Konsep Sehat-Sakit Landasan Teori

51 untuk bertindak misal: kampanye media massa, anjuran keluarga atau dokter dll c. Persepsi individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil. Seseorang mungkin mengambil tindakan preventif, dengan mengubah gaya hidup, meningkatkan kepatuhan terhadap terapi medis, atau mencari pengobatan medis.

2.3. Konsep Sehat-Sakit

Pada masa lalu, sebagian besar individu dan masyarakat memandang sehat dan sakit sebagai sesuatu hitam atau putih. Kesehatan merupakan kondisi kebalikan dari penyakit atau kondisi yang terbebas dari penyakit. Anggapan atau sikap yang sederhana ini tentu dapat diterapkan dengan mudah; akan tetapi mengabaikan adanya rentang sehat-sakit Purnawan, 2007. Pendekatan yang digunakan saat ini, sehat dipandang dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu meliputi rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian tertentu Potter, 2005. Sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi total. Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, 52 emosional, intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat. Sedangkan sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan sehingga akan lebih akurat jika ditentukan sesuai titik-titik tertentu pada skala rentang sehat-sakit Potter, 2005.

2.4. Landasan Teori

Sebagai landasan teori menggunakan pendekatan teori Green 1980 kesehatan individumasyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor–faktor diluar perilaku non perilaku. Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor: faktor–faktor predisposisi presdiposing factors mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan tradisi, norma sosial, dan bentuk lainnya yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Faktor pendukung enabling factors ialah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya. Sedangkan faktor pendorong reinforcing factors adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan. Dalam teori Green 1980 juga dikatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap program tersebut dan terhadap kesehatan pada umumnya. 53 Ada keterkaitan antara aspek perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang memicu terjadinya penyakit malaria. Keterkaitan perilaku penderita tentang penyakit malaria dapat digambarkan dari masing-masing aspek dalam teori perilaku, yaitu: a pengetahuan penderita tentang penyakit malaria yang rendah, karena kurang memahami tentang cara penularan penyakit malaria melalui gigitan nyamuk anopheles, serta bagaimana cara pencegahannya, b sikap penderita terhadap penyakit malaria kurang baik, karena menganggap nyamuk anopheles sebagai penular penyakit malaria bukan sesuatu yang perlu diperhatikan secara khusus, c tindakan penderita dalam upaya pencegahan penyakit malaria belum mampu menurunkan angka kesakitan, karena beberapa kegiatan yang dilakukan pada saat bekerja maupun saat istirahat pada malam hari masih berisiko untuk terkena gigitan nyamuk anopheles Perilaku atau tindakan masyarakat tersebut terkait dengan lingkungan tempat tinggal yang secara alami merupakan habitat yang cocok untuk perkembangbiakan nyamuk malaria.

2.5. Kerangka Konsep penelitian