masyarakat modern, perkawinan dilaksanakan atas dasar cinta sebagai landasan tunggal dan rasa saling membutuhkan antara kedua pihak yang melaksanakan
perkawinan Hendry, 1987:115. Bentuk keluarga pada masyarakat Aceh disebut keluarga batih rumah
tangga. Menurut Suwondo 1979:23, keluarga batih adalah bentuk keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum menikah.
Pada masyarakat Aceh, perkawinan dianggap sebagai suatu pekerjaan yang sangat suci, religi dan sakral. Orang tua yang mempunyai anak menginjak
usia 15 tahun ke atas akan mengutus Seulangke untuk mencarikan pasangan yang cocok. Tujuannya adalah untuk terlaksananya perkawinan yang ideal menurut
pandangan masyarakat Aceh. Dikatakan seimbang apabila berlangsung antara pasangan yang seimbang. Dalam istilah Aceh disebut “kawin sekufu”.
Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan menurut ukuran keturunan, strata sosial, umur, kekayaan dan seimbang menurut ukuran bentuk dan paras
Suwondo, 1979:47. Dari penjelasan diatas ada kesamaan dari tujuan perkawinan menurut
Koentjaraningrat, William dan Hendry yaitu perkawinan merupakan rencana untuk melanjutkan generasi keluarga.
1.4.2. Kerangka Teori
Untuk membuktikan bahwa dalam sebuah perkawinan juga terdapat hal- hal yang mengungkapkan konsep perbandingan yaitu persamaan dan perbedaan,
maka penulis akan menggunakan teori komparatif. Konsep perbandingan yang
Universitas Sumatera Utara
terdapat dalam kebudayaan yaitu perkawinan akan dijadikan sebagai tanda untuk di interpretasikan dengan melihat perilaku dari masyarakat yang
melaksanakannya. Teori komparatif yang mengelompokkan masyarakat-masyarakat yang
sama besarnya maupun sistem ekonominya, akan menganalisa bagaimana organisasi masyarakat tersebut disusun. Teori ini juga memperhatikan urutan yang
sungguh-sungguh terjadi, bukan urutan-urutan imajiner yang disusun dari masyarakat yang terpisah jauh. Ruang dan waktu adalah satu usaha untuk
membahas masalah-masalah penting dengan cara strategis yang bermanfaat Keesing, 1992:2.
Menurut Staruss 2000:12, ada beberapa teori yang dapat menjelaskan penyebab adanya persamaan pada dua kebudayaan yang berbeda dalam ilmu
antropologi, teori tersebut adalah: 1.
Teori Sruktualisme, menyatakan bahwa kebudayaan sebagai perwujudan yang tampak dari struktur mental yang terpengaruh oleh lingkungan fisik
dan sosial kelompok maupun sejarahnya. Dengan demikian, dalam kebudayaan banyak terdapat perbedaan antara satu dengan yang lainnya
meskipun struktur proses berpikir manusia dianggap elementer. Oleh karena itu, kebudayaan bersifat universal sehingga menyebabkan
kebudayaan itu dimana-mana sama. 2.
Teori Difusianisme, menyatakan bahwa adanya persamaan unsur-unsur kebudayaan pada berbagai tempat di muka bumi, sebagai akibat dari
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara bangsa pemilik kebudayaan yang bersangkutan dimasa lampau.
Jadi, untuk memahami perkawinan secara perbandingan kita harus melihatnya sebagai suatu hubungan yang legal, menentukan pihak-pihak yang
terlibat, hak-hak dan barang berharga apa saja yaitu tukarkan. Semua itu ditujukan untuk siapa dibagi-bagikan,antara siapa dan kepentingan apa saja yang terdapat
pada individu maupun kelompok yang akan mendapatkan keuntungan dari persetujuan kontrak yang seperti itu.
1.5. Tujuan dan Manfaat penelitian 1.5.1. Tujuan penelitian