Gambaran Umum Unit Syariah PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967

20 manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut, dengan sedikit pemberian derma yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian derma tersebut, mereka dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah. 2 Ahli fiqh kontemporer Wahhab Az-Zuhaili mendefinisikan asuransi dalam dua bentuk yaitu At- Ta’min At-Tawuni asuransi tolong menolong dan At- Ta’min biqist sabit asuransi dengan pembagian tetap. Sedangkan Mustafa Ahnad Az-Zarqa memaknai asuransi sebagai suatu cara atau metode untuk memelihara manusia dalam menghindari risiko ancaman bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya. Ia berpendapat bahwa sistem asuransi adalah sistem Ta’awun dan Tadhamun yang bertujuan untuk menutupi kerugian peristiwa-peristiwa atau musibah-musibah oleh sekelompok tertanggung kepada orang yang tertimpa musibah tersebut. Penggantian tersebut berasal dari premi mereka. Sedangkan di Indonesia asuransi syariah lebih dikenal dengan istilah Takaful yang berarti menjamin atau saling menanggung.Asuransi syariah menurut fatwa Dewan Syariah Nasional No.21DSN-MUIX?2001, adalah: 2 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General Konsep dan System Operasional. Jakarta: MUI,2006, hal. 29. 21 Asuransi syariah Ta’min, Takaful, Tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orangpihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru ’ memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad perikatan yang sesuai dengan syariah. Dengan akad takaffuli dan dana tabarru ‟ tersebut menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lainnya. 3 Pengertian ini berbeda dengan asuransi menurut Undang-Undang No. 2 tahun 1992, yaitu: Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Menurut Juhaya S. Praja, pengertian asuransi syariah adalah saling memikul risiko diantara sesama orang, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko lainnya. Saling pikul risiko itu dilakukan atas dasar saling tolong menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana ibadah tabarru ’ yang ditujukan untuk 3 Dewan Syariah Nasional MUI, Fatwa DSN No. 21DSN-MUIIX2001Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.