table 4.11, sebagian besar pengetahuan responden perihal hubungan seksual adalah Masuknya penis ke dalam vagina, dimana bila terjadi
ejakulasi pengeluaran cairan sperma dengan posisi penis masih didalam vagina yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan sebanyak 27 orang 38,6.
Sejalan dengan pendapat anonim 2005, Hubungan seksual ialah masuknya penis ke dalam vagina. Bila terjadi ejakulasi pengeluaran cairan sperma dengan
posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina memudahkan pertemuan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan. Dari tabel 4.11, peneliti
dapat berasumsi bahwa pengetahuan responden tentang pengertian hubungan seksual sudah baik.
5.3.5.Pengetahuan Responden Tentang Dampak Melakukan Hubungan Seksual Pra-nikah
Berdasarkan tabel 4.13 sebagian besar pengetahuan responden tentang
dampak melakukan hubungan seksual pra-nikah adalah kehamilan yang tidak diinginkan KTD, aborsi, timbul penyakit infeksi menular seksual sebanyak 42 orang
Universitas Sumatera Utara
75. Menurut Adiningsih 2007, dampak melakukan hubungan seksual pra-nikah dari aspek medis adalah : 1 Terjadinya kehamilan yang tak diinginkan KTD, 2
Aborsi, 3 Meningkatkan resiko terkena kanker rahim, 4 Terjangkit Penyakit Menular Seksual PMS. Dari tabel 4.13, peneliti dapat berasumsi, bahwa sebagian
besar responden sudah mengetahui dampak dari melakukan hubungan seksual pra- nikah.
5.3.6. Pengetahuan Responden Tentang Solusi Terbaik Bagi Pasangan Pra- nikah Yang Mengalami Kehamilan Yang Tidak Diinginkan
Berdasarkan tabel 4.14 sebagian besar pengetahuan responden tentang solusi terbaik bagi pasangan pra-nikah yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan
adalah melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan sebanyak 57 orang 81,4. Menurut pendapat Iriany 2005, Sepasang remaja yang telah melakukan hubungan
seksual pra-nikah akan memiliki kemungkinan untuk mengalami kehamilan yang tidak diinginkan KTD yang tentunya bisa berdampak buruk bagi masa depan kedua
remaja tersebut. Menurut Adiningsih, 2007 dengan status mereka remaja yang belum menikah, maka besar kemungkinan kehamilan tersebut tidak dikehendaki dan
aborsi merupakan salah satu alternatif yang kerap diambil oleh remaja. Setiap tahun terdapat sekitar 2,6 juta kasus aborsi di Indonesia, yang berarti setiap jam terjadi
sekitar 300 tindakan pengguguran janin dengan resiko kematian ibu. Menurut Deputi Bidang Keluarga Berencana Nasional BKKBN Siswanto Agus Wilopo yang dikutip
Apulina 2008, sedikitnya 700 ribu diantaranya dilakukan oleh remaja perempuan berusia di bawah 20 tahun. Sebanyak 11,13 dari semua kasus aborsi dilakukan
karena kehamilan yang tidak diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
Adapun solusi terbaik bagi pasangan remaja yang terjerat kasus kehamilan yang tak diinginkan adalah dengan cara melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan
Iriany 2005. Sejalan dengan pendapat tersebut, peneliti berasumsi bahwa dari tabel 4.14 bahwa responden sudah mengetahui solusi terbaik bagi kasus kehamilan yang
tak diinginkan yang terjadi pada pasangan remaja yang telah melakukan hubungan seksual pra-nikah.
3.5.7. Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Aborsi