30
a. Host Intermediate
Menurut Pribadi 2004, pada dasamya setiap orang dapat terinfeksi oleh agen biologis Plasmodium, tetapi ada beberapa faktor intrinsik yang dapat
mempengaruhi kerentanan Host terhadap Agent yaitu : usia, jenis kelamin, ras, riwayat malaria sebelumnya, gaya hidup, sosial ekonomi, status gizi dan tingkat
immunitas. 1 Usia, anak-anak lebih rentan terhadap infeksi penyakit malaria.
2 Jenis kelamin, perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kerentanan individu, tetapi bila malaria terjadi pada wanita hamil akan
menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan ibu dan anaknya, seperti anemia berat, berat badan lahir rendah BBLR, abortus, partus premature
dan kematian janin intrauterine. 3
Ras, beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan alamiah terhadap malaria, misalnya : orang Negro di Afrika
Barat dan keturunannya di Amerika dengan golongan darah ressw - tidak dapat terinfeksi oleh Plasmodium vivax karena golongan ini tidak
mempunyai reseptornya. 4 Riwayat malaria sebelumnya, orang yang pemah terinfeksi malaria
sebelumnya biasanya akan terbentuk immunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria berikutnya.
31
5 Cara hidup, kebiasaan tidur tidak memakai kelambu dan sering berada di luar rumah pada malam hari sangat rentan terhadap infeksi malaria.
6 Sosial ekonomi, keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat hubungannya dengan infeksi
malaria. 7 Status gizi, keadaan gizi tidak menambah kerentanan terhadap malaria.
Ada beberapa studi yang menunjukan bahwa anak yang bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang dan malaria selebral dibandingkan dengan
anak yang bergizi buruk. Tetapi anak yang bergizi baik dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibanding anak yang bergizi buruk.
8 Immunitas, masyarakat yang tinggal di daerah endemis malaria biasanya mempunyai immunitas alami sehingga mempunyai pertahanan alamiah
terhadap infeksi malaria.
b. Host Definitif
Host definitif yang paling berperan dalam penularan penyakit malaria dari orang yang sakit malaria kepada orang yang sehat adalah nyamuk Anopheles
betina. Hanya nyamuk Anopheles betina yang mengisap darah untuk pertumbuhan telurnya. Host definitif ini sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
1 Perilaku nyamuk, pada prinsipnya perilaku nyamuk dapat dibagi menjadi empat katagori, yaitu perilaku hidup, perilaku berkembangbiak, perilaku mencari
darah dan perilaku beristirahat. a. Perilaku hidup, suatu daerah akan disenangi nyamuk sebagai habitatnya
32
apabila daerah tersebut memenuhi syarat sebagai berikut: tersedia tempat beristirahat, tersedia tempat untuk mencari darah dan tersedia tempat untuk
berkembangbiak. b. Perilaku berkembangbiak, masing-masing jenis nyamuk mempunyai
kemampuan untuk memilih tempat berkembangbiak sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya, misalnya Anopheles sundaicus lebih senang
di air payau dengan kadar garam 12 o -18 o dan terkena sinar matahari langsung, sedangkan Anopheles maculatus lebih senang di air tawar dan
terlindung dari sinar matahari teduh. c. Perilaku mencari darah, hanya nyamuk Anopheles betina yang menghisap
darah dibutuhkan untuk pertumbuhan telurnya. Bila dipelajari lebih jauh perilaku nyamuk mencari darah terbagi atas empat hal yaitu :
1 berdasarkan waktu menggigit, biasanya mulai senja hari hingga tengah malam, bahkan ada yang menggigit sampai dini hari, 2 berdasarkan
tempat, 3 berdasarkan sumber darah, anthrofofilik, 4 berdasarkan frekuensi menggigit.
d. Perilaku istirahat, 1 istirahat berdasarkan kebutuhan, yaitu istirahat sebenamya yang merupakan masa menunggu proses perkembangan telur
dan istirahat sementara, yaitu masa sebelum dan sesudah mencari darah, 2 istirahat berdasarkan kesukaan, eksofilik lebih suka beristirahat di luar
rumah dan endofilik lebih suka beristirahat di dalam rumah.
33
2 Faktor lain yang mendukung: a.
Umur nyamuk longevity, semakin panjang umur nyamuk semakin besar kemungkinannya untuk menjadi penular atau vektor malaria.
b. Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit.
c. Frekuensi menggigit manusia.
d. Siklus gonotrofik, yaitu waktu yang diperlukan untuk matangnya telur
sebagai indikator untuk mengukur interval menggigit nyamuk pada objek yang digigit manusia.
3 Syarat-syarat nyamuk sebagai vektor: a. Tingkat kepadatan Anopheles di sekitar pemukiman manusia yang sesuai
dengan daya jangkau atau kemampuan terbang nyamuk antara 2-3 km. b. Umur nyamuk, lamanya hidup nyamuk harus cukup lama sehingga parasit
dapat menyelesaikan siklus sporogoni di dalam tubuh nyamuk. c. Adanya kontak dengan manusia, jika nyamuk yang ada kesukaannya
menghisap darah manusia Anthropofilik. d. Kerentanan nyamuk terhadap parasit, hanya spesies nyamuk Anopheles
tertentu yang efektif sebagai penular malaria kepada manusia. e. Adanya sumber penular, pada umumnya nyamuk yang baru menetas tidak
mengandung parasit dan baru akan menjadi vektor bila terdapat parasit
yang berasal dari obyek gigitan dan menjadi infektif setelah menyelesaikan
siklus hidupnya.
34
2.1.2. Faktor Agent
Pada tahun 1880 Charles Louis Alphonso Laveran di Aljazair menemukan parasit malaria dalam darah manusia, Selanjutnya pada tahun 1886 Golgi di Italia
menemukan Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae, serta pada tahun 1890 Celli dan Marchiava menemukan Plasmodium falciparum Hidayat, 2001.
Parasit malaria yang terdapat pada manusia ada empat spesies yaitu : a.
Plasmodium falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria berat.
b. Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana. c. Plasmodium malariae penyebab malaria quartana.
d. Plasmodium ovale spesies ini banyak dijumpai di Afrika dan Pasifik Barat.
2.1 3. Faktor Environment
Menurut Hidayat 2001, faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada yang memungkinkan terjadinya transmisi
malaria setempat indigenous, lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologik dan lingkungan sosial budaya.
a. Lingkungan fisik: meliputi suhu, kelembapan, hujan, ketinggian, angin,
sinar matahari dan arus air. b.
Lingkungan kimia: meliputi kadar garam yang cocok untuk berkembangbiaknya nyamuk Anopheles sundaicus.
c. Lingkungan biologik : adanya tumbuhan, lumut, ganggang, ikan kepala
35
timah, gabus, nila sebagai predator jentik Anopheles, serta adanya temak sapi, kerbau dan babi akan mengurangi frekuensi gigitan nyamuk pada
manusia. d.
Lingkungan sosial budaya ; meliputi kebiasaan masyarakat berada di luar rumah, tingkat kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyakit malaria dan
pembukaan lahan dengan peruntukannya yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat dengan banyak menimbulkan breading places
potensial untuk berkembangbiaknya nyamuk Anopheles. Penyakit malaria berhubungan dengan perilaku masyarakat, disamping itu
pelaksanaan program penanggulangan oleh tenaga kesehatan juga menentukan apakah kasus malaria pada suatu daerah akan meningkat atau tidak Ditjen PPM
PLP,1999. Sebagai salah satu penyakit reemerging menular kembali secara massal,
malaria hingga saat ini menjadi ancaman daerah tropis dan subtropis. Di kawasan tropis dan subtropis, malaria sering menimbulkan jumlah kematian mencapai lebih
dari satu juta orang setiap tahunnya. Yang perlu menjadi perhatian adalah terdapatnya kasus malaria di daerah-daerah yang sudah jarang terjadi kasus malaria selama
beberapa tahun. Hal ini terjadi karena lemahnya sistem kewaspadaan dini serta perencanaan pemberantasan malaria yang tidak dilakukan secara tepat dan
berkesinambungan Achmadi, 2003.
36
2.1.4. Perilaku
Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam-macam bentuk,
yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk pasif tanpa tindakan nyata atau konkret dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata konkret.
Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan tindakan yang dilakukan mahluk hidup. Perilaku adalah suatu aksi dan reaksi suatu organisme
terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru berwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan.
Dengan demikian suatu rangsangan tentu akan menimbulkan perilaku tertentu pula. Didalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor yantg berasal dari diri individu itu sendiri, antara lain susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, emosi dan belajar. Susunan syaraf pusat memegang
peranan penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan perpindahan dari rangsangan yang masuk ke respon yang dihasilkan. Perpindahan ini dilakukan
oleh susunan syaraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron. Neuron
37
memindahkan energi dalam impuls-impuls syaraf. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi ini adalah pengalaman yang
dihasilkan melalui indra pendengaran, penciuman dan sebagainya Notoatmodjo, 2005
Perilaku mempunyai pengaruh terhadap status kesehatan individu, kelompok maupun masyarakat. Berdasarkan analisis Blum 1956 dalam konteks kesehatan,
maka yang mempengaruhi derajat kesehatan terdiri dari faktor lingkungan, keturunan, pelayanan kesehatan dan perilaku masyarakat itu sendiri. Secara keseluruhan
keempat faktor tersebut mempunyai derajat atau tingkat pengaruh yang berbeda-beda. Disimpulkan bahwa faktor perilaku masyarakat mempunyai peran yang sangat besar
terhadap peningkatan kesehatan setelah pengaruh faktor lingkungan. Green 1980 menganalisis perilaku manusia dalam hal kesehatan. Dalam
mencapai kualitas hidup yang baik quality of life dapat dicapai melalui peningkatan derajat kesehatan, faktor perilaku dan gaya hidup behavior and lifestyle serta
lingkungan environment. Yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan adalah faktor perilaku dan gaya hidup serta lingkungan, misalnya seorang
menderita diare karena minum air yang tidak masak masalah perilaku atau seseorang yang tidak merokok terkena kanker paru akibat berada di lingkungan orang
yang merokok masalah lingkungan. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi perilaku masyarakat dan sering juga disebut determinan perilaku yaitu :
a. Predisposing factor faktor pemudah, faktor-faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat
38
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku kesehatan. b. Enabling factor faktor pemungkin, faktor-faktor ini mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya tempat pembelian kondom, tempat konsultasi, tempat berobat, ketersediaan
kondomkemudahan mendapatkan kondom, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, dokter
paktek swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung.
c. Reinforcing factor faktor penguat, faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat toma, tokoh agama toga, sikap dan perilaku para
petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang
terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja,
melainkan diperlukan perilaku contoh acuan dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Di samping itu undang-
undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
a. Definisi Perilaku
39
Ada beberapa ahli menyatakan pengertian perilaku, diantaranya Blum 1956 berpendapat bahwa ada tiga masalah perilaku, yakni cognitif, afektif dan psikomotor.
Notoatmodjo 2005 berpendapat bahwa perilaku itu dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa berpendapat, berpikir bersikap dan sebagainya untuk memberikan responsi
terhadap situasi di luar subjek.
Perilaku dapat dijabarkan dalam tiga bentuk operasional yaitu:
a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui reaksi atau
rangsangan dari luar b. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar diri subjek, sehingga alam itu sendiri akan mencetak sendiri perilaku manusia yang ada di dalamnya sesuai dengan sifat dan
keadaan alam tersebut. c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang konkrit, yaitu berupa perbuatan
terhadap situasi dan rangsangan dari luar. b. Aspek-aspek Perilaku
Aspek-aspek perilaku terdiri dari tiga bahagian besar, antara lain sebagai berikut:
a. Pengetahuan, adalah aspek perilaku yang merupakan hasil tahu, dimana ini terjadi bila seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
b. Sikap, merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
40
terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap ini terdiri dari
berbagai tingkatan seperti menerima, merespon, menghargai dan bertanggungjawab.
c. Tindakan, adalah sesuatu yang dilakukan. Suatu sikap belum terwujud dalam tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung dari pihak lain. Menurut Blum 1956, perilaku sangat luas dan kompleks dan dapat dibagi
menjadi tiga domain atau ranah yaitu : cognitive, affective dan psychomotor. Dalam perkembangannya, teori Blum ini dimodifikasikan untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan menjadi : Knowledge Pengetahuan, Attitude Sikap dan Practice Tindakan atau disingkat KAP.
1. Knowledge Pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Menurut Rogers 1974 sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di
dalam diri orang tersebut terjadi beberapa proses sbb: a.
Awareness kesadaran, seseorang menyadari dan mengetahui adanya stimulus.
b. Interest, mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation, menimbang-nimbang mengevaluasi baik tidaknya stimulus
tersebut terhadap dirinya.
41
d. Trial, mencoba perilaku baru
e. Adoption, telah terjadi perilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus. Rogers 1974 juga menyimpulkan bahwa proses adopsi baru akan relatif
lebih langgeng jika didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif. 2. Attitude Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup Notoatmodjo, 2003. Tingkatan sikap adalah :
a. Receiving menerima, seseorang subject mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan object b.
Responding merespon, merespon mengerjakan tugas yang diberikan. c.
Valuing menghargai, mengajak orang lain untuk mengerjakan mendiskusikan sesuatu masalah.
d. Responsible Bertanggung-jawab, bertanggung-jawab atas sesuatu yang telah
dipilihnya walau apapun risiko dan tantangannya. Menurut Allport 1954 yang dikutip Azwar 1995, sikap mempunyai tiga
komponen pokok yaitu : a.
Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep suatu objek
42
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek
c. Kecendrungan untuk bertindak
Ketiga komponen sikap tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh dan dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, keyakinan dan emosi memegang
peranan penting.
3. Practice Tindakan Menurut Notoatmodjo 2005 tindakan adalah sesuatu yang dilakukan;
perbuatan. Tindakan terdiri dari empat tingkatan yaitu : a.
Perception persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil.
b. Guided response respon terpimpin, melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
yang benar dan sesuai dengan contoh. c.
Mechanism mekanisme, telah terjadi mekanisme dan melakukan sesuatu secara otomatis dan akan menjadi kebiasaan.
d. Adoption adopsi, tindakan yang sudah berkembang dengan baik
Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, berpikir, sifat, motivasi, reaksi dan
sebagainya, namun demikian sulit dibedakan refleksi dan gejala kejiwaan yang mana seseorang itu berperilaku tertentu. Apabila kita telusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan
yang tercermin dalam perilaku manusia itu adalah pengalaman, keyakinan, sarana
43
fisik, sosio masyarakat dan sebagainya Notoatmodjo, 2005.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Notoatmodjo 2005, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang dalam bidang kesehatan yaitu:
1. Latar Belakang Latar belakang yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang
kesehatan dibedakan atas: pendidikan, pekerjaan, penghasilan, norma-norma yang dimiliki dan nilai-nilai yang ada pada dirinya, serta keadaan sosial budaya yang
berlaku. 2. Kepercayaan dan Kesiapan Mental
Perilaku seseorang dalam bidang kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan orang tersebut terhadap kesehatan serta kesiapan mental yang dipunyai.
Kepercayaan tersebut setidak-tidaknya menjadi manfaat yang akan diperoleh, kerugian yang didapat, hambatan yang diterima serta kepercayaan bahwa dirinya
dapat diserang penyakit. 3. Sarana
Tersedia atau tidaknya sarana yang dimanfaatkan adalah hal yang penting
dalam munculnya perilaku seseorang di bidang kesehatan, betapapun positifnya
44
latar belakang, kepercayaannya dan kesiapan mental yang dimiliki tetapi jika
sarana kesehatan tidak tersedia tentu perilaku kesehatan tidak akan muncul. 4. Faktor Pencetus
Dalam bidang kesehatan peranan faktor pencetus cukup besar untuk memunculkan perilaku kesehatan yang diinginkan. Seringkali dijumpai seseorang
baru berperilaku kesehatan tertentu bila sudah ada masalah kesehatan sebagai pencetus, seperti penyakit kulit.
5. Perubahan Perilaku Perubahan perilaku berarti individu mulai menerapkan sesuatu yang baru
inovasi, lain daripada yang sebelumnya. Tetapi merubah perilaku seseorang agar mau menerima sesuatu yang baru bukanlah merupakan sesuatu hal yang mudah,
karena menyangkut suatu proses yang terjadi dalam diri individu itu sendiri maupun dalam masyarakat. Perubahan perilaku yang diharapkan adalah sebagai perubahan
perilaku yang melembaga atau lestari serta merupakan bahagian dari hidupnya. Menurut Notoatmodjo 2005, ada berbagai macam perubahan perilaku
masyarakat yaitu: a.
Perubahan alamiah natural change: Perubahan itu sendiri disebabkan oleh kejadian yang alamiah
b. Perubahan terencana planned change: Perubahan itu terjadi karena memang
direncanakan sendiri
45
c. Kesediaan untuk Berubah readiness to change: Sebahagian orang sangat
cepat untuk menerima sesuatu perubahan, tetapi sebahagian orang lagi sangat lambat untuk menerima sesuatu perubahan.
e. Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan Health behavior adalah hal-hal yang berhubungan dengan
tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya.
Menurut Sarwono 1997, masyarakat mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalamannya atau informasi yang diperolehnya dari orang lain
tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan, pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan itu dengan sendirinya didasari atas kepercayaan atau keyakinan
akan kemajuan sarana kesehatan tersebut, sehingga mereka akan memutuskan untuk tidak menggunakan pelayanan yang tersedia berdasarkan pengalaman yang pernah
diperoleh dari pelayanan tersebut. Menurut Tjiptoherijanto dan Soestyo 1994, pemanfaatan utilisasi
pelayanan kesehatan paling erat hubungannya dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektifitas pelayanan tersebut. Bila berbicara
kapan memerlukan pelayanan kesehatan, umumnya semua dari kita akan menjawab bila merasa adanya gangguan pada kesehatan sakit. Kita tidak pernah akan tahu
kapan sakit dan tidak seorangpun dapat menjawab dengan pasti. Hal ini memberi
46
informasi bahwa kita selaku konsumen pelayanan kesehatan selalu dihadapkan pada masalah ketidakpastian.
Hubungan antara keinginan sehat dan permintaan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana, tetapi sebenarnya sangat komplek. Penyebab utamanya
adalah karena misalnya persoalan informasi yang umumnya dilakukan oleh para ahli. kesehatan masyarakat. Dari informasi yang mereka sebarkan itulah masyarakat
kemudian terpengaruh untuk melakukan permintaan dan penggunaan pelayanan kesehatan Tjiptoherijanto dan Soestyo, 1994.
Barbara Gallation Andersen 1986 mengemukakan 7 tujuh kategori penggunaan pelayanan kesehatan yang didasarkan pada tipe-tipe variabel yang
digunakan sebagai penentu determinan penggunaan pelayanan kesehatan, yaitu : 1. Demografi, variabel yang digunakan adalah umur, jenis kelamin, status
perkawinan dan besarnya keluarga yang digunakan sebagai alasan mutlak untuk indikator fisiologis yang berbeda dan juga siklus hidup dan asumsi
bahwa penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyaknya berhubungan dengan variabel tersebut.
2. Struktur sosial, hal ini didasarkan atas asumsi bahwa orang-orang dengan latar belakang struktur sosial tertentu akan menggunakan pelayanan kesehatan
dengan cara tertentu pula. 3. Sosial psikologis, variabel yang digunakan merupakan ukuran sikap dan
keyakinan individu. 4. Sumber keluarga, yang menggambarkan terhadap ekonomi keluarga dan
47
digunakan untuk mengukur kemampuan bayar individu atau keluarga untuk pelayanan kesehatan mereka.
5. Sumber daya manusia, variabel yang digunakan adalah penyediaan pelayanan kesehatan dan ketercapaian pelayanan kesehatan serta sumber masing-masing
dalam masyarakat. 6. Organisasi, hal ini mencerminkan perbedaan bentuk-bentuk sistem pelayanan
kesehatan tersebut. 7. Sistem Kesehatan, model ini mengintegrasikan keenam hal diatas menjadi
satu yang sempurna. Menurut Lapau 1997 kebutuhan akan pelayanan kesehatan terdiri atas
kebutuhan yang tidak dirasakan dan kebutuhan yang dirasakan felt need. Kebutuhan Perceived need dan Evaluated need yang dirasakan membuat individu mengambil
kebutuhan untuk mencari pelayanan kesehatan atau
tidak terhadap
pelayanan kesehatan adalah merupakan penggunaan dari pelayanan kesehatan
2.2. Health Belief Model Model Kepercayaan Kesehatan