29
Tabarru’ dalam arti luas adalah mengerahkan segala daya dan upaya untuk memberikan harta atau manfaat kepada orang lain baik langsung atau
dimasa yang akan datang tanpa mengharapkan kompensasi dengan tujuan semata-mata untuk kebaikan dan perbuatan amal shaleh.
12
Jumhur ulama mendefinisikan tabarru ’ dengan akad yang mengakibatkan
pemilik harta, tanpa ganti rugi yang dilakukan seseorang dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela.
Niat tabarru’ dana kebajikan dalam akad asuransi syariah adalah
alternatif u ang sah yang dibenarkan oleh syara‟ dalam melepaskan diri dari
praktik gharar yang diharamkan oleh Allah SWT.
13
Menurut jumhur ulama, menunjukkan hukum anjuran untuk saling membantu antar sesama manusia, oleh sebab itu islam sangat menganjurkan
seseorang yang mempunyai kelebihan harta untuk menghibahkannya kepada saudara-saudara yang memerlukan. Sedangkan dalam konteks akad dalam
asuransi syariah, tabarru’ memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas
untuk tujuan saling membantu diantara sesama peserta takaful asuransi syariah apabila ada diantaranya mendapat musibah. Dana klaim yang
diberikan diambil dari rekening dana tabarru’ yang sudah diniatkan oleh
semua peserta ketika akan menjadi peserta asuransi syariah, untuk kepentingan dana kebajikan atau dana tolong-menolong.
12
http:bataviase.co.idnode330210 Diakses pada tanggal 29 Desember 2010
13
http:www.syakirsula.comindex. Diakses pada tanggal 29 Desember 2010
30
2. Landasan Hukum Penggunaan Dana Tabarru
’
Didalam Al-Qur ‟an kata tabarru‟ tidak ditemukan. Akan tetapi,
tabarru’ dalam arti dana kebajikan dari kata Al-Birr
14
dapat ditemukan dalam Al-
Qur‟an:
Artinya:“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab- kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta;
dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila
ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang
yang benar imannya; dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
” QS. Al-Baqarah: 177. Dana tabarru‟ ini merupakan realisasi perintah Al-Qur‟an
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya.” QS: Al-Maidah: 2
14
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah life and general Konsep dan System Operasional Jakarta: MUI, 2006, hal. 35-36.
31
3. Mekanisme Pengelolaan Dana Tabarru
’
Asuransi syariah adalah asuransi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dasar didirikan asuransi syariah adalah penghayatan terhadap
semangat saling bertanggung jawab, kerjasama dan perlindungan dalam kegiatan-kegiatan masyarakat demi terciptanya kesejahteraan masyarakat
pada umumnya. Pengelolaan dana dalam istilah asuransi adalah cara kerja suatu
perusahaan asuransi dalam mengurusi dana premi yang sudah terkumpul dengan cara menginvestasikannya. Kelembaga-lembaga keuangan lain untuk
persediaan pembayaran ganti rugi pertanggungan. Perusahaan asuransi syariah sangat memperhatikan masalah
pengelolaan dana, karena hal ini merupakan hal yang penting dalam memulai dan mengembangkan sebuah perusahaan. Cara yang ditempuh dalam
mengelola dana harus sesuai dengan syariah islam yaitu dengan cara menghilangkan
sama sekali
kemungkinan terjadi
unsur gharar
ketidakpastian, maisir untung-untungan, dan riba.
Dana yang dibutuhkan perusahaan bersumber dari:
a. Dana pemegang saham yaitu dana yang disiapkan oleh para pemegang saham sebagai modal setor bagi perusahaan, baik pada tahap awal berdiri
perusahaan maupun penambahan setelah perusahaan berjalan, beserta hasil investasi atas dana tersebut.
32
b. Dana dari peserta asuransi yaitu berupa premi. Dalam melaksanakan perjanjian antara perusahaan dengan peserta harus
dilandasi dengan akad. Adapun akad yang melandasi asuransi syariah adalah akad tijarah dan akad tabarru
’. Akad tijarah merupakan semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial misalnya
mudharabah, wadiah dan wakalah. Sedangkan akad tabarru’ merupakan
semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong menolong tidak untuk komersial.
Dana tabarru ’ bisa diinvestasikan sepanjang tidak menghalangi
pembayaran klaim. Jika hasil investasi diterima maka hasil returnnya tidak dibenarkan dialihfungsikan ke dana lain. Hasilnya harus semata-mata
dimanfaatkan untuk dana tabarru’ untuk memperbesar kemampuan dalam
membantu sesama pemegang polis. Dana tabarru’ ini harus dikelola sendiri
terpisah dari dana tijarah. Dalam hal ini perusahaan sebagai pengelola harus membuat laporan periodik atas dana tabarru
’ ini. Setiap periode dana tabarru
’ ini akan menghasilkan apakah surplus atau defisit tabarru’. Surplus artinya total dana yang terkumpul lebih besar dari total klaim dan biaya-biaya
untuk mengelola dana ini dalam satu periode. Sebaliknya kalau defisit artinya total klaim dan biaya lebih besar dari dana tabarru
’ yang masuk.
15
Sebagaimana diatur dalam PMK No. 18PMK.0102010 tentang penerapan prinsip dasar penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi
15
http:bataviase.co.idnode330210 Diakses pada tanggal 29 Desember 2010
33
dengan prinsip syariah.maka Mekanisme pengelolaan dana peserta premi adalah sebagai berikut :
16
a Perusahaan wajib memisahkan kekayaan dan kewajiban dana tabarru’
dari kekayaan dan kewajiban perusahaan. b Perusahaan asuransi jiwa yang memasarkan produk asuransi dengan
prinsip syariah yang mengandung unsur investasi wajib memisahkan kekayaan dan kewajiban dana investasi peserta dari kekayaan dan
kewajiban perusahaan maupun dari kekayaan dan kewajiban dana tabarru’
c Perusahaan wajib membuat catatan terpisah untuk kekayaan dan kewajiban perusahaan, dana tabarru
‟ dan dana investasi peserta. Kekayaan dan kewajiban dana
tabarru’ merupakan kekayaan dan kewajiban dana peserta secara kolektif, untuk itu perusahaan wajib
menggunakan dana tabarru ‟ hanya untuk :
a Pembayaran santunan kepada peserta yang mengalami musibah atau
pihak lain yang berhak. b
Pembayaran reasuransi c
Pembayaran kembali Qardh ke perusahaan, dan d
Pengembalian dana tabarru’ akibat pembatalan polis dalam periode
yang diperkenankan . Dalam pengelolaan dana investasi, baik dana tabarru
‟ maupun
16
Peraturan Mentri Keuangan nomor 18PMK.0102010, Tentang Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah, pasal 3.