alat-alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai muncul, inteligensi mencapai puncak perkembangannya, emosi sangat labil, kesetiakawanan yang kuat terhadap
kawan sebaya dan belum menikah. Kondisinya yang belum menikah ini menyebabkan remaja secara social budaya termasuk agama dianggap belum berhak
atas informasi dan edukasi, apalagi pelayanan medis untuk kesehatan pada alat reproduksinya. Dampaknya adalah makin aktifnya perilaku serilaku seksual pra-nikah
yang yang disertai ketidaktahuan yang pada nantinya bisa membahayakan kesehatan reproduksi.
2.3. Perilaku Seksual Remaja
Menurut Sarwono 2005, perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dari lawan jenisnya maupun dengan sesama
jenisnya. Seperti yang kita ketahui umumnya remaja laki-laki lebih mendominasi dalam melakukan tindak perilaku seksual bila dibandingkan dengan remaja
perempuan. Hal ini di karenakan banyaknya faktor yang membuat remaja laki-laki untuk menyalurkan hasrat seksualitasnya. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di beberapa Negara maju menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak melakukan hubungan seksual pada usia lebih muda bila dibandingkan dengan
remaja perempuan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yang terjadi
pada remaja, antara lain : 1
Faktor Internal a.
Tingkat perkembangan seksual fisikpsikologis
Universitas Sumatera Utara
Dimana perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan
anak 13 tahun. b. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi
Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara
yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya. c.
Motivasi Perilaku yang pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk
memperoleh tujuan tertentu. Perilaku seksual seseorang memiliki tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau
untuk memperoleh uang misalnya pekerja seks seksual PSK. 2
Faktor Eksternal a.
Keluarga Kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dapat
memperkuat munculnya perilaku menyimpang pada remaja. b.
Pergaulan Pada masa pubertas, perilaku seksual pada remaja sangat dipengaruhi oleh
lingkungan pergaulannya dimana pengaruh dari teman sebaya sebagai pemicu terbesar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lainnya.
c. Media massa
Kemajuan teknologi mengakibatkan maraknya timbul berbagai macam media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan yang paling dicari oleh
Universitas Sumatera Utara
remaja adalah internet. Dari internet, remaja dapat dengan mudah mengakses informasi yang tidak dibatasi umur, tempat dan waktu. Informasi yang
diperoleh biasanya akan diterapkan dalam kehidupan kesehariannya. Banyaknya perilaku seksual yang terjadi muncul karena adanya dorongan
seksual atau kegiatan yang tujuannya hanya untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku.
Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyudi 2004, beberapa perilaku seksual secara rinci dapat berupa:
a. Berfantasi merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan
aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. b.
Pegangan tangan dimana perilaku ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang begitu kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba
perilaku lain. c.
Cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir d.
Cium basah berupa sentuhan bibir ke bibir e.
Meraba merupakan kegiatan pada bagian-bagian sensitive rangsang seksual seperti leher, dada, paha, alat kelamin dan lain-lain.
f. Berpelukan perilaku ini hanya menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman
disertai rangsangan seksual apabila mengenai daerah sensitif g.
Masturbasi wanita atau Onani laki-laki merupakan perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual dan dilakukan sendiri.
h. Oral seks merupakan perilaku seksual dengan cara memasukkan alat kelamin
ke dalam mulut lawan jenis.
Universitas Sumatera Utara
i. Petting merupakan seluruh perilaku yang non intercourse hanya sebatas pada
menggesekkan alat kelamin. j.
Intercourse senggama merupakan aktivitas seksual dengan memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.
2.4. Kesehatan Reproduksi