69
Struktur menentukan identitas sistem, sehingga unsur-unsur itu pada asasnya dapat berubah dan bahkan dapat diganti tanpa mempengaruhi
kontinuitas sistem. Contohnya peraturan yang berubah, undang-undang diganti, yurisprudensi selalu berkembang, tetapi sistemnya selalu sama.
Sistem Pengurusan
Piutang Negara diatur dalam Pasal 10 dan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan
Piutang Negara. Selanjutnya Panitia ini disingkat dan sering disebut dengan istilah PUPN. Panitia Urusan Piutang Negara PUPN berwenang dan
menempuh langkah-langkah hukum dalam menyelesaikan piutang negara, berdasarkan Pernyataan Bersama PB dan Surat Paksa SP serta melakukan
penanganan nasabah debiturpenanggung hutang serta melaksanakan eksekusi atas barang jaminan hutang dan atau harta kekayaan milik nasabah
debiturpenanggung hutang.
77
5. Sumber Hukum
Pengurusan Piutang Negara dilaksanakan oleh PUPN dan DJPLN KP2LN,
78
yang berwenang mengambil dan menempuh langkah-langkah hukum untuk menyelesaikan piutang negara berdasarkan Pernyataan
Bersama PB dan Surat Paksa SP serta melakukan langkah dalam penanganan nasabah debiturpenanggung hutangpenjamin hutang serta
melaksanakan eksekusi atas barang jaminan danatau harta kekayaan lainnya milik nasabah debiturpenanggung hutang.
79
Dalam hal melaksanakan eksekusi lelang, PUPN terlebih dahulu menerbitkan Surat Paksa SP,
Pelaksanaan Surat Paksa PSP, Surat Perintah Penyitaan SPP,
77
S. Mantayborbir, Iman Jauhari dan Agus Hari Widodo, 2001, op. cit., hlm. 68.
78
Pasal 10 dan Pasal 11 Undang-undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang PUPN
79
S. Mantayborbir, Iman Jauhari dan Agus Hari Widodo, 2001, op. cit., hal. 68
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
70
pelaksanaan penyitaan dan Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan SPPBS.
80
Pasal-pasal eksekusi lelang di dalam Undang-undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 ini merupakan sumber hukum yang mengatur kewenangan
“parate eksekusi” parate eksecutie yang dilimpahkan undang-undang kepada instansi PUPN.
81
Parate eksekusi adalah suatu keputusan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap atau daya laku eksekutorial tanpa
keterlibatan penetapanfiat pengadilan hakim dalam perkara perdata, dalam arti PUPN dapat melakukan eksekusi secara langsung,
82
bahkan pengadilan pun tidak dapat membatalkannya.
83
Sudikno Mertokusumo mengemukakan bahwa “untuk kepentingan penggugat agar terjamin haknya sekiranya
gugatannya dikabulkan nantinya, undang-undang menyediakan upaya untuk menjamin hak tersebut dengan “penyitaanarrestbeslag”.
84
Dengan demikian, salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melakukan tindakan penyitaan atas barang jaminan bila ketentuan di dalam
PB dan SP tidak dapat dipenuhi oleh nasabah debiturpenanggung hutang. PUPN dalam melakukan pengurusan piutang negara macet terhadap
nasabah debiturpenaggung hutang, dilakukan proses hukum sebagai berikut:
1 Setelah dirundingkan oleh Panitia dengan penanggung hutang dan diperoleh kata sepakat tentang jumlah hutangnya yang masih harus
dibayar, termasuk bunga uang, denda yang tidak bersifat pidana serta biaya-biaya yang bersangkutan dengan piutang ini, maka oleh Ketua
Panitia dan penanggung hutang dibuat suatu pernyataan bersama yang memuat jumlah tersebut dan memuat kewajiban penanggung
hutang untuk melunasinya.
80
Ibid, h. 69.
81
M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, PT. Gramedia, Jakarta, 1988, hal. 4.
82
Soetarwo Soemowidjojo, Eksekusi oleh PUPN. Proyek Pendidikan dan Latihan BPLK Departemen Keuangan RI, Jakarta , 1996, hal. 13.
83
M. Yahya Harahap, 1988, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, op.cit, hal. 340.
84
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1985, h. 161
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
71
2 Pernyataan bersama ini mempunyai kekuatan pelaksanaan seperti suatu putusan Hakim dalam perkara perdata yang berkekuatan pasti,
untuk mana pernyataan bersama itu berkepala “Atas Nama Keadilan”. 3 Pelaksanaan ini dilakukan oleh Ketua Panitia dengan mengeluarkan
suatu surat paksa yang dapat dijalankan secara pensitaan dan pelelangan barang-barang kekayaan penanggung hutang dan secara
penyanderaan terhadap penanggung hutang.
85
Kewenangan yang
dimiliki PUPN adalah berdiri sendiri untuk
melaksanakan executorial verkoop, seperti halnya kewenangan executorial verkoop yang dimiliki Pengadilan Negeri berdasarkan Pasal 197 HIR.
Kewenangan yang dimiliki PUPN tersebut bersifat parate eksekusi. Dengan demikian kekuatan hukum daripada PB dan SP adalah didasarkan kepada
irah-irah hukum yang berkepala “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Oleh karena itu, fungsi yustisial yang diberikan oleh undang-undang kepada PUPN merupakan lex spesialis untuk mengurus piutang negara
macet dan putusannya bersifat final parate eksekusi. Oleh karena itu putusan PUPN tidak dapat dibanding, kasasi dan bahkan peninjauan kembali
PK. Dengan perkataan lain lembaga lain tidak berwenang mengujimenilai putusan tersebut.
6. Asas-asas dalam pelaksanaan sistem pengurusan piutang negara