17
ا ض ّلغ لا ريغ  د تس لا ىلع سيل يق يبلا  ا ر
“Orang  yang  dititipi  barang  apabila  tidak  melakukan  pengkhianatan  tidak dikenakan ganti rug
i”.  HR. al-Baihaqi Dengan  demikian,  apabila  dalam  akad
wadi’ah  ada  dipersyaratkan ganti  rugi  atas  orang  yang  dititipi  juga  harus  menjaga  amanat  dengan  baik  dan
tidak boleh menuntut upah jasa dari orang yang menitipkan.
8
E. Perubahan Simpanan dari Amanah menjadi Dhamanah
Akad wadi’ah  adalah  bersifat  amanat  dan  imbalannya  hanya
mengharapkan  ridho  Allah  semata.  Namun  para  ulama  fiqih  memikirkan  juga kemungkinan  lain,  yaitu
wadi’ahsimpanan  yang  bersifat  amanat  berubah menjadi
wadi’ah  yang  bersifat  dhamanah  ganti  rugi.  Kemungkinan- kemungkinan tersebut adalah :
9
1. Barang  itu  tidak  dapat  dipelihara  oleh  orang  yang  dititipi.  Demikian  juga
halnya  apabila  ada  orang  lain  yang  akan  merusaknya,  tetapi  dia  tidak mempertahankannya, sedangkan dia mampu mengatasinya mencegahnya.
2. Barang  titipan    itu  dititipkan  lagi  kepada  orang  lain  yang  bukan  keluarga
dekat, atau orang yang bukan dibawah tanggung jawabnya. 3.
Barang titipan itu dimanfaatkan oleh orang yang dititipi, kemudian barang itu rusak  atau  hilang.  Sedangkan  barang  titipan  seharusnya  diperlihara,  bukan
dimanfaatkan.
8
Ahmad  Bin  Husein  Bin  Ali  Bim  Musa  Abu  Bakar,  Sunan  al-Baihaqi  al-Kubro, Darul Baz, 1994, Hadits No. 12479, Juz. 6, h. 289.
9
M.  Ali  Hasan,    Berbagai  Macam  Transaksi  dalam  Islam,  Jakarta:  PT.  Raja Grafindo Persada, 2004, Cet. 2, h.249.
18
4. Orang  yang  dititipi  mengingkari  ada  barang  titipan  kepadanya.  Oleh  sebab
itu,  sebaiknya  dalam  akad wadi’ah  disebutkan  jenis  barangnya  dan
jumlahnya ataupun sifat-sifat  lain, sehingga apabila terjadi keingkaran dapat ditunjukkan buktinya.
5. Orang yang menerima titipan barang itu, mencampuradukkan dengan barang
pribadinya, sehingga sekiranya ada yang rusak atau hilang, maka sukar untuk menentukannya,  apakah  barangnya  sendiri  yang  rusak  hilang  atau  barang
titipannya. 6.
Orang  yang  menerima  titipan  itu  tidak  menepati  syarat-syarat  yang dikemukakan  oleh  penitip  barang  itu,  seperti  tempat  penyimpanannya  dan
syarat-syarat lainnya.
F. Pengertian Investasi
Investasi  adalah  komitmen  atas  sejumlah  dana  atau  sumber  daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa yang akan datang yang sesuai dengan syariat Islam.
10
Investasi  merupakan  bagian  penting  dalam  perekonomian.  Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung resiko karena berhadapan dengan unsur
ketidakpastian.  Dengan  demikian,  perolehan  kembaliannya  return  tidak  pasti dan  tidak  tetap.  Investasi  berbeda  dengan  membungakan  uang,  karena
membungakan  uang  adalah  kegiatan  usaha  yang  kurang  mengandung  resiko karena perolehan kembaliannya berupa bunga yang relatif pasti dan tetap.
11
10
Ahmad  Rodoni,  Investasi  syariah,  Jakarta:  Lembaga  Penelitian  UIN  Jakarta, 2009, Cet. Ke-1, h. 46
11
Muhamad  Syafi’i  Antonio,  Bank  Syariah dari  Teori  ke  Praktek,  Jakarta:  Gema Insani,  2001, Cet. ke-1, h.150.