32
yang disebut dengan kontrak kebendaan zakelijkeovereenkomst. Perjanjian kebendaan inilah yang sering disebut dengan penyerahan levering
45
k. Asas perlindungan bagi golongan yang lemah Asas ini berlaku terhadap para pihak yang mengadakan suatu perjanjian
atau perbuatan hukum dimana pihak nasabah debitur dalam mengadakan perjanjian dengan krediturbank selalu berada pada posisi yang lemah.
46
l. Asas sistem terbuka Asas ini memberikan suatu landasan hukum bagi para pihak di dalam
melakukan suatu perjanjian harus dilakukan secara terbuka dan atau transparan bagi para pihak yang membuat perjanjian tersebut.
47
4. Jaminan hutang dalam pelaksanaan perjanjian kredit
“Jaminan” dalam kata peraturan perundang-undangan dapat dijumpai pada Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan penjelasan
Pasal 8 Undang-Undang Perbankan, namun dalam kedua peraturan tersebut tidak dijelaskan apa yang dimaksudkan dengan jaminan.
Meskipun demikian dari kedua ketentuan di atas dapat diketahui, bahwa jaminan erat hubungannya dengan masalah hutang.
48
Biasanya dalam perjanjian pinjam meminjam uang, pihak kreditur bank meminta kepada nasabah debitur agar menyediakan jaminan
berupa sejumlah harta kekayaan untuk kepentingan pelunasan hutang, apabila setelah jangka waktu yang diperjanjikan ternyata nasabah debitur
tidak melunasinya, maka barang jaminan yang dijaminkan pada kreditur dieksekusi lelang dan atau dijual di bawah tangan untuk pelunasan
hutang nasabah debitur, karena perjanjian hutang piutang bukan perjanjian jual beli yang mengakibatkan pemindahan hak milik atas suatu
barang sebagaimana peraturan yang berlaku. Hasilnya untuk melunasi hutang, dan apabila masih terdapat kelebihannya dapat dikembalikan
kepada nasabah debitur.
49
45
Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal. 29-31.
46
Mariam Darus, “Sistem Kodifikasi Pembaharuan Parsial KUH Perdata Indonesia”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume VII, Jakarta, 1999, hal. 17.
47
Ibid., hal. 17.
48
Eungenia Liliawati Muljono, Tinjuauan Yuridis Tentang Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Dalam Kaitannya Dengan Pemberian Kredit oleh Perbankan,
Harvarindo, Jakarta, 2003, hal. 17.
49
Eungenia Liliawati Muljono, Loc.Cit.
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
33
Berdasarkan Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Perbankan yang menyebutkan bahwa kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko,
sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut jaminan pemberian
kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan,
merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit bank harus
melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah debitur. Mengingat bahwa agunan
menjadi salah satu unsur barang jaminan dalam pemberian kredit, maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas
kemampuan nasabah debitur mengembalikan hutangnya, agunan hanya dapat berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang
bersangkutan. Barang jaminan tidak selalu milik nasabah debitur, akan tetapi
peraturan perundang-undangan juga memperbolehkan barang milik pihak ketiga, asalkan pihak yang bersangkutan merelakan barangnya untuk
dipergunakan sebagai jaminan hutang nasabah debitur.
50
Pada dasarnya jenis-jenis jaminan kredit, terdiri dari jaminan perorangan, dan jaminan kebendaan.
a. Jaminan perorangan Jaminan
perorangan personal guarante adalah jaminan berupa
pernyataan kesanggupan yang diberikan oleh seseorang pihak ketiga, guna
50
S. Mantayborbir, Aneka Hukum Perjanjian Sekitar Pengurusan Piutang Negara, Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2004, hal. 113
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
34
menjamin pemenuhan kewajiban nasabah debitur kepada pihak kreditur bank, apabila nasabah debitur yang bersangkutan cidera janji wanprestasi.
Bahkan saat ini bukan saja jaminan perorangan, tetapi krediturbank sudah sering menerima jaminan serupa yang diberikan oleh perusahaan
yang dikenal dengan istilah “corporate guarantee. Jaminan semacam ini pada dasarnya penanggungan hutang yang diatur dalam KUH Perdata pada
Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 termasuk Pasal 1316 KUH Perdata. Pasal 1820 KUH Perdata memberikan pengertian penanggungan
hutang sebagai suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya
berhutang, apabila orang ini sendiri tidak memenuhi kewajibannya. Dari pengertian tersebut dapatlah ditemukan unsur-unsur dalam suatu
penanggungan hutang, yaitu: 1
adanya hubungan hutang piutang antara berhutang dengan berpiutang
2 disepakatinya
persetujuan penanggungan hutang dengan masuknya
pihak ketiga penanggung dalam hubungan hukum tersebut di atas 3 masuknya pihak ketiga yang dinyatakan dalam suatu persetujuan
yang berisi kesanggupan penanggung untuk memenuhi perikatan nasabah debitur jika melakukan wanprestasi,
51
Pasal 1821 ayat 1 KUH Perdata, yang menegaskan bahwa tiada penanggungan jika tidak ada perikatan pokok yang sah. Dan hal ini sekaligus
berarti, kualitas dari perjanjian hutang piutang haruslah benar-benar sempurna tanpa cacat hukum, karena cacatnya perjanjian hutang piutang
akan berpengaruh terhadap cacatnya pula penanggulangan hutang sebagai perjanjian acessoir.
51
Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia panduan dasar: Legal Officer, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hal. 163-164.
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
35
Apabila penanggungan
hutang tersebut adalah Personal Guarantee, atau dengan kata lain penanggungan hutang guarantor adalah perorangan,
maka diperlukan persetujuan isteri atau persetujuan suami dalam melakukan perjanjian penanggungan hutang tersebut. Filosofinya terletak
pada Pasal 1826 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa perikatan- perikatan para penanggung berpindah kepada ahli warisnya. Artinya apabila
penjamin guarantor meninggal dunia, maka segala bentuk jaminan yang telah dijaminkan oleh penjamin guarantor untuk pelunasan hutang beralih
hak pelunasannya kepada ahli waris. Apabila penanggungan hutang tersebut adalah corporate guarantee, atau dengan kata lain penanggung hutang
guarantor adalah perusahaan biasanya Perseroan Terbatas, maka yang pertama-tama harus diperhatikan adalah anggaran dasarakta pendirian
perseroan, tentang siapa-siapa yang harus bertindak mewakili perseroan tersebut.
Dalam perjanjian
penanggungan hutang, hendaknya dimasukkan ketentuan pasal yang menyebutkan bahwa penanggung hutang guarantor
melepaskan hak-hak istimewanya yang diatur dalam KUH Perdata, antara lain: melepaskan segala hak yang lazim diberikan kepada penjamin hutang
terutama sekali untuk meminta penagihan terlebih dahulu agar harta nasabah debitur yang harus terlebih dahulu disita untuk memenuhi
pelaksanaan perjanjian Pasal 1831 KUH Perdata, hak untuk menyuruh memecah hutangmembagi hutang terdapat pada penjamin guarantor yang
penjaminnya lebih dari satu orang terhadap seorang debitur Pasal 1837 KUH Perdata, dan hak-hak lainnya seperti hak eksepsi yaitu penjamin
berhak memajukan eksepsi tangkisan terhadap kreditur Pasal 1847 KUH
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
36
Perdata, hak penjamin untuk mempergunakan pembuktian untuk membela diri terhadap kreditur. Dengan demikian krediturbank dapat juga menagih
penanggung tanpa adanya kewajiban menagih terlebih dahulu yang berhutang nasabahdebitur. Mengenai hal ini, dapat dilihat pada Pasal 1831
KUH Perdata yang menyebutkan bahwa si penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selain jika si berhutang lalai, sedangkan
benda-benda si berhutang ini harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutangnya. Sedangkan pada Pasal 1832 KUH Perdata antara lain
menyebutkan pengecualiannya bahwa si penanggung tidak dapat menuntut supaya benda-benda si berhutang lebih dahulu disita dan dijual untuk
melunasi hutangnya, apabila ia telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda si berhutang lebih dahulu disita dan dijual.
52
Apabila diadakan tambahan jumlah kredit dan atau perpanjangan masa perjanjian kredithutang piutang, yang dijamin oleh penanggungan
hutang, maka haruslah dengan sepengatahuan dan persetujuan penanggung hutang guarantor yang bersangkutan. Dengan demikian bahwa setiap
hutang harus dijamin oleh guarantor, dan harus diketahui olehnya, sehingga tidak akan ada sangkalan mengenai adanya perubahan atas kredit tersebut,
karena guarantor ikut mengetahui dan menyetujuinya, sehingga setiap perubahan atas perikatan pokoknya, maka secara yuridis formal perjanjian
yang mengikutinya harus pula diubah sesuai dengan perikatan pokoknya. Tidaklah diperbolehkan untuk memperluas penanggungan hutang hingga
melebihi ketentuan yang menjadi syarat sewaktu mengadakannya Pasal 1824 KUH Perdata.
52
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal. 14.
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
37
b. Jaminan kebendaan Jaminan kebendaan adalah jaminan berupa harta kekayaan, baik
benda maupun hak kebendaan, yang diberikan dengan cara pemisahan, bagian dari harta kekayaan baik dari nasabah debitur maupun dari pihak
ketiga, guna menjamin pemenuhan kewajiban nasabah debitur kepada pihak krediturbank, apabila nasabah debitur yang bersangkutan cidera janji
wanprestasi. Menurut sifatnya, jaminan kebendaan ini terbagi 2 dua, yaitu
1 jaminan dengan benda berwujud material, dan 2 jaminan dengan benda tak berwujud immaterial. Benda berwujud, dapat berupa benda
barang bergerak dan atau barang tidak bergerak. Sedangkan benda tak berwujud yang lazim diterima oleh krediturbank sebagai jaminan kredit
adalah berupa hak tagih. Untuk memenuhi kekuatan hukum mengikat, maka dalam membuat
perjanjian penyerahan harta kekayaan pihak ketiga tersebut maka kedua belah pihak harus secara bersama-sama datang menghadap notaris.
Notaris sebagai pejabat pembuat Akta, dan dalam membuat akta tersebut mencakup: pihak ketiga yang memiliki harta kekayaannya dapat
menyerahkan kepada calon nasabah debitur di hadapan pejabat notaris. Akta yang dibuat di hadapan Notaris adalah akta kuasa menjual dan akta
untuk dijaminkan. Pihak ketiga dengan telah menandatangani kuasa untuk menjual dan
akta kuasa untuk dijaminkan harta kekayaan pihak ketiga tersebut, maka disebut sebagai penjamin hutang borgtocht.
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
38
Secara juridis formil penjamin hutangborgtocht turut mengikatkan diri dan bertanggung jawab atas pemberian dan perolehan kredit tersebut. Di
satu ketika apabila terjadi wanprestasi terhadap perjanjian kredit bank antara krediturbank dengan nasabah debitur yang mengakibatkan kredit
tersebut dinyatakan macet, maka penjamin hutangborgtocht secara bersama-sama dengan nasabah debitur bertanggung jawab terhadap
pengembalian kredit dimaksud.
53
5. Wanprestasi ingkar janji