Perumusan Masalah Ruang Lingkup Pembahasan

1.2. Perumusan Masalah

Salah satu wujud dari kebudayaan adalah sistem sosial, yaitu tindakan berpola dari masyarakat, terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul dengan yang lainnya. Sebagian rangkaian tersebut dapat di observasi, dikaji dan di dokumentasikan. Dalam masyarakat Jepang dan masyarakat Aceh terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dalam hal perkawinan. Persamaan dan perbedaan terebut merupakan hal yang wajar dalam sebuah konsep perbandingan. Salah satu contoh persamaan adalah dalam menentukan pasangan. Di Jepang, menentukan pasangan dilakukan oleh seorang perantara yang disebut Nakoodo dengan melakukan penjajakan antar Ie, sedangkan dalam masyarakat Aceh menentukan pasangan dilakukan juga oleh perantara yang disebut Seulangke dengan melakukan kegiatan Cah Ret atau penjajakan. Persamaan yang lain adalah dalam hal bentuk perkawinan yang berkaitan erat dengan bentuk keluarga. Kemudian dalam hal pertunangan, masyarakat Jepang dan Masyarakat Aceh sama-sama melakukan pertunangan dengan menyerahkan benda-benda berharga sebagai syarat untuk melanjutkan ke jenjang perkawinan. Dalam masyarakat Jepang benda-benda tersebut dapat berupa uang, barang tekstil, beras, sake dan lain-lain. Tetapi di Aceh menurut Soewondo 1979:69, benda-benda yang dibawa adalah berupa bahan-bahan makanan , pakaian dan sebagian mahar atau mas kawin. Jadi, untuk mengetahui bagaimana perbandingan upacara perkawinan tradisional dalam masyarakat Jepang dan Universitas Sumatera Utara Masyarakat Aceh akan dilihat dari persamaan dan perbedaan upacara serta sistem perkawinannya. Dalam bentuk pertanyaan permasalahannya adalah: 1. Bagaimana bentuk keluarga dan tahapan upacara perkawinan masyarakat Jepang dan masyarakat Aceh? 2. Apa saja persamaan dan perbedaan tahapan upacara perkawinan tradisional dalam masyarakat Jepang dan masyarakat Aceh?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Adanya persamaan dan perbedaan dalam upacara perkawinan dalam masyarakat Jepang dan Aceh masyarakat merupakan hal menarik, karena Jepang dan Propinsi Aceh merupakan dua tempat yang berjauhan. Namun tidak menutup kemungkinan adanya persamaan unsur kebudayaan antara dua suku bangsa tersebut, terutama dalam tahapan upacara perkawinannya. Dengan demikian ruang lingkup pembahasannya terbatas pada persamaan dan perbedaan tahapan upacara perkawinan masyarakat Jepang dan masyarakat Aceh serta unsur-unsur yang mempengaruhinya. Dalam menguraikan tahapan upacara perkawinan, penulis akan menggunakan beberapa konsep perkawinan dan kajian pranata perkawinan, juga mengenai bentuk keluarga, makna perkawinan, jenis – jenis perkawinan dan tahapan upacara perkawinan pada kedua masyarakat tersebut. Universitas Sumatera Utara 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka