Hubungan antar Organisasi Implementasi Program PRONA (Proyek Operasi Nasional Agraria) di Kabupaten Tapanuli Utara

c. Hubungan antar Organisasi

Agar kebijakan publik ini dilaksanakan dengan efektif, menurut Van Meter dan Van Horn apa yang menjadi standar tujuan harus dipahami oleh para individu implementors. Yang bertanggungjawab atas pencapaian standar dan tujuan kebijakan, karena itu standar dan tujuan harus dikomunikasikan kepada para pelaksana. Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam dari berbagai sumber informasi. Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan itu sulit untuk bisa dicapai. Dengan kejelasan itu, para pelaksana kebijakan dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya dan tahu apa yang harus dilakukannya. Dalam suatu organisasi publik, pemerintah daerah misalnya, komunikasi sering merupakan proses tersulit dan kompleks. Proses pentransferan berita ke bawah di dalam organisasi atau dari suatu organisasi ke organisasi lain, dan ke komunikator lain, sering mengalami gangguan baik yang disengaja maupun tidak. Jika sumber komunikasi berbeda memberikan interpretasi yang tidak sama terhadap suatu standar dan tujuan, atau sumber informasi sama memberikan interpretasi yang penuh dengan pertentangan, maka pada suatu saat pelaksana kebijakan akan menemukan suatu kejadian yang lebih sulit untuk melaksanakan suatu kebijakan secara insentif. Universitas Sumatera Utara Proses penyampaian informasi antara pembuat kebijakan denganpelaksanan menyangkut keterkaitan antara keputusan yang telah dibuat denganaturan mengenai pelaksanaannya, termasuk petunjuk teknis pelaksanaan,sehingga pelaksana tidak mengalami kesalahan dalam melaksanakan programyang bersangkutan. Berdasarkan penjelasan Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah bahwa : “ Proses penyampaian mengenai program ini d ilakukan pada saat rapat internal Kantor Pertanahan Tapanuli Utara . Sedangkan, pelaksanaan mengenai program PRONA ini kami mengikuti sesuaidengan SOP yang ada di Petunjuk Teknis Juknis PRONA .” Hasil wawancara 24 Juni 2015 Hal yang serupa juga dijelaskan oleh Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan bahwa : “ Pember itahuan program ini pertama kali diketahui oleh Kepala BPN dan setelah itu Kepala BPN akan menyampaikan mengenai program itu kepada kami melalui rapat internal .” Hasil wawancara 22 Juni 2015 Kesimpulan dari wawancara yang saya lakukan mengenai proses penyampaian informasi adalah bahwa program PRONA ini disampaikan langsung oleh Kepala BPN melalui rapat internal yang dilakukan dan mengenai pelaksaannya staff mengikuti SOP yang ada sesuai dengan yang ada di Petunjuk Teknis Juknis PRONA. Selain penyampaian informasi dari pembuat kebijakan dengan pelaksanaprogram seperti yang telah dikemukakan tersebut diatas, maka yang Universitas Sumatera Utara tidak kalahpentingnya adalah penyampaian informasi dari pelaksana program kepada targetgroup atau masyarakat khususnya penerima manfaat PRONA. Agar penerimamanfaat yang dimaksud mengerti tentang sasaran ataupun manfaat dariprogram tersebut. Adapun pada program PRONA sistem penyampaian isi dantujuan dari program ini kepada masyarakat khususnya masyarakat penerimamanfaat PRONA di pelosok-pelosok daerah, dilakukan melalui prosessosialisasi dengan berkoordinasi dengan Kepada Desa terkait maupun pihak Kecamatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah bahwa : “ Mengenai penyampaian program ini kepada masyarakat kami dari pihak BPN melakukan proses sosialisasi dengan berkoordinasi dengan Kepala Desa, Lurah atupun pihak Kecamatan tempat diadakannya program PRONA tersebut.” Hasil wawancara 26 Juni 2015 Tetapi hal itu berbeda dengan apa yang disampaikan oleh salah satu masyarakat yang memanfaatkan program itu bahwa : “ Saya tidak pernah mendengar ada sosialisasi dari pihak BPN mengenai program ini. Saya mengetahui program ini dari tetangga saya yang kebetulan menceritakan tentang adanya program pembuatan sertipikat tanah yang murah.” Hasil wawancara 27 Juni 2015 dengan Bapak Jhonson Siregar Hal serupa juga disampaikan oleh masyarakat lain yang juga memanfaatkan program tersebut bahwa : “ Saya men getahui program ini karena kebetulan jarak rumah saya dengan Kantor Badan Pertanahan Nasional terbilang tidak jauh sehingga Universitas Sumatera Utara banyak para pegawai Badan Pertanahan Nasional yang dekat dengan saya dan menjelaskan tentang program ini .” Hasil wawancara 20Juni 2015 dengan Ibu Relina M Simanungkalit Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan saya mengambil kesimpulan bahwa penyampaian informasi kepada masyarakat masih sangat kurang. Masyarakat yang mengetahui program PRONA ini hanya karena masyarakat yang mempunyai kerabatsaudara yang mengetahui adanya pelaksanaan program itu. Dengan demikian, prospek implementasi kebijakan yang efektif, sangat ditentukan oleh komunikasi kepada para pelaksana kebijakan secara akurat dan konsisten. Disamping itu, koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan. Semakin baik koordinasi komunikasi di antara pihak- pihak yang terlibat dalam implementasi, makan kesalahan akan semakin kecil, dan demikian pula sebaliknya. Selain penyampaian informasi mengenai prosedur dan tujuan program,maka aspek lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu adanya kejelasan atasinformasi yang disampaikan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindarikebingungan dan perbedaan persepsi antara pembuat kebijakan,pelaksana danmasyarakat. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan bahwa : “ Petunjuk mengenai tentang apa saja yang harus dilakukan para staff sudah mengetahui tugasnya masing-masing. Kami juga dibekali oleh peraturan Menteri Tata Ruang dan Agrariaperaturan Kepala Universitas Sumatera Utara BadanPertanahan Nasional Republik Indonesia mengenai program PRONA dan Petunjuk Pelaksanaan Juklat dan Petunjuk Teknis Juknis jadi kami hanya mengikutinya saja.” Hasil wawancara 29 Juni 2015 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, saya mengambil kesimpulan bahwa mengenai pelaksanaan program PRONA sudah dapat dikatakan cukup baik karena para staff atau pegawai mengikuti petunjuk yang ada dan para staff juga sudah dibekali beberapa peraturan pemerintah. Selain kejelasan informasi dari pembuat kebijakan kepada pelaksana,maka hal yang tidak kalah pentingnya adalah kejelasan informasi bagimasyarakat khususnya bagi wajib pajak. Adapun mengenai kejelasan informasi mengenai program kepadamasyarakat penerima manfaat PRONA, disampaikan oleh salah satu masyarakat yang daerahnya menjadi daerah sasaran program PRONA bahwa: “ Untuk program ini saya sudah mengetahuinya, tetapi mengenai syarat - syaratnya pengurusannya saya kurang memahaminya. Karena saya juga mengetahui program ini tidak langsung dari pihak BPN, saya hanya sekedar tahu saja.” Hasil wawancara 27 Juni2015 dengan Bapak Hulman Purba Dan masyarakat lain juga memberikan tanggapan mengenai kejelasan program ini bahwa : “ Memang program ini bertujuan untuk membantu masyarakat miskin dan masyarakat berpenghasilan rendah dalam rangka pendaftaran tanah dan penerbitan sertipikat. Namun kurangnya sosialisasi dari BPN tyang mengakitbatkan banyak masyarakat yang malas untuk mengurus karena kurangnya informasi terkait program ini .” Hasil wawancara 04 Juli 2015 dengan Bapak Tangkas BP Hutasoit Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk tujuan program PRONA ini sudah diketahui masyarakat, tetapi mengenai syarat-syarat di dalam prosedur pengurusan dan informasi tentang tempat dilaksanakan program ini sangat terbatas. Hal ini dapat dimaklumi, karena pihak yang terkait dengan program PRONA ini, sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat sangat terbatas. Adapun ketidakjelasan informasi menyebabkan kesalahan persepsi bagipelaksana dan masyarakat sehingga menyebabkan pelaksanaan dapatmelenceng dari tujuan awal. Oleh karena itu dalam komunikasi perlumemperhatikan dan memastikan kejelasan informasi agar dipahami oleh semuapihak.Hal tersebut dapat berupa pelayanan kontak masyarakat denganpelaksana, serta upaya aktif dari semua pihak dalam mencari kejelasaninformasi. Dalam komunikasi antara pelaksana program, tidak hanya merupakan suatu proses penyampaian informasi, tetapi juga merupakan proses interaksiyang saling mempengaruhiantara pihak-pihak yang terkait. Oleh karena itudiperlukan adanya konsistensi dan kepastian informasi yang disampaikan harus diperhatikan, agar tidak berbeda diantara satu pihak dengan pihak lainnya. Menurut pendapat dari Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan menyatakan bahwa : “ Informasi mengenai program PRONA ini dapat langsung di akses dari situs bpn.go.id ataupun menanyakan langsung kepada Kepala Desa setempat. Program ini dimulai dari .” Universitas Sumatera Utara Hasil wawancara 29 Juni 2015 Hal ini juga dijelaskan oleh Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan bahwa : “ Pelaksanaan program ini sudah jelas, kami menjalankan program ini setiap tahunnya sesuai dengan SOP yang ada di Petunjuk Teknis Juknis .” Hasil wawancara 30 Juni 2015 Berdasarkan pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dalampelaksanaan PRONA ini dilakukan sesuai dengan Standard Operating Procedure SOP sesuai dengan apa yang ada di dalam Petunjuk Teknis Juknis.

d. Karakteristik Organisasi Pelaksana