Mekanisme Pengelolaan Dana Tabarru

34 saving dapat digunakan akad wakalah bil ujrah atau mudharabah. Dengan akad wakalah bil ujrah perusahaan asuransi syariah sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi selain berupa fee atau ujrah karena akad yang digunakan adalah akad wakalah, fee yang didapat juga harus ditetapkan dalam jumlah yang sewajarnya atau tidak berlebihan dan telah mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari peserta. Dalam praktiknya kedudukan perusahaan asuransi syariah dalam transaksi asuransi kerugian adalah sebagai mudhorib, pemegang amanah. Sedangkan peserta sebagai shahibul mal. Mudhorib berkewajiban untuk membayarkan klaim, apabila ada salah satu dari peserta mengalami musibah, juga berkewajiban menjaga dan menjalankan amanah yang diembannya secara adil, transparan dan propesional dalam mengelola dana peserta yang terkumpul pada kumpulan dana tabarru’mudhorib diawasi secara tekhnis dan operasional oleh komisaris dan secara syar‟i diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah DPS. Dalam pengelolaan dana setiap premi yang akan diterima akan dimasukan kedalam rekening tabarru’ yaitu rekening yang akan diniatkan dermatabarru ‟ dan digunakan untuk membayar klaim kepada peserta apabila terjadi musibahharta benda peserta itu sendiri.Kemudian diinvestasikan kedalam lembaga keuangan yang dibenarkan secara syar‟i dan premi asuransi akan dikelompokan kedalam “kumpulan dana peserta” untuk syariah. Keuntungan investasi yang diperoleh akan dimasukan ke dalam kumpulan dana peserta untuk kemudian dikurangi “beban asuransi” klaim, premi 35 asuransi. Bila terdapat keuntungan dibagikan menurut prinsip mudharabah bagian keuntungan milik peserta akan dikembalikan kepada peserta yang tidak mengalami musibah sesuai dengan penyertaannya. Sedangkan bagian keuntungan yang diterima perusahaan akan digunakan untuk membiayai operasional perusahaan. 17 Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariah islam. Keuntungan bagi hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi klaim dan premi reasuransi, akan dibagi antara peserta dan perusahaan menurut prinsip al-mudharabah dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dan peserta. 18 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam praktik asuransi paling tidak ada dua akad yang membentuknya, yaitu akad tabarru’ dan akad mudharabah. Akad tabarru’ terkumpul dalam rekening dana sosial yang tujuan utamanya digunakan untuk saling menanggung peserta asuransi yang mengalami musibah kerugian, sedangkan akad mudharabah terwujud tatkala dana yang terkumpul dalam perusahaan asuransi itu di investasikan dalam wujud usaha yang diproyeksikan menghasilkan keuntungan profit. Asuransi kerugian yang tidak mengandung unsur tabungan saving terjadi akad mudharabah antara peserta dan perusahaan pengelola. Landasan yang 17 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, hal. 140-141. 18 Aries Mufti dan Muhammad Syakir Sula, Amanah Bagi Bangsa: Kosep Sistem Ekonomi Syariah tt.,MES,tth. hal. 116-118. 36 awal dari akad mudharabah ini adalah profit and loss sharing, maka jika dalam investasinyamendapat keuntungan, maka keuntungan tersebut dibagi bersama sesuai dengan porsi nisbah yang disepakati. Sebaliknya, jikainvestasinya mengalami kerugian loss atau negative return maka kerugian tersebut dipikul bersama antara peserta asuransi dan perusahaan. 19 Dengan demikian peserta dan perusahaan tidak ada yang terdzalimi, karena konsep dari asuransi syariah adalah tolong-menolong, saling melindungi dan saling bantu-membantu. Bentuk tolong-menolong dimasukkan kedalam dana tabarru’. Apabila salah satu peserta mendapat musibah, maka peserta yang lain ikut menanggung risiko, dimana kliamnya dibayarkan dari akumulasi dana tabarru’ yang terkumpul.

4. Tujuan dan Manfaat Dana Tabarru

’ Dalam tabarru’ orang menolongmemberi tidak bermaksud untuk mengharapkan penggantian dari apa yang ia berikan. Tetapi dari tabarru’ ini, para pesertanya mempunyai tujuan dan manfaat bagi peserta lainnya, yaitu: a. Untuk membayar klaim apabila terjadi musibah pada peserta lain b. Untuk menghindari sikap mementingkan diri sendiri pada peserta asuransi c. Saling tolong-menolong antara peserta yang tertimpa musibah d. Mempererat tali silatrurahim antara peserta yang tertimpa musibah e. Menumbuhkan rasa bertanggung jawab sesama, dengan memberikan sebagian kecil uang yang diniatkan untuk peserta lain apabila terjadi 19 AM. Hasan Ali, MA, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Teori Analisis Historis Teoritis dan PraktikJakarta: Kencana, 2004, hal. 141. 37 klaim. Hal ini menghindari perasaan mementingkan diri sendiri f. Saling bantu membantu antara peserta yang tertimpa musibah. Sedangkan bagi perusahaan, dana tabarru’ ini mempunyai tujuan dan manfaat sendiri, yaitu: a. Mengelola kembali dana tabarru’ dengan menginvestasikan pada lembaga keuangan syariah b. Dapat digunakan untuk membentuk dana bersama yang digunakannya sebagai dana santunan bagi peserta lainnya. Dana bersama merupakan dana kumpulan peserta asuransi yang digunakan untuk mengcover kerugian yang diderita nasabah ketika mengalami musibah atau bencana. Setiap peserta memiliki hak yang sama dalam menerima ganti rugi yang sesuai dengan proporsinya yang telah ditentukan diawal. Muhammad Fadzli Yusuf, direktur Syarikat Takaful Malaysia berkata dalam bukunya “Takaful Asuransi Islam” menjelaskan tentang manfaat dan batasan penggunaan dana tabarru ‟ sebagai berikut: Tabarru’ mempunyai pengertian luas.Dana tabarru’ boleh digunakan untuk membantu siapa saja yang mendapat musibah.Tetapi dibawah bisnis takaful karena telah melalui akad khusus, maka penggunaan tabarru’ harus khusus pula yaitu hanya sebatas pada kemanfaatan peserta takaful saja. Dengan kata lain bahwa kumpulan dana tabarru’ hanya digunakan untuk kepentingan peserta takaful yang mendapat musibah. Apabila dana tabarru’ tersebut digunakan untuk kepentingan lain, berarti melanggar syarat akad. 20 20 Muhammad Fadzli Yusuf, Takaful Sistem Asuransi Islam Kuala Lumpur: Tinggi Press SDN.BHD, 1996, hal. 2. 38

C. Implementasi Akad Tabarru

’ dan Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Umum Syariah Perusahaan asuransi kerugian umum adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketuga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. 21 Dalam polis asuransi dan perjanjian reasuransi dengan prinsip syariah wajib mengandung akad tabarru’ dan akad tijarah. 22 Akad yang menjadi fokus utama dalam business process Asuransi Umum Syariah adalah akad tabarru ‟ dan akad wakalah bil ujrah. Adapun mengenai akad mudharabah, mudharabah musyarakah merupakan akad yang diimplementasikan dalam kegiatan investasi saja. Lain halnya dengan perusahaan asuransi jiwa yang memang dalam produk asuransinya ada yang mengandung unsur saving dan ada yang tidak. 1. Akad Tabarru ’ pada Asuransi Umum Syariah Premi tabarru ‟, yaitu sejumlah dana yang dihibahkan oleh pemegang polis dan digunakan untuk tolong-menolong dalam menanggulangi musibah kematian yang akan disantunkan kepada ahli waris bila peserta meninggal 21 Undang-Undang No. 2 tahun 1992, tentang perasuransian, Pasal 1 Ayat 5 22 Peraturan Mentri Keuangan nomor 18PMK.0102010, Tentang Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah, pasal 7. 39 dunia sebelum masa asuransi berakhir. 23 Niat tabarru’ dana kebajikanhibah dalam akad asuransi syariah adalah alternatif uang sah yang dibenarkan oleh syara dalam melepaskan diri dari praktik gharar yang diharamkan oleh Allah SWT. Dalam konteks akad pada asuransi syariah, tabarru’ bermaksud memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu diantara peserta asuransi jika ada yang mendapat musibah, dan dana tersebut ditempatkan secara terpisah pada rekening sekaligus pencatatannya dari dana pengelola perusahaan asuransi syariah. Jadi dana tabarru’ merupakan dana kolektif diantara peserta yang hanya boleh digunakan untuk kepentingan peserta saja seperti klaim, cadangan tabarru’ dan reasuransi syariah. Dana tabarru‟ ini dapat diinvestasikan oleh perusahaan sebagai pihak pengelola, dan jika terdapat surplus dari investasi dana tabarru’ itu akan dimasukkan kedalam rekening dana tabarru ‟ peserta dan pihak pengelola mendapat upahbagi hasil sesuai dengan akad yang disepakati wakalah bil ujrah, mudharabah, atau mudharabah musytarakah. 24 Selain itu juga terdapat surplus underwriting dari dana tabarru ’ penetapan besaran pembagiannya tergantung kepada peserta kolektif, regulator atau kebijakan manajemen. 2. Akad Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Umum Syariah 23 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangn Syariah Jakarta: Kencana, 2009, cet. 1 hal.277. 24 Fatwa DSN-MUI No. 53DSN-MUIIII2006 tentang Akad Tabarru ’ pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah