Jenis – jenis Perkawinan pada Masyarakat Aceh

Dari pendapat diatas, jelaslah bahwa makna perkawinan bagi masyarakat Aceh adalah untuk meneruskan keturunan yang sah. Dalam perkawinan akan terbentuklah sebuah keluarga dimana akan terlihat bagaimana tanggung jawab seorang suami terhadap isteri dan anak – anak dan sebaliknya. Perkawinan juga dapat membina kasih sayang dan saling menghormati.

2.2.3. Jenis – jenis Perkawinan pada Masyarakat Aceh

Suwondo 1979 47 , mengatakan jenis – jenis perkawinan dalam masyarakat Aceh dibagi dalam dua bagian, yaitu : Perkawinan yang baik dan perkawinan yang tidak baik. Perkawinan baik adalah perkawinan yang didasarkan pada ajaran agama dan adat – istiadat serta diakui oleh masyarakat sekitarnya. Sedangkan perkawinan tidak baik adalah perkawinan yang tidak sesuai dengan tuntunan agama, berlawanan dengan adat dan mencemarkan nama baik. Perkawinan baik meliputi : 1. Perkawinan biasa, yaitu perkawinan yang dilakukan secara normal dan menurut adat – istiadat. 2. Perkawinan gantung, yaitu dilakukan dengan jarak waktu yang relatif lama, pelaksanaannya menurut hukum dan adat – istiadat. 3. Perkawinan janda atau duda, yaitu perkawinan antara laki – laki duda dengan wanita janda atau laki – laki duda dengan perawan dan bisa sebaliknya dimana pelaksanaannya masih menurut hukum dan adat – istiadat. Universitas Sumatera Utara 4. Perkawinan berimpal, yaitu perkawinan antara anak – anak saudara laki – laki ibu atau saudara perempuan ayah yang sekandung. 5. Perkawinan tukar tikar, yaitu perkawinan apabila seorang laki – laki kematian isterinya kemudian ia kawin dengan adik isterinya demi melanjutkan hubungan keluarga dan kepentingan anak – anak. Kemudian perkawinan tidak baik meliputi : 1. Perkawinan paksa, yaitu perkawinan karena terpaksa. Bisa karena kecelakaan atau termakan budi, untuk menebus hutang dipaksa kawin oleh orang tuanya. 2. Kawin tangkap, yaitu perkawinan yang dilakukan karena pasangan tersebut tertangkap basah melakukan perbuatan maksiat, melakukan keluarga dan dikucilkan dalam masyarakat. 3. Kawin lari, yaitu terpaksa dilakukan oleh pihak laki – laki karena memalukan kedua belah pihak dan hukum adat. 4. Kawin madu, yaitu seorang suami kawin lagi dengan wanita lain karena isterinya sakit – sakitan. 5. Kawin lain agama, yaitu perkawinan yang dilakukan dengan pasangan yang tidak seagama. 6. Kawin busuk, yaitu perkawinan dengan perempuan jahat pelacur , yang pernah berzina atau tidak perawan lagi dan sebaliknya.

2.2.4. Tahapan Upacara Perkawinan pada Masyarakat Aceh