57
Dengan demikian tugas dan wewenang untuk menarik semua piutang negara oleh pemerintah telah diserahkan kepada satu institusi yaitu PUPN
dan DJPLNKP2LN.
2. Sejarah PUPN dan DJPLNKP2LN
Setelah pasca kemerdekaan Indonesia banyak terjadi pem- berontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh golongan-golongan tertentu
ataupun oleh suatu daerah seperti pemberontakan PRRI. Permesta, DI, TII dan lain-lain, sehingga kesempatan itu dimanfaatkan oleh sektor-sektor
swasta yang berhutang kepada negara atau badan-badan usaha milik negara, badan-badan usaha milik daerah, baik langsung maupun tidak
langsung yang dikuasai oleh negara, tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar hutangnya dengan berbagai kesulitan dan sukar sekali
ditagih, sementara penagihan piutang negara dengan menggunakan prosedur biasanya yang tersedia dalam HIR, RBg, tidak mencapai sasaran.
63
Sistem pengurusan
piutang negara ini pada satu pihak dilaksanakan secara efisien dan efektif dan di pihak lain nasabah debiturpenanggung
hutang tidak mempertanggungjawabkan kewajibannya secara hukum maka Penguasa Perang Pusat, Kepala Staf Angkatan Darat membentuk panitia
yang diberi nama “Panitia Penyelesaian Piutang Negara”.
63
S. Mantayborbir, Iman Jauhari, dan Hari Widodo Agus, Hukum Piutang dan Lelang Negara di Indonesia, Pustaka Bangsa, Jakarta: 2002, hlm. 28. Dalam keadaan mendesak maka Penguasa
Perang, Kepala Staf Angkatan Darat, dengan terpaksa harus menempuh jalan terobosan baru untuk memotong jalur panjang sebagaimana biasanya melalui lembaga peradilan yang pemeriksaannya
melalui tiga tahap yaitu: di tingkat pertama pada Pengadilan Negeri, di tingkat Banding pada Pengadilan Tinggi, di tingkat Kasasi pada Mahkamah Agung, bahkan tingkat peninjauan kembali pada
Mahkamah Agung, sehingga memakan waktu bertahun-tahun lamanya dalam penyelesaiannya.
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
58
Panitia Penyelesaian
Piutang Negara ini oleh penguasa perang pusat.
64
setelah mendengarkan musyawarah kabinet kerja tanggal 29 Nopember 1960 dan tanggal 8 Desember 1960, pemerintah memutuskan
dan menetapkan Perpu tentang Panitia Urusan Piutang Negara PUPN. Lembaga PUPN ini sudah sejak lama ada 42 tahun yang lalu sejak
tanggal pembentukan PUPN dengan Keputusan Menteri Pertama
65
Nomor 454MP1961 tanggal 26 Desember 1961 yang tindak lanjutinya dibentuknya
PUPN Pusat, dan bersamaan dengan itu dibentuk juga Badan Pelaksana Administrasi BPA sebagai satuan kerja yang melaksanakan tugas
manajemen sehari-hari dari PUPN. Kepala BPA dipimpin oleh salah seorang anggota PUPN. Sesuai dengan jiwa Undang-undang Nomor 49 Prp Tahun
1960 dan dengan Keputusan Menteri Pertama tersebut, maka lembaga panitia pengurusan piutang negara ini, melaksanakan tugas operasional langsung.
Selama kurun
waktu 45 tahun itu, dilakukan periodisasi terhadap
kegiatan pelaksanaan program. Pelaksanaan kegiatanprogram yang dirumuskan ke dalam skala prioritas, dengan mempertimbangkan keterbatasan
dana, sarana dan prasarana. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan kegiatan program tersebut, didasarkan kepada empat periodisasi yakni:
64
Keputusan Nomor KptsPepera02411958 berikut peraturan pelaksanaannya antara lain Instruksi Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Darat Nomor InstrPeperpu0321958.
Berdasarkan Pasal 61 Perpu Nomor 23 Tahun 1959, panitia ini dibatasi masa bekerja sampai tanggal 16 Desember 1960. Menjelang berakhirnya masa tugas panitia ini, pemerintah memandang masih
perlu mempertahankan keberadaan lembaga ini, karena sangat efektif dan canggih untuk digunakan dalam penagihan piutang negara macet sehingga piutang negara macet dapat dikembalikan dalam
waktu sesingkat-singkatnya terutama karena panitia ini sangat efektif bila berhadapan dengan debiturpenanggung hutang nakal yang tindakannya dengan terang-terang merugikan negara.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1960, Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 yang mengatur tentang lahirnya
PUPN.
65
Istilah Menteri Pertama dijumpai dalam Penjelasan Pasal 2 Undang-undang Nomor 49 Prp Tahun 1960.
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
59
1 Periode 1961 - 1975 diperankan oleh PUPN dan BPA Periode 1961-1975 diperankan oleh PUPN dan BPA, setelah dibentuknya
PUPN maka dengan keputusan Menteri Pertama Nomor 454MP1961 tanggal 26 Desember 1961 dibentuklah PUPN Pusat dan bersamaan
dengan itu dibentuklah juga Badan Pelaksana Administrasi BPA sebagai satuan kerja yang menjalankan manajemen sehari-hari dari
PUPN. Kepala BPA dipimpin oleh salah seorang anggota PUPN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 dan dengan
Keputusan Menteri pertama tersebut, maka lembaga panitia ini melaksanakan tugas operasional langsung
2 Periode 1976 – 1990 diperankan oleh PUPN dan BUPN Periode 1976 – 1990 diperankan oleh PUPN dan BUPN, untuk lebih
meningkatkan pelaksanaan pengurusan, bentuk, susunan organisasi dan tata kerja Panitia Urusan Piutang Negara PUPN diperkokoh dan
ditambah dengan pembentukan Badan Urusan Piutang Negara BUPN, berdasarkan Keppres No.11 Tahun 1976, menurut Pasal 10 Keppres
No. 11 Tahun 1976 Susunan Organisasi BUPN tersebut, yaitu: 1 Badan UPN terdiri dari: a Kepala, yang dirangkap oleh ketua Panitia UPN,
b Sekretariat, c Direktorat Penetapan dan penagihan piutang negara, d Direktorat Perbendaharaan Piutang Negara, e Direktorat eksekusi
dan laporan, f Instansi Vertikal di Wilayah Daerah Tingkat I,
2 Sekretariat terdiri dari sebanyak-banyaknya empat Bagian dan setiap bagian terdiri dari sebanyak-banyaknya tiga sub bagian, 3 Direktorat
terdiri dari sebanyak-banyaknya tiga sub direktorat dan setiap sub
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
60
direktorat terdiri dari sebanyak-banyaknya tiga seksi. BUPN adalah badan yang menyelenggarakan pelaksanaan sistem pengurusan piutang negara
yang berada langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. BUPN ini dipimpin oleh seorang Kepala yang mempunyai
kedudukan setingkat dengan Direktur Jenderal 3 Periode 1991 - 2000 diperankan oleh PUPN dan BUPLN
Periode 1991 – 2000 diperankan oleh PUPN dan Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara BUPLN dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 21 Tahun 1991 yang bertugas melaksanakan atau menyelenggarakan sistem pengurusan piutang negara dan pelayanan
lelang berdasarkan pelaksanaan tugas PUPN maupun kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Badan ini berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan. Sebenarnya PUPN dan
BUPLN mempunyai hubungan yang sangat erat. Di mana PUPN adalah lembaga yang melakukan sistem pengurusan piutang negara secara
khusus dan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan manajemen pengurusan piutang negara dan pelayanan peran lelang dan untuk lebih
meningkatkan penerimaan keuangan negara, maka dibentuklah suatu badan dengan nama BUPLN. BUPLN ini di samping sebagai unit, yang
melaksanakan dan menampung tindakan hukum PUPN, juga bertindak sebagai unit, yang menjalankan fungsi Menteri Keuangan dalam
melaksanakan pengamanan terhadap keuangan negara piutang negara macet. BUPLN sebagai status unitnya mempunyai struktur organisasi
tingkatan-tingkatan yaitu: a Unit Lelang tingkat pusat dengan status
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
61
eselon II, b Unit lelang pada tingkat kantor wilayah dengan status eselon III dan, c Unit kantor operasional yang dibentuk di kota-kota propinsi
dengan status kantor type A eselon III B dan unit kantor type B eselon IV.
4 Periode 2000 - 2006 diperankan oleh PUPN dan DJPLN sampai saat ini. Periode 2000 - 2006 diperankan oleh PUPN dan DJPLN. Untuk lebih
meningkatkan pelayanan piutang dan lelang negara maka dibentuklah suatu badan dengan nama Direktorat Jenderal Piutang dan lelang Negara
DJPLN. DJPLN di samping sebagai unit yang melaksanakan dan menampung tindakan hukum PUPN, juga bertindak sebagai unit dalam
melaksanakan pengamanan terhadap keuangan negara. DJPLN dibentuk dengan Keppres No. 177 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan
Tugas Departemen jo Keppres No. 84 Tahun 2001 tentang Kedudukan Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di
Lingkungan Departemen Keuangan. Selanjutnya dibentuklah unit-unit pelaksana di daerah, yaitu Kanwil BUPLN dan sekarang menjadi Kanwil
DJPLN. Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara KP3N dan Kantor Lelang Negara KLN sekarang digabung menjadi satu kantor
yang disebut Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara KP2LN. DJPLN berada di dalam Departemen Keuangan di mana Instansi Vertikal
DJPLN terdiri dari: a Kantor wilayah Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara, b Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara.
Lembaga PUPN ini, dalam pelaksanaan tugas operasionalnya, dilakukan langsung oleh BPA yang dipimpin oleh salah seorang anggota
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
62
panitia. Di tingkat pusat kompetensiperanannya selain mencakup seluruh Indonesia, sekaligus dalam melakukan tugas operasional sehari-hari di
wilayah DKI Jakarta dan daerah lain yang belum ada PUPN Cabang. Selama periode ini terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara 1961 - 1969
dengan 1970 - 1976. Pada tahun 1961 - 1969 konsentrasi kegiatan tertuju kepada pengaturan tata cara penyerahan, penyusunan produk hukum,
pembebanan dan perhitungan biaya administrasi Biad. Susunan organisasi dan hubungan hukum PUPN Pusat dengan PUPN
Cabang dan Tim Pengawas Daerah TPD merupakan hubungan yang bersifat fungsional dan pembinaan. Pembinaan dan pengendalian belum
dilaksanakan secara sempurna karena ketiadaan dana, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia. Kedudukan PUPN Pusat, PUPN
Cabang dan TPD memiliki kewenangan secara sendiri-sendiri, terutama dalam pengelolaan dana, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.
Setelah PUPN Pusat memiliki kantor sendiri
66
baru pembinaan dan pengendalian mulai lancar.
Selanjutnya ditetapkan bahwa tanggal lahir PUPN adalah pada tanggal 9 September. Tanggal itu dipilih berdasarkan pertimbangan dan
ditetapkannya Keputusan Penguasa Perang Pusat cq. KSAD Nomor: KptsPM0351957 tanggal 9 September 1957 tentang Panitia Penyelesaian
Tunggakan Hutang. Panitia ini dinilai sebagai cikal bakal embrio dari Panitia Urusan Piutang Negara PUPN. Dengan keberadaan Kantor Pusat PUPN
tersebut, maka pada gilirannya dilahirkan serangkaian peraturan
66
Pada saat kantor tersebut, diresmikan oleh Menteri Keuangan pada saat itu dijabat oleh Ali Wardana, tanggal 9 September 1957 berkedudukan di Jalan Cisadane Nomor 6 Jakarta.
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
63
pelaksanaan undang-undang tentang PUPN, sebagai dasar pijak dan akuntabilitas baik dari aspek yuridis, ekonomis maupun realitas.
Salah satu peraturan yang penting dan mendasar adalah Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep-271KMK141971 tanggal 26 April 1971, yang
memuat antara lain persyaratan penyerahan, serah terima penyerahan, nilai nominal dan nilai riil atas penyerahan piutang negara, perhitungan dan
penetapan jumlah piutang negara, serta hal-hal lain yang relevan. Karena Keputusan Menteri Keuangan tersebut mempunyai nuansa menata,
menertibkan, mengendalikan, mengarahkan, pengelolaan keuangan negara yang sehat, maka sering terjadi perbenturan persepsi dan kepentingan.
67
Proses konflik itu berkurang dengan ditetapkannya Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976 Tentang PUPN dan BUPN. Berdasarkan Keputusan
Presiden itu, perubahan yang bersifat fundamental tentang kedua lembaga tersebut, masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. PUPN berfungsi
hanya menetapkan kebijaksanaan umum dalam sistem pengurusan piutang negara sedangkan BUPN berfungsi sebagai pelaksana atas produk hukum
yang dikeluarkan oleh PUPN. Dengan perkataan lain penyelenggaraan fungsi PUPN adalah BUPN.
Kemudian ditindaklanjuti dengan beberapa kegiatan yaitu penyesuaian sistem dan prosedur pelayanan, tugas pemerintahan yang
dilaksanakan mengalami hambatan karena keterbatasan dana dan minimnya SDM, sarana dan prasarana. Pembebanan biaya administrasi sistem 10
dari penyerahan piutang negara yang dibebankan dar ditagih dari nasabah debiturpenanggung hutang, kemudian disetorkan pada negara cg. Kantor
67
Soetarwo Soemowidjojo, Mendayagunakan PUPNDJPLN Guna Menyongsong Era Tugas di Masa Mendatang, op.cit, hlm. 3-4.
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
64
Perbendaraan dan Kas Negara sebagai penerimaan APBN, kemudian PUPN dan BUPN dapat memperoleh dana dari APBN.
Setelah Ketua PUPN PusatKepala BUPN diangkat, maka serangkaian program pembangunan dirumuskan dengan menetapkan
bidang-bidang sebagai berikut: 1 Menerima pelimpahan satuan unit organisasi subdirektorat lelang beserta
satuan organisasi vertikalnya termasuk sarana, prasarana dan SDMnya masuk dalam jajaran BUPN;
2 Dengan Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991, maka pengem- bangan organisasi BUPN dan subdirektorat lelang dialihkan dari institusi
pajak kepada institusi BUPLN. 3 Ketentuan Juklak dan Juknis ditetapkan, dan yang sangat penting adalah
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 293KMK.091993. Dalam Keputusan Menteri Keuangan ini ketentuan pengurusan piutang negara yang ada
dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep-271KMK7141971 dimasukkan ke dalamnya. Program pengembangan SDM dilaksanakan
secara terarah seperti program DPI, DPT, Diklat Program Diploma I dan III PPLN dilakukan dengan bekerjasama BPPK, termasuk pengiriman
pegawai untuk tugas belajar ke luar negeri dan rekruitmen S1, S2 langsung menjadi pegawai negeri sipil Departemen Keuangan secara
bertahap. 4 Program konsultasi dan koordinasi dilaksanakan secara konsisten
dengan Mahkamah Agung beserta jajaran peradilan di bawahnya, BPN dan para penyerah piutangkreditur, termasuk instansi terkait lainnya.
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
65
5 Serangkaian seminar dalam rangka sosialisasi perangkat hukum PUPN dan BUPLN yang dilakukan secara bertahap dan ber-kesinambungan.
6 Pengembangan institusi PUPN dan BUPLN agar berjalan di atas jalur dan bidang tugasnya.
7 Sesuatu yang tidak dapat dihindari adalah semangat pengembangan dan pengabdian PUPN dan BUPLN terhempas berkenaan dengan adanya
krisis perekonomian dalam dunia perbankan di tahun 1998. Selanjutnya memuncak dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 1999 tentang BPPN. Pada Periode 1999 - 2002 adanya mutasi pimpinan. Bapak Adolf
Warouw diganti oleh Bapak Karsono Suryowibowo. Ada perobahan yang cukup fundamental mengenai organisasi PUPN dan BUPLN diganti menjadi
PUPN dan DJPLN melalui Kepres Nomor 84 Tahun 2001. Reogranisasi ini dapat ditindaklanjuti dengan sistem administrasinya. Sudah barang tentu
dapat diperhitungkan perobahan yang cukup fundamental dan mendasar ini karena tidak hanya berdampak pada kontra produktif menurut istilah
manajemen, tetapi justru memberikan dampak positif ke arah perkembangan PUPN dan DJPLN.
68
3. Dasar hukum