Pengertian Asuransi Syariah Metode alokasi surplus underwriting dana tabarru' pada asuransi kerugia Syariah (studi pada unit Syariah Pt.asuransi umum Bumuputra muda 1967)

22 menanggung risiko tersebut. 4 Suhrawardi K. Lubis mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan asuransi syariah adalah pertanggungan yang berbentuk tolong menolong atau disebut juga dengan perbuatan kafalah, yaitu perbuatan saling menolong dalam menghadapi sesuatu risiko yang tidak diperkirakan sebelumnya. 5 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa asuransi syariah merupakan penjaminan diantara para peserta asuransi dalam menghadapi risiko didasarkan atas tabarru ’ melalui perjanjian yang sesuai dengan syariah.

2. Landasan Hukum Asuransi Syariah

Seperti telah diketahui bersama, asuransi syariah belum memiliki fondasi hukum yang kuat, karena hanya diatur oleh regulasi dalam bentuk keputusan mentri keuangan KMK.Hal ini turut mempengaruhi kinerja perusahaan asuransi syariah yang masih terpaku dan tunduk pada pelaturan hukum positif. 6 Kerangka acuan asuransi syariah dalam operasionalnya antara lain: a. Fatwa DSN-MUI No. 21DSN-MUIIX2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Operasional Asuransi Syariah. b. Fatwa DSN-MUI No. 51DSN-MUIIII2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah. 4 Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam Jakarta: Bumi Aksara, 1997, hal.99. 5 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi IslamJakarta: Sinar Grafika, 2000, hal. 82. 6 Abdul Ghoni dan Erny Arianty, Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan Praktek Jakarta: Insco Consulting, 2007, hal. 13. 23 c. Fatwa DSN-MUI No. 52DSN-MUIIII2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah. d. Fatwa DSN-MUI No. 53DSN-MUIIV2006 tentang Akad Tabarru Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah. e. Pelaturan Mentri Keuangan PMK Nomor 18PMK.0102010 tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah. f. Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426KMK.062003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. g. Peraturan Mentri Keuangan PMK Nomor 11PMK.0102011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah. h. Keputusan Direktur Jendral Lembaga Keuangan Nomor Kep.4499LK2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Dengan Sistem Syariah. 7 Peraturan-peraturan tersebut yang selama ini menjadi acuan perusahaan asuransi syariah dalam menjalankan operasionalnya.Selain itu, landasan hukum normatif yang menjadi acuan perusahaan asuransi syariah dalam menjalankan usahanya secara syariah yaitu Al- Qur‟an dan Sunnah Rasul. 7 Gemala Dewi, SH.,LL.M. Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia Jakarta: Kencana, 2006.,cet.3 hal. 142-143. 24 Dasar hukum asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum praktik asuransi syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai wujud dari bisnis pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran islam, yaitu Al-Qur ‟an dan Sunnah Rasul, maka landasan yang dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan metodologi yang dipakai oleh sebagian ahli hukum. 8 a. Al- Qur‟an Apabila dilihat sepintas keseluruhan ayat Al- Qur‟an, tak terdapat satu ayatpun yang menyebutkan istilah asuransi seperti yang kita kenal sekarang ini, baik istilah “al-ta’min” ataupun “al-takaful”. Namun demikian, walaupun tidak menyebutkan secara tegas, terdapat ayat yang menjelaskan tentang konsep asuransi dan yang memiliki muatan nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi. Diantara ayat-ayat Al- Qur‟an tersebut antara lain: 1 Perintah Allah untuk mempersiapkan hari esok                    Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Q.S Al-Hasyr : 18 2 Perintah Allah untuk saling menolong dan bekerja sama 8 AM. Hasan Ali, MA, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Teori Analisis Historis Teoritis dan PraktikJakarta: Kencana, 2004, hal. 104. 25             Artinya: Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. QS. Al-Baqarah: 185 3 Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah        Artinya: yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. QS. Al-Quraisy: 4

b. Sunnah Rasul

يف ْي مْؤ ا ثم م س ي ع ها ص ها سر اق اق ريشب ب ابْع ا ْ ع يعا ت ضع م ي تسا ا ا سج ا ثم م فطاعت م دا ت م دا ت م حارت اس ئ رحس ا ي ح اب سج ا ر . م س ا ا ر Artinya: “Dari Nu’man bin basyir ra, Rasulullah SAW bersabda, perumpamaan persaudaraan kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang diantara mereka adalah seumpama satu tubuh bilamana salah satu bagian tubuh merasakan sakit, maka akan dirasakan oleh bagian tubuh yang lainnya, seperti ketika tidak tidur atau ketika demam.” HR. Muslim Hadits itu menggambarkan tentang adanya saling tolong menolong dalam masyarakat islam. Dimana digambarkan keadaannya seperti satu tubuh; jika ada satu anggota masyarakat yang sakit, maka yang lain ikut merasakannya. Minimal dengan menjenguknya, atau bahkan memberikan bantuan.Dan terkadang bantuan yang diterima jumlahnya melebihi „biaya‟ yang dikeluarkan untuk pengobatan.Sehingga terjadilah „surplus‟, yang