42
menambah modal kepada nasabah debitur dengan pertimbangan nasabah debitur memang membutuhkan tambahan dana dalam
mengembangkan pelaksanaan kegiatan usahanya.
55
6. Kredit bermasalah
Secara umum ada tiga faktor yang menyebabkan kredit bermasalah yaitu:
a. Kondisi ekonomi makro b Kondisi dan alokasi sumber dana
c. Kondisi internal perbankan Yang termasuk dalam kondisi ekonomi makro adalah pertumbuhan
ekonomi, kestabilan harga dan stabilitas ekonomi makro serta tingkat distorsi dalam bidang perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
mencerminkan pula tingginya tingkat pengembalian terhadap investasi rate of return of investment. Dilihat secara umum, maka sejak dilakukannya
deregulasi, tingkat pengembalian investasi di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 25-29. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga yang berlaku
sekarang, maka investasi di Indonesia sangat menguntungkan sehingga tidak ada alasan bagi perusahaan mengalami kesulitan dalam membayar
kembali hutangnya. Begitu pula dengan tingkat inflasi, walaupun dalam beberapa tahun
terakhir terjadi sedikit lonjakan, praktis tingkat inflasi di Indonesia masih dapat terkendali, sehingga dapat menjaga kestabilan daya beli masyarakat.
Kestabilan daya beli ini tercermin dari relatif tinggi dan stabilnya tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat, sekitar 4-6 per tahun.
55
Kasmir, op. cit., hal. 129
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
43
Yang menjadi masalah dalam kondisi ekonomi makro ini adalah fluktuasi yang tajam dari suku bunga yang dikaitkan dengan ketersediaan
sumber dana. Sejak Tahun 1986, tampaknya telah terjadi penurunan kredibilitas kebijakan pemerintah yang tercermin dari dua hal. yaitu besarnya
selisih tingkat bunga di dalam dan luar negeri dan makin pendeknya jangka waktu jatuh tempo terhadap penurunan dana deposito. Artinya masyarakat
kurang percaya terhadap sustainability dari kebijakan ekonomi makro oleh pemerintah dalam jangka panjang. Penurunan ini dapat dimengerti
mengingat tampaknya pemerintah dalam menjalankan kebijakan moneternya selalu melakukan dari sisi ekstrim satu ke ektrim lainnya.
56
Pada Tahun 1988, pemerintah melakukan deregulasi dalam sektor keuangan sehingga menyebabkan sektor keuangan di Indonesia sangat
liberal bahkan apabila dibandingkan dengan negara-negara industri sekalipun. Tetapi pada saat pemerintah menyadari bahwa ekspansi kreditnya
telah berlebihan, sehingga pemerintah melakukan kebijakan uang ketat dengan menutup kran kredit secara ketat tanpa memberikan kesempatan
bagi dunia usaha untuk melakukan langkah penyesuaian. Ibarat mobil yang telah lari dengan kecepatan 150 KMJam direm tiba-tiba sehingga dapat
menyebabkan mobil terbalik jika tidak dikendalikan dengan baik.
57
Dikaitkan dengan kesediaan dana investasi yang dalam jangka pendek, maka perubahan tingkat bunga yang tiba-tiba akan menyebabkan
perusahaan mengalami kesulitan. Saat proyek tersebut dianalisa dengan tingkat bunga yang rendah, maka akan banyak proyek yang layak untuk
dibiayai. Tetapi karena jangka waktu kredit yang tersedia maksimum hanya
56
S. Mantayborbir dan Iman Jauhari, 2004, op. cit., hal. 44.
57
Ibid., hal. 45
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
44
dua tahun, maka perusahaan terpaksa melakukan roll-over kredit dengan tingkat bunga baru yang sudah tinggi. Akibatnya proyek yang marjinal tingkat
kelayakannya akan dinyatakan gugur dengan sendirinya. Keadaan ini diperburuk lagi dengan kenyataan bahwa terjadi
overpricing dan investasi karena: 1 biaya tinggi atau 2 fungibility penyalahgunaan kredit, penyalah gunaan kredit yang menjurus pada
overpricing, disebabkan karena munculnya biaya birokrasi untuk mendapatkan kredit khususnya pada bank-bank pemerintah. Sehingga akan
menguntungkan jika meminta kredit dalam jumlah besar, berarti biaya “tidak resmi” pun cukup memadai. Sementara itu, di pihak birokrasi dalam
memberikan perizinan sering membuat biaya investasi menjadi lebih mahal. Seringkali perusahaan terpaksa membangun pabrik di atas kapasitas yang
tidak ideal karena jika tidak maka akan keluar biaya tambahan untuk
mendapatkan.
Terakhir masih banyak distorsi dalam perekonomian yang menyebabkan peluang dan ruang gerak usaha di Indonesia cenderung
terbatas, karena bidang usaha yang menguntungkan telah tertutup dan dikuasai oleh kelompok tertentu.
Dana yang diperoleh jangka waktunya semakin pendek yang disertai dengan investasi yang jangka waktu makin panjang, sehingga menyulitkan
perusahaan dalam melakukan analisis kelayakan terhadap proyek dengan baik kecuali jika terjadi kestabilan tingkat bunga dalam jangka panjang.
Mismacht ini akan terasa lebih parah jika dikaitkan dengan kenyataan bahwa perkembangan alokasi kredit sektoral, terlihat bahwa alokasi kredit tidak
sejalan dengan perubahan struktural. Yang lebih mengkhawatirkan lagi
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
45
adalah membengkaknya perhitungan bunga dalam pemberian kredit ke arah sektor yang dikualifikasikan sebagai sektor “lain-lain”. Dalam sektor ini
termasuk pinjaman untuk real estate, pinjaman untuk kredit mobil yang semuanya tergolong kredit konsumtif dan spekulatif. Pengalaman dinegara-
negara lain menunjukkan bahwa pemberian kredit pada real estate telah mendorong terjadinya krisis keuangan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan alokasi kredit pada sektor ini sebagai berikut:
58
Pertama, sebagian dari kenaikan yang terjadi selama dalam Tahun 1990 merupakan bagian dari kebijakan pemerintah yang mensyaratkan
ketentuan 20 dari kredit harus disalurkan pada golongan ekonomi lemah. Kredit konsumtif ini harus memenuhi syarat yang ditentukan dalam
ketentuan.
Kedua, sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa dalam tahun 1988 telah mendorong peningkatan yang luar biasa dalam mobilisasi dana.
Akibatnya perbankan mengalami kelebihan dana dan sukar menyalurkan pada proyek-proyek yang produktif. Kredit konsumtif ini merupakan pos
yang mudah dan cepat dalam penyaluran dana.
Ketiga, kenaikan harga tanah di beberapa kota besar umpamanya di jakarta selama masa periode 1989-1990, sehingga telah mendorong
krediturbank dalam menyalurkan dananya untuk mendorong pembelian tanah, baik langsung maupun melalui perusahaan groupnya. Misalnya
alokasi kredit menimbulkan peningkatan risiko dalam sektor finansial yang merupakan faktor yang mendorong munculnya krisis dalam sektor
finansial yang pada gilirannya dapat mengeliminir keuntungan yang dihasilkan dari reformasi dalam sektor keuangan.
Dari sisi internal perbankan terdapat beberapa perkembangan menarik yang terjadi sejak tahun 1991, yaitu menurunnya tingkat keuntungan
walaupun biaya non operasi perbankan telah mengalami penurunan. Penurunan ini tidak hanya terjadi pada Bank Pemerintah, tetapi juga terjadi
pada bank swasta. Hanya bank asing dan bank campuran yang dapat mempertahankan marjin keuntungannya.
58
Ibid., hal. 46-47
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
46
Penurunan performance krediturbank ini mencerminkan adanya peningkatan interest risk sebagai akibat dari mismacht porfolio sumber
dana dan alokasi dana dari krediturbank tersebut. Pola pemberian pinjaman kepada perusahaan yang tidak qualified telah mengakibatkan
kenaikan non performance asset non performing asset meliputi tiga kategori: tunggakan bunga dan pembayaran cicilan lebih dari 6 enam
bulan, terjadinya tunggakan bunga hingga 27 dua puluh tujuh bulan. Kenaikan non performance asset ini memberikan pengaruh terhadap
biaya provisi sebagai bagian dari marjin perbankan. Kecenderungan yang terakhir ini dapat mendorong terjadinya krisis dalam sektor keuangan.
Gejala ini terlihat dan meledak sejak kasus Bank Summa serta tingginya kredit macet di berbagai bank di Indonesia.
59
Hubungan krediturbank pemerintah dengan nasabah debitur senantiasa didasari keinginan untuk jangka panjang. Keinginan ini bukan
saja terhadap nasabah debitur penyimpan dana, tetapi juga dengan nasabah debitur pemohon kredit. Oleh karena itu bank pemerintah dalam
berhubungan dengan nasabah debitur selalu berkeinginan bahwa nasabah debitur akan dapat membayar kembali kreditnya, baik terhadap hutang pokok
maupun perhitungan bunganya. Dengan demikian bank tidak pernah menginginkan bahwa kredit yang diberikan kepada nasabah debitur pada
akhirnya akan menjadi macet. Namun tidak mustahil bahwa setelah kredit diberikan oleh kreditur bank kepada nasabah debitur bisa mengalami ketidak
lancaran. Setelah kredit diberikan kepada nasabah debitur, maka bank
seharusnya dapat memantau penggunaan atas fasilitas kredit tersebut demi kelancaran terhadap pelak-sanaan kegiatan usahanya.
Pemantauan terhadap penggunaan kredit oleh krediturbank adalah untuk memastikan bahwa:
59
Sjahrir, Persoalan Ekonomi Indonesia, Moneter, Perkreditan dan Neraca Pembayaran,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995, hal. 186-89
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
47
a. Kredit digunakan oleh nasabah debitur sesuai dengan tujuan penggunaan kredit sebagaimana diperjanjikan di dalam perjanjian kredit.
b. Kredit dapat ditarik secara bertahap sesuai jadwal sebagaimana di dalam perjanjian kredit.
c. Kredit ditarik sesuai dengan batas izin tarik yang ditentukan di dalam perjanjian kredit.
Sedangkan pemantauan krediturbank atas kelan-caran nasabah debitur dalam membayar kredit adalah untuk memastikan bahwa angsuran
pokok dan perhitungan bunga bank dapat dibayar oleh nasabah debitur sesuai dengan jangka waktu sebagaimana ditentukan di dalam perjanjian
kredit. Penggunaan kredit yang menyimpang dari tujuan yang telah
diperjanjikan, akan dapat mengakibatkan kredit menjadi macet. Kredit untuk modal kerja apabila dipakai oleh nasabah debitur untuk investasi adalah
contoh dari penyimpangan dalam penggunaan kredit. Terlambatnya pembayaran terhadap angsuran pokok maupun perhitungan bunga
merupakan indikator bahwa kredit menjurus kepada kredit macet. Sebelum kredit menjadi macet sama sekali, maka dapat ditetapkan kriteria untuk
menentukan suatu kredit itu macet. Untuk dapat mengetahui lancar atau tidak macet suatu kredit, dapat
digunakan ukuran tingkat kolektibilitasnya. Yang dimaksud dengan kolektibilitas adalah kelancaran dalam melakukan pembayaran angsuran
atas hutang pokok dan perhitungan bunganya. Kolektibilitas ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
60
60
S. Mantayborbir dan Iman Jauhari, 2004, op. cit. hal. 48-49
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
48
a. Ketetapan waktu dalam melakukan pembayaran angsuran terhadap hutang pokok dan bunganya;
b. Sudah atau belum lewatberakhirnya jangka waktunya; c. Hasil penilaian terhadap kemampuan dan kemauan nasabah debitur
dalam melakukan pembayaran angsuran dan pelunasan atas hutang pokok dan bunganya
Hukum yang mengatur tentang piutang negara yang macet, khususnya kredit macet dapat dilihat dalam Keputusan Direksi Bank
Indonesia Nomor 31147KEPDIR tanggal 12 Nopember 1998 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 46PBI2002 tanggal
6 September 2002 jo Peraturan Bank Indonesia Nomor 72PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Kualitas Aktiva Produktif, yang membagi kredit bank
ke dalam 5 kategori, yaitu: 1. Kredit lancar pass
2. Kredit dalam perhatian khusus special mention 3. Kredit kurang lancar substandard
4. Kredit diragukan doubtful 5. Kredit macet loss
Masing-masing golongan kriterianya adalah sebagai berikut: 1. Kredit lancar pass, yaitu:
a. Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit.
b. Hubungan nasabah debitur dengan krediturbank baik dan nasabah debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan
akurat. c. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuatsempurna.
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
49
2. Kredit dalam perhatian khusus special mention, yaitu: a.
Terdapat tunggakan
pembayaran pokok danatau bunga sampai 90
hari b. Jarang mengalami cerukan danatau over draft
c. Hubungan nasabah debitur dengan krediturbank baik dan nasabah debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan
masih akurat. d. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan jaminan hutang
kuatsempurna. e. Pelanggaran terhadap perjanjian kredit yang tidak prinsipil.
3. Kredit kurang lancar substandard, yaitu: a.
Terdapat tunggakan
pembayaran pokok danatau bunga yang telah
melampaui 90 hari sampai dengan 120 hari. b. Terdapat cerukan danatau over darft yang berulang kali khususnya
untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas. c.
Hubungan nasabah
debitur dengan krediturbank memburuk dan informasi keuangan tidak dapat dipercaya.
d. Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan jaminan hutang yang lemah
e. Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit. f. Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan.
4. Kredit diragukan doubtful, yaitu: a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga yang telah
melampaui 120 hari sampai dengan 180 hari.
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
50
b. Terjadi cerukan danatau over draft yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus
kas. c. Hubungan nasabah debitur dengan krediturbank semakin memburuk
dan informasi keuangan tidak objektif atau tidak dapat dipercaya. d. Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah.
e. Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit.
5. Kredit macet loss, yaitu: a. Terdapat tunggakan pokok danatau bunga yang telah melampaui 180
seratus delapan puluh hari. b. Dokumentasi kredit dan atau pengikat agunan tidak sempurna bahkan
tidak ada sama sekali. Dalam praktek, ukuran untuk menentukan suatu kredit itu dinyatakan
macet, pada tiap-tiap bank tidak sama. Meskipun demikian, pada dasarnya dapat ber-pedoman pada peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor: 2PMK.011977 Tentang Pelaksanaan Penyelesaian Piutang Negara yang macet. Dalam Pasal 3 Peraturan tersebut, ditegaskan bahwa kapan
suatu piutang negara dinyatakan macet, yaitu: 1 Untuk kredit jangka pendek, selambat-lambatnya 3 bulan sesudah
jatuh tempo. 2 Untuk kredit jangka menengah dan panjang, meskipun pinjaman itu
belum melampaui jangka waktu, akan tetapi terdapat tunggakan pembayaran sebanyak-banyaknya tiga kali terhadap hutang pokok
dan perhitungan bunga sehingga berdasarkan penilaian yang wajar dari pihak bank, bahwa nasabah debitur tidak akan dapat melunasi
hutang pokok dan bunganya, maka kredit tersebut dapat digolongkan sebagai kredit macet.
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
51
Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 376KMK.011998 tanggal 31 Juli 1998 Tentang Pengurusan Piutang
Negara, menyebutkan bahwa piutang macet adalah piutang yang sampai pada suatu saat sejak piutang tersebut jatuh tempo namun tidak dilunasi oleh
nasabah debiturpenanggung hutang sebagaimana mestinya sesuai dengan peraturan, perjanjian atau sebab apapun yang menimbulkan piutang
tersebut. Oleh karena itu kredit macet adalah kata majemuk, dan bila dipisah menurut kata dasarnya adalah: “kredit” artinya membayar suatu hutang
dengan angsuran, dan “macet” artinya berhenti.
61
Sehubungan dengan uraian di atas dan beberapa pengertian kredit macet atau piutang macet, maka pada sektor pembangunan ekonomi terus
ditempuh kebijaksanaan yang menyangkut perkreditan sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat ekonomi lemah. Karena itu, kreditur
bank dalam memberikan kredit kepada nasabah debitur, baik dari segi prosedural maupun dari makna yang terkandung di dalamnya adalah upaya
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup rakyat yang pada akhirnya akan bermuara pada pencapaian cita-cita bangsa Indonesia yaitu masyarakat adil
dan makmur baik materiil maupun spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Selanjutnya menurut tingkatannya piutang macet itu dibagi dalam dua tingkatan yaitu:
1. Piutang macet yang karena adanya ketentuan intern dari instansi itu sendiri yang masih mungkin untuk diselesaikan dulu secara intern.
61
Bahar, Abdoel, Penyelesaian Kredit Macet Melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara. Makalah seminar yang diselenggarakan oleh Badan Musyawarah Perbankan Daerah Sumut,
Medan, 24 Agustus 1999, hal. 1.
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
52
2. Piutang Macet sama sekali yang setelah ketentuan intern dilaksanakan namun masih juga tidak terselesaikan, baik untuk sebagian maupun
untuk seluruh jumlah piutang, dan oleh karenanya penyelesaian selanjutnya diharuskandiwajibkan untuk diserahkan kepada pihak lain
dulu kepada Pengadilan Negeri, sekarang kepada PUPN melalui KP2LN. Pengertian piutang macet tersebut di atas, erat sekali hubungannya
dengan ketentuan waktu kapan kredit macet tersebut harus diserahkan kepada PUPN melalui KP2LN.
Di dalam Undang-Undang No. 49 Prp. Tahun 1960 tidak dijumpai istilah piutang macet atau kredit macet. Pengertian piutang macet dapat
dipedomani dari penjelasan Pasal 4 Undang-Undang No. 49 Prp. Tahun 1960. Yaitu Piutang Negara pada tingkat pertama pada prinsipnya dapat
diselesaikan oleh instansi-instansi pemerintah dan badan-badan Negara yang bersangkutan
Dalam hal Piutang Negara yang berasal dari kredit perbankan, jika mengacu pada penjelasan Pasal 4 Undang-Undang No. 49 Prp. Tahun 1960,
maka upaya penyelesaian secara intern dapat dilakukan oleh bank sesuai dengan ketentuan kolektibilitas kredit Perbankan yang ditetapkan dalam
Surat Edaran Bank Indonesia No.264BPPP tanggal 29 Mei 1993 sebagaimana telah diubah dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No. 31147KEPDIR tanggal 12 Nopember 1998 jo Peraturan Bank Indonesia No.46PBI2002 tanggal 6 September 2002 jo Peraturan Bank
Indonesia Nomor 72PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Kualitas
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
53
Aktiva Produktif. Namun upaya intern yang dilakukan apabila tidak memberikan hasil yang menggembirakan maka piutang negara macet
tersebut untuk selanjutnya dapat diserahkan kepada PUPN melalui KP2LN.
D. Sistem Pengurusan Piutang Negara Macet 1. Tugas dan Fungsi PUPN dan KP2LN
Landasan hukum PUPN dan DJPLNKP2LN dalam pelaksanaan pengurusan piutang negara mengacu pada Undang-Undang Nomor 49
Prp. Tahun 1960 Tentang Panitia Urusan Piutang Negara dan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976 tentang Panitia Urusan Piutang Negara dan
Badan Urusan Piutang Negara, Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991 tentang Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara, Keputusan Presiden
Nomor 84 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di Lingkungan Departemen
Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 2KMK.012001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 64KMK.012002, Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 445KMK.012002 tentang Organisasi KP2LN.
Menurut Pasal 4 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara, bahwa:
Panitia Urusan Piutang Negara bertugas: 1. Mengurus piutang Negara yang berdasarkan Peraturan ini telah
diserahkan pengurusannya kepadanya oleh Pemerintah atau Badan- badan yang dimaksudkan dalam pasal 8 Peraturan ini;
2. Piutang
Negara yang
diserahkan sebagai tersebut dalam angka 1 di atas, ialah piutang yang adanya dan besarnya telah pasti menurut
hukum, akan tetapi yang menanggung hutangnya tidak melunasinya sebagaimana mestinya.
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
54
Pasal 4 penjelasan undang-undang tersebut menyatakan Piutang Negara pada tingkat pertama pada prinsipnya diselesaikan oleh instansi-
instansi dan badan-badan yang bersangkutan. Apabila itu tidak mungkin lagi terutama disebabkan oleh karena ternyata penanggung hutang tidak ada
kesediaan dan termasuk penanggung hutang yang “nakal”, maka oleh instansi-instansi dan badan-badan yang bersangkutan penyelesaiannya
diserahkan kepada PUPN. Pasal 8 Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 menyatakan:
Dengan piutang Negara dimaksudkan hutang yang: a. langsung terhutang kepada Negara dan oleh karena itu harus dibayar
kepada Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah; b. terhutang kepada badan-badan yang umumnya kekayaan dan
modalnya sebagian atau seluruhnya milik Negara, misalnya Bank- Bank Negara, PT. PT. Negara, Perusahaan-Perusahaan Negara,
Yayasan Perbekalan dan Persediaan, Yayasan Urusan Bahan Makanan dan sebagainya.
Hutang pajak tetap merupakan piutang Negara, akan tetapi diselesaikan tersendiri dengan Undang-Undang Penagihan Pajak Negara dengan
surat Paksa.
Selanjutnya dalam Pasal 12 undang-undang tersebut dinyatakan: 1 Instansi-instansi pemerintah dan Badan-badan Negara yang
dimaksudkan dalam pasal 8 Peraturan ini diwajibkan menyerahkan piutang-piutangnya yang adanya dan besarnya telah pasti menurut
hukum akan tetapi penanggung hutangnya tidak mau melunasi sebagaimana mestinya kepada Panitia Urusan Piutang Negara.
2 Dalam hal seperti dimaksudkan dalam ayat 1 pasal ini, maka dilarang menyerahkan pengurusan piutang Negara kepada
Pengacara. 3
Tentang penyerahan pengurusan piutang Negara seperti dimaksudkan dalam ayat 1 pasal ini diberitahukan oleh instansi-
instansi dan Badan-badan dimaksud kepada Menteri Keuangan atau pejabat yang untuk itu ditunjukkannya.
Dari Pasal 8 dan Pasal 12 di atas dapat dipahami bahwa instansi- instansi pemerintah dan badan-badan Negara yang langsung atau tidak
langsung dikuasai Negara diwajibkandiharuskan untuk menyerahkan piutang
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
55
yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum kepada PUPN melalui KP2LN.
Selanjutnya tugas dan fungsi KP2LN diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2001 Tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Di Lingkungan Departemen Keuangan.
Pasal 73 dan Pasal 74 Keputusan Presiden tersebut menyatakan bahwa Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara adalah instansi vertikal
Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Piutang dan Lelang Negara, dan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan pengurusan piutang negara atau lelang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas pelayanan pengurusan piutang negara
atau lelang, KP2LN menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan penetapan dan penagihan piutang negara serta
pemeriksaan kemampuan penanggung hutang atau penjamin hutang dan eksekusi barang jaminan.
b. pelaksanaan pemeriksaan barang jaminan milik penanggung hutang atau penjamin hutang serta harta kekayaan lain milik penanggung
hutang; c. penyiapan bahan pertimbangan dan pemberian keringanan hutang;
d. pengusulan pencegahan, pengusulan dan pelaksanaan paksa badan, serta penyiapan bahan pertimbangan penyelesaian atau penghapusan
piutang negara;
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
56
e. pelaksanaan pemeriksaan dokumen persyaratan lelang dan dokumen obyek lelang;
f. penyiapan dan pelaksanaan lelang serta penyusunan dan verifikasi minuta risalah lelang, serta pembuatan salinan, petikan, kutipan, dan
grose risalah lelang; g. pelaksanaan penggalian potensi piutang negara dan lelang;
h. pelaksanaan superintendensi kepada Pejabat Lelang Swasta dan pengawasan Balai Lelang dan pengawasan pelaksanaan lelang pada
PT. Pegadaian Persero dan lelang kayu kecil oleh PT. Perhutani Persero;
i. inventarisasi, registrasi, pengamanan, pendayagunaan, dan pemasaran
barang jaminan; j. pelaksanaan registrasi dan penatausahaan berkas kasus piutang negara,
pencatatan surat permohonan lelang, dan penyajian informasi piutang negara dan lelang;
k. pelaksanaan pemberian pertimbangan dan bantuan hukum pengurusan piutang negara dan lelang;
l. verifikasi dan pembukuan penerimaan pembayaran piutang negara dan hasil lelang;
m. pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara.
62
62
Lihat Pasal 75 Keputusan Presiden Nomor 84 Keputusan Presiden Republik Indonesia Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Di Lingkungan Departemen Keuangan. dan lihat juga Pasal 23 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 445KMK.012001 Tentang Organisasi Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Piutang Dan
Lelang Negara dan Kantor Pelayanan Piutang Dan Lelang Negara
Edwin Fauzi : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Nasabah DebiturPenjamin Hutang Berupa Uang Tunai di Bank dalam Kaitannya dengan Sistem Pengurusan Piutang Negara.
USU e-Repository © 2008.
57
Dengan demikian tugas dan wewenang untuk menarik semua piutang negara oleh pemerintah telah diserahkan kepada satu institusi yaitu PUPN
dan DJPLNKP2LN.
2. Sejarah PUPN dan DJPLNKP2LN