C 500mgkgBB tidak dapat menaikkan nilai aktivitas enzim hALAD, walaupun nilai
rata-rata antara kelompok yang diberikan Pb saja, vitamin C 200mgkgBB + Pb, vitamin C 500 mgkg BB + Pb didapatkan ada kenaikan aktivitas enzim
hALAD, namun kenaikan tersebut masih di bawah nilai kelompok kontrol, dan hal ini
dibuktikan hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelompok tersebut secara bermakna yang artinya dalam penelitian ini terjadi peningkatan
aktivitas enzim hALAD dengan pemberian vitamin C 1000mgkgBB tetapi tidak
dapat memperbaiki hingga sama seperti kontrol.Dalam penelitian ini vitamin C 1000mgkgBB dapat berperan sebagai zat antioksidan dan detoksikasi dengan cara
meningkatkan aktivitas enzim gluthatione S-transferase GST serta kelompok enzim gluthatione yang lain GS-x yang berperan dalam melenyapkan oksidator kuat
dalam hal ini ion Pb pada eritrosit dan melindungi gugus enzim-SH eritrosit.
4.2. Pengaruh perlakuan terhadap kadar hemoglobin
Pengaruh pemberian Pb dengan vitamin c 200mgkgBB, vitamin c 500mgkgBB dan 1000mgkgBB dapat dilihat pada tabel berikut ini
Nelma: Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Ktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase o-ALAD, Kadar Hemoglobin Dan Basophilic Stippling Pada Mencit Yang Dipapar Plumbum, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4. Data penelitian kadar Hemoglobin pada kelompok kontrol dan berbagai kelompok perlakuan n = 32
No Kadar Hb grdl
Kontrol PemberianPb
P
1
P
2
P
3
1 13,2
14,6 15,77 12,77 10,41 2
11,8 7,93 15,83 14,34 17,15
3 12,2
11,38 12,20 11,64 13,52
4 12,2
12,53 12,04 11,19 15,87
5 9,6 15,67
7,26 12,91
13,17 6 12,3
11,30 8,54
14,54 13,84
7 11,03
14,47
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh perlakuan terhadap kadar Hemoglobin dilakukan uji ANOVA
Tabel 5. Distribusi rata-rata kadar Hemoglobin pada kelompok kontrol dan berbagai kelompok perlakuan n = 32
No Variabel Mean
grdl SD 95
Confidece Interval
P.Value 1
2 3
4 5
Kadar Hb Kontrol
Perlakuan Pb P1
P2 P3
11,88 12,11
12,30 12,89
13,99 1,21
2,61 3,39
1,36 2,33
10,61-13,15 9,70-14,53
9,17-15,43 11,47-14,33
11,54-16,44 0,554
Berdasarkan hasil perhitungan uji anova untuk rata-rata kadar Hb pada kontrol yaitu
mencit yang tanpa perlakuan adalah 11,88 grdl, dengan standar deviasi 1,21. Pada mencit yang hanya diberikan Pb secara intraperitonial selama 2 hari didapatkan kadar
Hb 12,11 grdl dengan standar deviasi 2,61. Sedangkan mencit yang diberikan Vitamin C 200mgkgBB P1 secara oral selama 1 minggu dan kemudian diberikan
Pb secara intraperitonial selama 2 hari ternyata didapatkan kadar Hb 12,30grdl
Nelma: Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Ktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase o-ALAD, Kadar Hemoglobin Dan Basophilic Stippling Pada Mencit Yang Dipapar Plumbum, 2008.
USU e-Repository © 2008
dengan standar deviasi 3,39. Sedangkan mencit yang diberikan vitamin C 500mgkg BBP2 secara oral selama 1 minggu dan kemudian diberikan Pb secara
intraperitoneal selama 2 hari ternyata didapatkan kadar Hb 12,89grdl dengan standar deviasi 1,36. Sedangkan mencit yang diberikan vitamin C 1000mgkg BB P3
secara oral selama 1 minggu dan kemudian diberikan Pb secara intraperitonial selama 2 hari ternyata didapatkan kadar Hb 13,99grdl dengan standar deviasi 2,33.
Dari rangkaian penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh hasil uji statistik nilai p = 0,554. Berarti pada alpha 5
g 0,05 maka H diterima, sehingga dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan kadar Hb diantara 5 kelompok perlakuan, oleh karena itu tidak dilanjutkan ke uji LSD.
11.88 12.11
12.3 12.89
13.99
2 4
6 8
10 12
14 16
KN KP
C200 C500
C1000
Perlakuan Ka
d a
r Hb g
r d
l
Gambar 5. Perbandingan kadar hemoglobin kontrol dan perlakuan
Nelma: Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Ktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase o-ALAD, Kadar Hemoglobin Dan Basophilic Stippling Pada Mencit Yang Dipapar Plumbum, 2008.
USU e-Repository © 2008
Keterangan: KN
: Kelompok yang hanya diberi aquadest KP
: Kelompok yang diberikan Pb asetat dosis 20 mgkgBB secara intraperitoneal C200 : Kelompok yang diberikan vitamin C 200 mgkgBBhari selama tujuh hari sebelum
diberikan Pb asetat 20 mgkgBB secara intraperitoneal C500 : Kelompok yang diberikan vitamin C 500 mgkgBBhari selama tujuh hari sebelum
diberikan Pb asetat 20 mgkgBB secara intraperitoneal C1000
: Kelompok yang diberikan vitamin C 1000 mgkgBBhari selama tujuh hari sebelum diberikan Pb asetat 20 mgkgBB secara intraperitoneal
Gambar tersebut menunjukkan peningkatan kadar Hemoglobin antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
mengemukakan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa tingginya kadar Pb dalam tubuh dapat mengakibatkan terganggunya sistem
metabolisme tubuh. Salah satu jalur matabolisme yang sangat rentan terhadap Pb adalah sistem hemopoetik, sebab hampir 90 Pb terikat eritrosit. WHO, 1977
Gambaran anemia adalah karakteristik untuk penderita keracunan Pb kronis. Ini adalah akibat menurunnya masa hidup lifesfan eritrosit disebabkan interfensi logam
Pb dalam sintesis haem. Pb menghambat enzim h-aminolevulinic acid dehydratase
dan ferrochelatase dalam eritrosit, akibatnya terjadi anemia Hariono, 2008. Pb dalam darah pada kadar tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada
manusia, karena Pb berpengaruh terhadap biosintesis heme pada beberapa tahap reaksi enzimatis. Pb berkemampuan berikatan dalam gugus–SH dalam molekul
protein dan menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim. Pb mengganggu sintesis Hb dengan menghambat konversi delta aminolevulinic asid
menjadi forfobilinogen dan juga menghambat korporasi dari Fe kedalam proforfirin IX untuk membentuk Hb dengan menghambat enzim delta aminolevulinic asid
Nelma: Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Ktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase o-ALAD, Kadar Hemoglobin Dan Basophilic Stippling Pada Mencit Yang Dipapar Plumbum, 2008.
USU e-Repository © 2008
dehydratase dan ferokelatase Jeffe.1991. Menurut Darmono 1995 pemberian Pb dosis tinggi dapat menyebabkan penurunan ion Fe dan mengakibatkan gejala anemia
sebab terdapat penurunan daya absorbsi ion Fe dari sel epitel usus, sehingga terjadi kompetisi antara Pb dan Fe pada protein carier logam terutama protein ferritin.
Kadar ferritin yang rendah merupakan indikator spesifik defisiensi Fe baik untuk terjadi anemi atau tidak. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan nilai hematokrit dan
mean corpuscular, serta kadar Hb. Dalam penelitian ini didapatkan kadar Hb pada kelompok perlakuan dengan
pemberian Pb terjadi peningkatan dibanding dengan kelompok kontrol tanpa pemberian Pbtabel 3. Tetapi dari hasil analisis statistik peningkatan kadar Hb
tersebut tidak significan bermakana yang artinya hampir sama nilai kadar Hb pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, hal ini diduga karena keracunan Pb
bersifat kronis yang terjadi secara perlahan lahan dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama Palar, 1994 juga oleh Koeman, 1987 menyatakan bahwa ukuran
keracunan suatu zat ditentukan oleh kadar dan lamanya pemaparan. Keracunan dibedakan menjadi keracunan akut dan keracunan kronis. Keracunan akut yaitu
keracunan yang terjadi sebagai akibat pemaparan yang terjadi dalam waktu relapif pendek dapat terjadi dalam waktu 2-3 jam, dengan kadar yang relatif besar.
Keracunan akut yang disebabkan oleh Pb biasanya terjadi akibat kecelakaan misalnya : peledakan atau kebocoran yang tiba-tiba dari uap logam Pb, kerusakan sistem
ventilasi
Nelma: Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Ktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase o-ALAD, Kadar Hemoglobin Dan Basophilic Stippling Pada Mencit Yang Dipapar Plumbum, 2008.
USU e-Repository © 2008
didalam ruangan. Keracunan yang kronis yaitu keracunan yang terjadi karena absorbsi Pb dalam jumlah kecil, tetapi terjadi dalam jangka waktu yang lama dan
terakumulasi didalam tubuh. Durasi waktu dari permulaan terkontaminasi sampai terjadi gejala atau tanda-tanda keraacunan mungkin dalam beberapa bulan bahkan
sampai beberapa tahunAriens, 1978
4.3. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah Basophilic Stippling Pengaruh pemberian Pb terhadap jumlah Basophilic Stippling dan pengaruh
pemberian Pb dengan vitamin C 200mgkgBB, vitamin C 500mgkgBB dan
1000mgkgBB dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 6. Distribusi basophilic stippling pada kelompok perlakuan n = 32
No Perlakuan
Kontrol Pb
P1 P2 P3 1
2 3
4 5
6 7
3 2
3 2
3 3
3 3
2 1
2 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1
Karena dari uji normalitas data Basophilic Stippling tidak berdistribusi normal, maka tidak dapat dilakukan dengan uji anova, oleh karena itu dilanjutkan dengan uji
statistik non parametrik yaitu Kruskal Wallis Test dengan hasil sebagai berikut :
Nelma: Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Ktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase o-ALAD, Kadar Hemoglobin Dan Basophilic Stippling Pada Mencit Yang Dipapar Plumbum, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 7. Hasil Kruskal Walis Basophilic Stpipling pada kelompok perlakuan n=32
Variabel Mean SD
Kruskal Wallis
P value Basophilic Stipling
Perlakuan 2,97
1,40 24.274
0.000
Berdasarkan data di atas didapatkan nilai rata-rata basophilic stipling kelompok perlakuan adalah 2.97 dengan standar deviasi 1.40. Dari hasil perhitungan
Kurskal Wallis H didapat nilai 24.274, sedang harga X
2 tabel
dengan tingkat kepercayaan
g 0.05 dengan dk = 4, dapat harga = 9.488. Karena X
2 hitung
24.274 X
2 tabel
9.488, maka H ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang significan nilai Basophilic stippling pada kelima kelompok perlakuan.
Hasil analisis statistik penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan nilai rata- rata yang bermakna antara kelompok kontrol dengan perlakuan, akan tetapi pada uji
Kruskal Wallis ini tidak diketahui kelompok mana yang memiliki perbedaan tersebut secara signifikan, maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk menentukan
kelompok mana yang berbeda.
Tabel 8. Hasil uji Mann-Whitney Basophilic Stippling pada kelompok perlakuan n=32
Variabel P Value
Basophilic Stippling KN - KP
KN – C200 KN – C500
KN – C1000 0,001
0,001 0,019
0,056
Nelma: Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Ktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase o-ALAD, Kadar Hemoglobin Dan Basophilic Stippling Pada Mencit Yang Dipapar Plumbum, 2008.
USU e-Repository © 2008
2.71
1.57 0.66
0.5
-1 -0.5
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5
KN KP
C200 C500
C1000
Perlakuan J
u m
la h
B a
s o
p h
ilic S
tip p
lin g
Gambar 6. Jumlah Basophilic Stippling Pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Keterangan: KN
: Kelompok yang hanya diberi aquadest KP
: Kelompok yang diberikan Pb asetat dosis 20 mgkgBB secara intraperitoneal C200 : Kelompok yang diberikan vitamin C 200 mgkgBBhari selama tujuh hari sebelum
diberikan Pb asetat 20 mgkgBB secara intraperitoneal C500 : Kelompok yang diberikan vitamin C 500 mgkgBBhari selama tujuh hari sebelum
diberikan Pb asetat 20 mgkgBB secara intraperitoneal C1000
: Kelompok yang diberikan vitamin C 1000 mgkgBBhari selama tujuh hari sebelum diberikan Pb asetat 20 mgkgBB secara intraperitoneal
Pada uji Mann-Whitney didapatkan kelompok yang terdapat perbedaan signifikan adalah antar kelompok kontrol mencit tanpa perlakuan dan mencit dengan
perlakuan Pb didapatkan p = 0,001, maka H ditolak, berarti dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang significan jumlah rata-rata basophilic stipling pada kedua kelompok perlakuan tersebut. Sementara itu antara kelompok kontrol dengan
mencit yang diberikan vitamin C 200mgkgBB secara oral selama 1 minggu dan diberikan perlakuan Pb secara intraperitoneal selama 2 hari, dari hasil uji statistik
didapatkan p = 0,001 maka H ditolak, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
Nelma: Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Ktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase o-ALAD, Kadar Hemoglobin Dan Basophilic Stippling Pada Mencit Yang Dipapar Plumbum, 2008.
USU e-Repository © 2008
terdapat perbedaan yang signifikan jumlah rata-rata basophilic stipling pada kedua kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol dengan kelompok mencit diberikan
vitamin C 500mgkgBB secara oral selama 1 minggu dan diberikan perlakuan Pb secara intraperitoneal selama 2 hari, dari hasil uji statistik Mann -Whytney
didapatkan p = 0,019, maka H ditolak. Berarti dapat disimpulkan terdapat perbedaan
yang signifikan jumlah rata-rata basophilic stipling pada dua kelompok tersebut. Selanjutnya pada kelompok kontrol dengan kelompok mencit yang diberikan vitamin
C 1000 mgkg BB secara oral selama 1 minggu dan pemberian Pb secara intraperitoneal selama 2 hari, didapatkan hasil uji statistik nilai p = 0.056, maka H
diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan jumlah rata-rata basophilic stipling pada kedua kelompok perlakuan Pb dengan vitamin C
1000mgkgBB dengan kelompok kontrol. Dengan demikian pada penelitian ini dapat diketahui bahwa pemberian vitamin C 1000mgkgBB dapat menurunkan jumlah
basophilic stippling di dalam darah mencit yang diberikan Pb. Pada eritrosit yang matang, Pb menyebabkan defisiensi enzim G-6PD dan
penghambatan enzim pirimidin-5’-nukleotidase, sehingga terjadi akumulasi degradasi RNA serta ribosom eritrosit yang ditandai dengan ditemukannya Basophilic Stipling
terdapatnya bintik biru atau bintik-bintik basophilic pada eritrosit, Hal ini menyebabkan turunnya masa hidup eritrosit dan meningkatkan kerapuhan membran
eritrosit, sehingga terjadi penurunan jumlah eritrosit Ganiswara, et al 1995 pada penelitian ini ditemukan pada kelompok mencit yang diberi perlakuan Pb acetat 20
mgkg BB secara intraperitoneal selama 2 hari. Keadaan ini sesuai dengan penelitian
Nelma: Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Ktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase o-ALAD, Kadar Hemoglobin Dan Basophilic Stippling Pada Mencit Yang Dipapar Plumbum, 2008.
USU e-Repository © 2008
Kurniawati 1996 menyebutkan bahwa pemberian larutan timbal dapat menyebabkan kerusakan eritrosit Kurniawati, 1996. Hal ini juga didukung oleh penelitian
Wahyuni, 2000 yang menyatakan pemberian larutan timbal dapat menurunkan nilai volume padat eritrosit PCVpacked cell volume.
Selain itu, Pb juga memberikan dampak negatif bagi proses eritropoesis maupun pematangan eritrosit. Pb yang berikatan dengan eritrosit menyebabkan eritrosit
menjadi rapuh terjadi kerusakan membran sel, mengurangi eritropoesis, mengurangi masa hidup eritrosit matang, dan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik Lu,
1995. Menurut Heryando Palar 1994, keracunan yang disebabkan plumbum adalah
anemia yang kronis. Keracunan yang kronis ini terjadi secara perlahan-lahan dan berlangsung dalam jangka waktu lama. Anemi hemolitik yang terjadi karena
keracunan Pb disebabkan oleh karena destruksi eritrosit dan singkatnya masa hidup eritrosit. Patogenesis terjadinya hemolisis pada keracunan Pb diperkirakan
berhubungan dengan inhibisi pada pyrimidine-5
’
nucleotidase. Defisiensi enzim ini secara herediter ditandai dengan ditemukannya basophilic Stipling pada eritrosit. Hal
.ini terlihat pada kelompok dengan pemberian Pb terlihat hasil yang berbeda secara significan dibanding dengan kelompok kontrol. Terlihat pada tabel 6.
Nelma: Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Ktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase o-ALAD, Kadar Hemoglobin Dan Basophilic Stippling Pada Mencit Yang Dipapar Plumbum, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN