PRONA Di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tapanuli Utara ”
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Proyek Operasi Nasional Agraria
PRONA di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tapanuli Utara?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Proyek Operasi Nasional Agraria pada Kantor Badan Pertanahan Nasional BPN di Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Untuk menggambarkan apa itu Program PRONA Proyek Operasi Nasional
Agraria.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan sumbangan pemikirin untuk mengembangkan teori-teori kebijakan publik
khususnya mengenai Implementasi Program sehingga mampu memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
informasi mengenai pelaksanaan program PRONA di Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Utara.
1.5 Kerangka Teori
Universitas Sumatera Utara
Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel
atau pokok masalah yang ada dalam penelitian
1
. Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman
teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi
peneliti dalam memahami masalah yang diteliti. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.5.1 Implementasi Kebijakan Publik 1.5.1.2 Defenisi Implementasi Kebijakan Publik
“ Implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan
mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri”
2
. Ripley dan Franklin menyatakan bahwa implementasi adalah apa yang
terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan
benefit
, atau suatu jenis keluaran yang nyata tangible output. Implementasi mencakup tindakan-tindakan oleh sebagai aktor, khususnya
para birokrat yang dimaksudkan untuk membuat program berjalan
3
. Grindle memberikan pandangannya tentang implementasi dengan
mengatakan bahwa secara umum, tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan
linkage
yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah
4
. Menurut Van Meter Van Horn
menyatakan, “implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu dan kelompok
pemerintah dan swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan”
5
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan tidak kurang, untuk
1
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hal 92
2
Agustino, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Alfabeta, Bandung, 2006, hal 139
3
Winarno, Kebijakan Publik : Teori Proses, Media Pressindo, Yogyakarta, 2014, hal 148
4
Winarno, Ibid, hal 149
5
Agustino, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Alfabeta, Bandung, 2006, hal 139
Universitas Sumatera Utara
mengimplementasikan kebijakan publik ada dua pilihan langkah yaitu, langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan
derivate
atau turunan dari kebijakan publik tersebut.
1.5.1.3 Teori-Teori Implementasi Kebijakan
Ada beberapa teori Implementasi Kebijakan Publik diantranya adalah : a.
Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatlier Teori ini berpendapat bahwa terdapat tiga kelompok variable yang
mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu : Karakteristik masalah
tractability of the problems
a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan dimana di satu pihak terdapat beberapa masalah social yang secara
teknis mudah dipecahkan, seperti kekurangan persediaan air bersih bagi penduduk.
b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran. Hal ini berarti bahwa suatu program akan relative mudah diimplementasikan
apabila kelompok sasarannya adalah homogen, karena tingkat pemahaman kelompok sasaran relative sama.
c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi, dimana sebuah program akan relative sulit diimplementasikan apabila
sasarannya mencakup semua populasi dan sebaliknya sebuah program relatif mudah diimplementasikan apabila jumlah
kelompok sasarannya tidak terlalu besar
Universitas Sumatera Utara
d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan dimana sebuah program yang bertujuan memberikan pengetahuan atau bersifat
kognitif akan relative mudah diimplementasikan dibanding program yang bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku
masyarakat. Karakteristik
kebijakan
ability of
statue to
structure implementation,
yaitu : a. Kejelasan isi kebijakan, yaitu, karena semakin jelas dan rinci isi
sebuah kebijakan, maka akan lebih mudah di implementasikan, karena implementor mudah memahami dan menerjemahkan
dalam tindakan nyata. b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis, di
mana kebijakan yang memiliki dasar teoritis memiliki sifat lebih mantap karena sudah teruji, meskipun untuk beberapa
lingkungan tertentu perlu ada modifikasi. c. Besarnya alokasi sumber daya financial terhadap kebijakan
tersebut, di mana sumber daya keuangan adalah factor krusial untuk setiap program social, setiap program juga memerlukan
dukungan staf
untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan administrasi dan teknis, serta memonitor program yang
semuanya memerlukan biaya, d. Seberapa besar adanya ketertarikan dan dukungan antar berbagai
institusi pelaksana, di mana kegagalan kerja sering disebabkan
Universitas Sumatera Utara
oleh kurangnya koordinasi vertical dan horizontal antar instansi yang terlibat dalam implementasi program.
e. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana.
f. Tingkat komitmen aparat, terhadap tujuan kebijakan. Kasus korupsi yang terjadi di Negara-negara dunia ke tiga, khususnya
Indonesia salah satu sebabnya adalah rendahnya tingkat komitmen aparat untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan atau
program-program. g. Seberapa
luas akses
kelompok-kelompok luar
untuk berpastisipasi dalam implementasi kebijakan, di mana suatu
program yang memberikan peluang luas bagi masyarakat untuk terlibat akan relative mendapat dukungan di banding program
yang tidak melibatkan masyarakat. Lingkungan
kebijakan
nonstatutory variable
effecting implementation,
yaitu : a. Kondisi social ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan
teknologi dimana masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik akan relative mudah menerima program pembaharuan dibanding
dengan masyarakat yang masih tertutup dan tradisional. b. Dukungan publik sebuah kebijakan, dimana kebijakan yang
memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan public, sebaliknya kebijakan yang bersifat dis-intensif, misalnya
Universitas Sumatera Utara
kenaikan harga BBM akan kurang mendapatkan dukungan public.
c. Sikap dari kelompok pemilih
constituency goups,
dimana kelompok pemilih yang ada dalam masyarakat dapat
mempengaruhi implementasi kebijakan melalui berbagai cara, yaitu kelompok dapat melakuakn intervensi terhadap keputusan
yang dibuat badan-badan pelaksana melalui berbagai komentar dengan maksud untuk mengubah keputusan, dan kelempok
pemilih dapat memiliki kemampuan untuk mempengaruhi badan-badan pelaksana secara tidak langsung melalui kritik
yang dipubliksikan terhadap badan-badan pelaksana. d. Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan
implementor .pada akhirnya, komitmen aparat pelaksana untuk merealisasikan tujuan yang telah tertuang dalam kebijakan
adalah variabel yang paling krusial, sehingga aparat pelaksana harus memiliki keterampilan dalam membuat prioritas tujuan
dan selanjutnya marealisasikan prioritas tujuan tersebut. b.
Teori Donald Van Metter dan Carl Van Horn
6
Enam variabel menurut Van Metter dan Van Horn, yang mempengaruhi kinerja kebijakan yaitu :
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan.
6
Subarsono, Analisis, Kebijakan Publik Konsep, Teori, dan Aplikasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal 99
Universitas Sumatera Utara
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan
sosio-kultur yang ada di level pelaksana kebijakan. 2.
Sumberdaya Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia 3.
Karakteristik Agen Pelaksana Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan
organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta
sesuai dengan para agen pelaksananya. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala
hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.
4. SikapKecenderungan
Disposition
para pelaksana. Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan sangat
banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan
yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi orang-orang yang terkait langsung terhadap kebijakan yang mengenal betul persoalan dan
permasalahan yang mereka rasakan. 5.
Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana.
Universitas Sumatera Utara
Koordinasi merupakan
mekanisme yang
ampuh dalam
impelementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi,
maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.
Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi publik dalam persepektif yang ditawarkan oleh Van Metter
dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan
eksternal
turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial,
ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi penyebab dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Oleh karena itu, upaya untuk
mengimplementasikan kebijakan
harus pula
memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan
eksternal.
Bagan 1.1 Model Implementasi Van Meter dan Van Horn
Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Sumber-sumber Kebijakan
Ciri badan pelaksana Sikap para
pelaksana
Lingkungan: Ekonomi, Sosial, Politik
Komunikasi antar organisasi dan kegiatan
pelaksanaan
P R
E S
T A
S I
K E
R J
A
Universitas Sumatera Utara
c. Teori Implementasi Kebijakan George C. Edward III
Teori implementasi kebijakan yang berspektif
top down
yang dikembangkan oleh George C. Edward III. Edward III
7
menamakan model implementasi kebijakan publiknya dengan
Direct and Indirect Impact on Implementation
. Dalam pendekatan teori ini terdapat empat variabel yang mempengaruhi keberhasilan impelementasi suatu
kebijakan, yaitu : 1.
Komunikasi Variabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
suatu kebijakan menurut Goerge C. Edward III
8
adalah komunikasi. Komunikasi, menurutnya sangat menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan
mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan apabila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap
keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus ditansmisikan atau dikomunikasikan kepada bagian personalia yang tepat. Selain itu,
kebijakan yang dikomunikasikan pun harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi atau pentransmisian informasi diperlukan agar para
pembuat keputusan dan para implementor akan semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat.
7
Agustino, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Alfabeta, Bandung, 2008,hal 149-154
8
Agustino, Ibid, hal 150
Universitas Sumatera Utara
Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi yaitu :
a Transmisi;
penyaluran komunikasi yang baik
akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang
terjadi dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian
misscommunication
. b
Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan
street-level-bureuarats
haruslah jelas dan tidak membingungkan tidak ambigumendua ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu
mengahalangi impelementasi, pada tataran tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibelitas dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi
pada tataran yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.
c Konsistensi; perintah yang diberikan dalam melaksanakan suatu
komunikasi haruslah konsisten dan jelas untuk diterapkan atau dijalankan. Karena jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah,
maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan, 2.
Sumber daya Variabel kedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
suatu kebijakan adalah sumber daya. Sumber daya merupakan hal penting lainnya dalam mengimplementasikan kebijakan, menurut Goerge
C.Edward III
9
Indikator sumber daya terdiri dari beberapa elemen, yaitu :
9
Agustino, Ibid, hal 151-152
Universitas Sumatera Utara
a Staf; sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan dalah staf.
Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh karena staf yang tidak mencukupi,
memadai, ataupun tidak ompoten dibidangnya. Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak cukup, tetapi diperlukan juga
kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan kompeten dan kapabel dalam mengimplementasikan kebijakan atau
melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri. b
Informasi; dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara
melaksanakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan saat mereka diberi perintah. Kedua, informasi
mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. Implementer harus
mengetahui apakah orang yang terlibat di dalam pelaksanaan kebijakan tersebut patuh terhadap hukum.
c Wewenang; pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar
perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang
ditetapkan secara politik. Ketika wewenang nihil, maka kekuatan para implementor dimata publik tidak terlegitimasi, sehingga dapat
menggagalkan proses implementasi kebijakan. Tetapi dalam konteks yang lain, ketika wewenang formal tersebut ada, maka sering terjadi
Universitas Sumatera Utara
kesalahan dalam melihat efektivitas kewenangan. Disatu pihak, efektivitas akan menyurut manakala wewenang diselewengkan oleh
para pelaksana demi kepentingannya sendiri atau demi kepentingan kelompoknya.
d Fasilitas; fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam
implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukan dan memiliki
wewenang untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung sarana dan prasarana maka implementasi
kebijakan tersebut tidak akan berhasil. 3.
Disposisi Variabel ketiga yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
kebijakan adalah disposisi. Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel disposisi, menurut Goerge C.Edward III
10
adalah : a.
Pengangkatan birokrat; disposisi atau sikap pelaksana akan menimbulkan
hambatan-hambatan yang
nyata terhadap
implementasi kebijakan
apabila personil
yang ada
tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-
pejabat tinggi. Karena itu, pemilihan dan pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi
pada kebijakan yang telah ditetapkan.
10
Agustino, Ibid, hal 152-154
Universitas Sumatera Utara
b. Insentif; Edward menyatakan bahwa salah satu teknik yang
disarankan untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif. Oleh karena itu, pada
umumnya orang bertindak menurut kepentingan mereka sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para pembuat kebijakan
mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi
faktor pendorong yang membuat para pelaksana kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya
memenuhi kepentingan pribadi
self interst
atau organisasi. 4.
Struktur birokrasi Menurut
Edward III
11
yang mempengaruhi
keberhasilan implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Walaupun
sumber daya untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia, atau para pelaksana kebijakan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, dan
mempunyai keinginan
untuk melaksanakan
suatu kebijakan,
kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat dilaksanakan atau direalisasikan karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi.
Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika stuktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang
tersedia, maka hal ini akan menyebabkan sumber daya-sumber daya menjadi tidak efektif dan menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi
11
Agustino, Leo, Ibid, hal 153-154
Universitas Sumatera Utara
sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi
dengan baik. Dua karakteristik, menurut Edward III, yang dapat mendongkrak
kinerja struktur birokrasiorganisasi kearah yang lebih baik, yaitu dengan melakukan :
a
Standar Operating Prosedures
SOPs; adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai atau pelaksana
kebijakanadministratorbirokrat untuk melaksanakan kegiatan- kegiatannya setiap hari sesuai dengan standar yang ditetapkan
atau standar minimum yang dibutuhkan. b
Fragmentasi; adalah upaya penyebaran tanggungjawab kegiatan- kegiatan atau aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit
kerja.
Bagan 1.2 Faktor Penentu Implementasi Menuurt Edward III Komunikasi
Sumber Daya
DisposisiImplementasi
Struktur birokrasi
Universitas Sumatera Utara
d. Teori Implementasi menurut Merilee S. Grindle
12
, keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh dua variabel yaitu :
1. Isi Kebijakan
content of policy
Variabel isi kebijakan ini mencakup : a
Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan;
b Jenis manfaat yang diterima oleh
target group ;
c Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan;
d Apakah letak sebuah program sudah tepat;
e Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya
dengan rinci; dan f
Apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.
2. Lingkungan Implementasi
context of implementation
Variabel kebijakan ini mencakup : a
Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi
kebijakan; b
Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa; c
Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.
12
Grindle, Politics and Policy Implementation in The Third World, Baltimore, 1980 hal 9
Universitas Sumatera Utara
1.5.2 Hak Atas Tanah 1.5.2.1 Defenisi Hak Atas Tanah
Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang yang mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah
tersebut. Hak atas tanah berbeda dengan hak penggunaan tanah. Ciri khas dari hak atas tanah adalah seseorang yang mempunyai hak atas
tanah berwenang untuk menggunakan atau mengambil manfaat atas tanah yang menjadi hak-haknya. Berdasarkan atas hak menguasai Negara dalam Pasal 2 ayat
1 Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA, selanjutnya dalam Pasal 4 ayat 1 Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA menentukan beberapa
hak atas tanah yang dapat diberikan kepada seseorang, baik secara perorangan maupun bersama-sama, atau oleh suatu badan hukum, yaitu :
1. Hak Milik
2. Hak Guna Usaha
3. Hak Guna Bangunan
4. Hak Pakai
5. Hak Sewa
6. Hak Membuka Tanah
7. Hak Memungut Hasil Hutan
8. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas, yang
ditetapkan dengan undang-undang, serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagaimana disebutkan dalam Pasal 53 Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria UUPA.
Universitas Sumatera Utara
1.5.3 Pendaftaran Tanah 1.5.3.1 Defenisi Pendaftaran Tanah
Pendaftaran tanah diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang ditetapkan dan diundangkan pada tanggal 8
Juli 1997. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 diatur lebih lanjut oleh Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional BPN
Nomor 3 Tahun 1997, yang mulai berlaku tanggal 8 Oktober 1997. Pendaftaran tanah menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 dilaksanakan berdasarkan asas-asas : 1.
Sederhana Asas sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentuan-
ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama para pemegang hak atas
tanah. 2.
Aman Asas aman dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran
tanah perlu diselenggarakan secara cermat dan teliti sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesaui tujuan pendaftaran
tanah itu sendiri. 3.
Terjangkau Asas terjangkau dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang
memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam
Universitas Sumatera Utara
rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa dijangkau oleh para pihak yang memerlukan.
4. Mutakhir
Asas mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaanya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data
yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang baru mutakhir. 5.
Terbuka Asas terbuka dimaksudkan bahwa masyarakat dapat memperoleh
keterangan mengenai data yang benar setiap saat. Tujuan dari pendaftaran tanah diuraikan dalam Pasal 3 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yaitu : 1.
Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-
hak lain yang terdaftar, agar pemilik hak yang bersangkutan dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak atas tanah tersebut.
2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, termasuk Pemerintah, agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan
hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang terdaftar.
3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, pendaftaran tanah adalah :
Universitas Sumatera Utara
Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan, dan teratur, meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertifikat sebagai tanda bukti hak bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya
dan Hak Milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Pendaftaran Tanah, menurut Boedi Harsono adalah sebagai berikut : “Suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Negara Pemerintah
secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu, yang ada di wilayah-wilayah
tertentu, pengolahan, penyimpanan, dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang
pertanahan,
termasuk penerbitan
tanda buktinya,
dan pemeliharaannya”.
13
Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan : 1.
Pendaftaran Tanah untuk pertama kalinya
initial registration
Pendaftaran tanah untuk pertama kalinya adalah kegiatan yang dilakukan terhadap objek pendaftaran tanah yang belum di daftar
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 2.
Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah
maintenance
Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar
nama, surat ukur, buku tanah dan sertifikat dengan perubahan-
13
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia -Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, isi dan Pelaksanaanya, Jilid 1
– Hukum Tanah Nasional, Jakarta-Djambatan 2003, hal 72
Universitas Sumatera Utara
perubahan yang terjadi kemudian. Menurut Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, objek pendaftaran tanah meliputi :
1. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan Hak Milik, Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai. 2.
Tanah Hak Pengelolaan. 3.
Tanah Wakaf. 4.
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun. 5.
Hak Tanggungan. 6.
Tanah Negara Sistem pendaftaran tanah mempermasalahkan
14
: apa yang didaftar, bentuk penyimpanan, dan penyajian data yuridisnya serta bentuk
tanda bukti haknya. Dikenal ada 2 dua macam sistem pendaftaran tanah
15
yaitu : 1.
Sistem Pendaftaran Akta
Registration of deeds
Akta merupakan sumber data yuridis, karena aktalah yang didaftar oleh Pejabat Pendaftaran Tanah PPT, Pejabat Pendaftaran
Tanah PPT bersifat pasif karena ia tidak melakukan pengujian atas kebenaran data yang disebut dalam akta yang didaftarkan.
2. Sistem Pendaftaran Hak
Registration of Titles
Sistem pendaftaran hak adalah hak yang diciptakan serta perubahan-perubahan yang terjadi kemudian dan Pejabat
14
Boedi Harsono, Ibid, hal 480.
15
Boedi Harsono, Ibid
Universitas Sumatera Utara
Pendaftaran Tanah PPT bersifat aktif karena Pejabat Pendaftaran Tanah PPT harus melakukan pengujian kebenaran data yang
dimuat dalam akta yang didaftarkan. Sistem pendaftaran yang dipergunakan dalam Peraturan Dasar
Pokok-Pokok-Pokok Agraria UUPA adalah sistem pendaftaran hak
registration of titles
. Hal tersebut jelas terlihat dengan adanya buku tanah sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang
dihimpun dan disajikan serta diterbitkannya sertifikat sebagai surat tanda bukti yang ada di daftar.
16
Sistem publikasi diperlukan dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah, dimana Sistem publikasi dipergunakan untuk menjawab
permasalahan :
17
Sejauh manakah orang boleh mempercayai kebenaran data yang disajikan
tersebut, sejauh
manakah hukum
melindungi kepentingan-kepentingan orang yang melukukan perbuatan hukum
mengenai tanah yang haknya sudah didaftar, berdasarkan data yang disajikan di Kantor Pejabat Pendaftaran Tanah PPT atau yang
tercantum dalam surat tanda bukti hak yang diterbitkan atau didaftar oleh PPT, jika kemudian ternyata data tersebut tidak
benar? Ada beberapa Sistem Publikasi tanah yang dianut oleh beberapa
Negara yang menyelenggarakan pendaftaran tanah, yaitu :
16
Boedi Harsono, Ibid, hal 480
17
Boedi Harsono, Ibid, hal 80
Universitas Sumatera Utara
a. Sistem Publikasi Positif
Menurut sistem publikasi positif, suatu sertifikat tanah yang diberikan adalah berlaku sebagai tanda bukti hak atas tanah yang
mutlak serta merupakan satu-satunya tanda bukti hak atas tanah. Ciri pokok sistem positif adalah bahwa pendaftaran tanah pendaftaran
hak atas tanah adalah menjamin dengan sempurna bahwa nama yang terdaftar dalam buku tanah adalah tidak dapat dibantah, walaupun ia
ternyata bukanlah pemilik yang berhak atas tanah yang bersangkutan. Kebaikan dari sistem positif adalah :
a. Adanya kepastian dari buku tanah.
b. Peranan aktif dari pejabat balik nama tanah.
c. Mekanisme kerja penerbitan sertifikat tanah mudah dimengerti
orang awam. Kelemahan dari sistem positif adalah :
a. Peranan aktif pejabat baik nama tanah akan memakan waktu
yang lama. Pemilik yang sebenarnya berhak atas tanah akan kehilangan haknya oleh karena kepastian dari buku tanah itu
sendiri. b.
Wewenang pengadilan diletakkan dalam wewenang administratif.
Sistem ini dilaksanakan di Jerman dan Swiss b. Sistem Publikasi Negatif
Universitas Sumatera Utara
Menurut sistem publikasi negatif, segala apa yang tercantum di dalam sertifikat tanah dianggap benar sampai dapat dibuktikan suatu
keadaan yang sebaliknya tidak benar di muka Pengadilan. Ciri pokok sistem publikasi negatif, adalah bahwa pendaftaran
tanah pendaftaran hak atas tanah tidaklah menjamin bahwa nama- nama yang terdaftar dalam buku tanah tidak dapat untuk dibantah jika
nama yang terdaftar bukanlah pemilik sebenarnya. Hak dari nama yang terdaftar ditentukan oleh hak dari pemberi hak sebelumnya.
Ciri lainnya adalah bahwa pejabat balik nama tanah berperan pasif, artinya pejabat yang bersangkutan tidak berkewajiban untuk
menyelidiki kebenaran dari surat yang diserahkan kepadanya. Kebaikan dari sistem publikasi negatif :
Adanya perlindungan kepada pemegang hak sejati. Kelemahan dari sistem publikasi negatif :
a. Peranan pasif pejabat balik nama tanah yang menyebabkan
tumpang tindihnya sertifikat tanah. b.
Mekanisme kerja dalam proses penerbitan sertifikat tanah sedemikian rupa sehingga kurang dimengerti oleh awam.
18
Sistem publikasi yang digunakan Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA adalah sistem negatif yang mengandung unsur
positif. UUPA tidak menggunakan sistem publikasi positif yang murni karena menghasilkan surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai
18
Mudjiono, Politik Agraria Nasional – Hubungan Manusia Dengan Tanah Yang Berdasarkan
Pancasila, Yogyakarta : GAMA University Press, 1999, hal 30-34
Universitas Sumatera Utara
alat pembuktian yang kuat dan tidak menggunakan sistem publikasi negatif yang murni karenan kegiatan pemeliharaan dan penerbitan
sertifikat hak dilakukan secara seksama agar data yang disajikan sejauh mungkin dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
19
Sistem publikasi yang dipergunakan oleh Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria UUPA disebut dengan sistem negatif yang bertendens positif. Pengertian bertendens positif adalah peran aktif pelaksana
pendaftaran, antara lain : 1.
Adanya penyelidikan bidang tanah secara teliti 2.
Pengumuman selama 3 tiga bulan untuk pendaftaran tanah tersebut. Pengumuman ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada pihak lain untuk mengajukan keberatan, jika merasa hak tersebut merugikan dirinya.
Adapun ciri-ciri sistem negatif bertendens positif adalah : a.
Nama pemilik tanah yang tercantum dalam daftar buku tanah adalah benar dan dilindungi oleh hukum dan sertifikat merupakan
tanda bukti hak yang tertinggi. b.
Setiap peristiwa balik nama melalui prosedur dan penelitian yang seksama dan memenuhin syarat-syarat keterbukaan untuk umum.
c. Setiap bidang tanah batas-batasnya diukur dan digambarkan dalam
peta pendaftaran dengan skala 1 : 1000, ukuran mana
19
Boedi Harsono, Op.cit, hal 481
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan untuk meneliti kembali batas-batas persil bila dikemudian hari terdapat sengketa-sengketa batas.
d. Pemilik tanah yang tercantum dalam buku tanah dan sertifikat
masih dapat diganggu gugat melalui Pengadilan Negeri dan sertifikat masih dapat dicabut melalui Pengadilan Negeri atau oleh
Direktorat Jenderal Agraria atas nama Menteri Dalam Negeri. e.
Pemerintah tidak menyediakan dana untuk pembayaran ganti rugi kepada masyarakat karena kesalahan administrasi pendaftaran
tanah, melainkan masyarakat yang merasa dirugikan dapat menuntut melalui Pengadilan Negeri.
1.5.4 Penerbitan Sertifikat 1.5.4.1 Pengertian Sertifikat
Sertifikat adalah salinan buku tanah dan surat ukur yang telah dijilid menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas bersampul yang telah ditetapkan
dengan peraturan menteri.
1.5.4.2 Persyaratan Penerbitan Sertifikat a. Tahap Pertama
1. Bila tanah berasal dari warisan, para ahli waris, yaitu mereka yang menerima warisan tanah, baik tanah bekas hak milik adat
maupun hak-hak yang lain, harus melengkapi syarat-syarat : - Surat tanda bukti hak atas tanah, yang berupa sertifikat hak tanah
yang bersangkutan
Universitas Sumatera Utara
- Bila tanah yang bersangkutan belum pernah disertifikatkan, maka disertakan surat tanda bukti hak atas tanah yang lainnya, seperti
Surat Pajak hasil bumi petuk D lama verponding lama Indonesia dan segel-segel lama atau Surat Keputusan penegasan
pemberian hak dari instansi yang berwenang. - Surat Keputusan Kepala Desa yang dikuatkan Camat yang
membenarkan surat tanda bukti hak tersebut. - Surat keterangan waris dari instansi yang berwenang
- Surat pernyataan tentang jumlah tanah yang telah dimiliki - Kartu Izin Tinggal Sementara untuk orang asing
- Keterangan pelunasan pajak tanah sampai meninggalnya pewaris. - Ijin peralihan hak, jika hal ini diisyaratkan
Para pemilik tanah, yaitu mereka yang mempunyai tanah berasal dari jual beli, hibah, lelang, konversi hak dan lain-lain
sebagainya, diharuskan melengkapi diri dengan persyaratan yang serupa.
2. Bila tanah berasal dari jual beli, harus melengkapi syarat-syarat :
- Akta jual beli yang dibuat oleh dan dihadapan PPAT
- Sertifikat hak tanah yang bersangkutan
- Bila tanahnya belum pernah disertifikatkan, maka harus
diserahkan bukti atas tanah lainnya, seperti surat pajak atas hasil bumi patok D lama verponding lama atau Surat keputusan
penegasan pemberi hak dari instansi yang berwenang.
Universitas Sumatera Utara
- Surat Keputusan Kepala Desa yang dikuatkan Camat yang
membenarkan surat tanda bukti hak tersebut. -
Surat pernyataan jumlah tanah yang telah dimiliki -
Turunan surat keterangan warga negara Indonesia yang disahkan oleh pejabat yang berwenang
- Ijin peralihan hak, jika ini diisyaratkan
3. Bila tanahnya berasal dari hibah, syarat-syarat tersebut adalah :
- Akta hibah yang dibuat oleh dan dihadapan PPAT
- Bila tanahnya belum pernah disertifikatkan, maka harus
diserahkan bukti atas tanah lainnya, seperti surat pajak atas hasil bumi petuk D lama verponding lama atau Surat keputusan
penegasan pemberi hak dari instansi yang berwenang. -
Surat Keputusan Kepala Desa yang dikuatkan Camat yang membenarkan surat tanda bukti hak tersebut.
- Surat pernyataan jumlah tanah yang telah dimiliki
- Turunan surat keterangan warga negara Indonesia yang disahkan
oleh pejabat yang berwenang 4.
Bila tanahnya berasal dari lelang : -
Kutipan otentik berita acara lelang yang dibuat oleh Kantor Lelang
- Sertifikat hak tanah yang bersangkutan atau tanda bukti hak
atas tanah lainnya yang telah diketahui oleh Kepala Desa yang dikuatkan oleh Camat.
Universitas Sumatera Utara
- Surat penyataan tentang jumlah tanah yang telah dimilikinya.
- Keterangan pelunasan bukti lunas pajak tanah yang
bersangkutan. -
Turunan surat keterangan warga negara Indonesia yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang.
- Surat Keterangan Pendaftaran Tanah SKPT yang diminta
sebelum lelang dilakukan. 5.
Bila tanahnya berasal dari konversi tanah adat, syarat-syarat yang harus dipenuhi :
a. Bagi daerah yang sebelum tanggal 24 September 1960 sudah
dipungut pajak adalah : -
Surat pajak hasil bumi petuk D lama verponding Indonesia dan segel-segel lama.
- Keputusan penegasan pemberian hak dari instansi yang
berwenang -
Surat asli jual beli, hibah, tukar menukar, dan sebagainya. -
Surat Keterangan Kepala Desa yang dikuatkan oleh Camat yang membenarkan keterangan-keterangan tentang tanah yang
bersangkutan -
Surat Keterangan yang berisi bahwa tanah tersebut tidak berada dalam sengketa dan tidak dijadikan tanggungan utang
serta sejak kapan dimiliki.
Universitas Sumatera Utara
b. Bagi daerah yang sebelum 24 September 1960 belum dipungut
pajak adalah : -
Keputusan penegasan pemberian hak tanah yang dibuat oleh instansi yang berwenang.
- Surat asli jual beli, tukar menukar, hibah, yang diketahui atau
dibuat atau disaksikan oleh Kepala Desa pejabat yang setingkat.
- Surat Keterangan Kepala Desa yang dikuatkan oleh Camat
yang membenarkan isi keterangan-keterangan tentang tanah yang bersangkutan.
- Surat pernyataan yang berisi bahwa tanah tersebut tidak berada
dalam sengketa. 6.
Bila tanahnya berasal dari konversi tanah hak barat, syarat-syaratnya -
Grosse akta -
Surat ukur -
Turunan surat keterangan warga negara yang disahkan oleh pejabat yang berwenang
- Kuasa konversi, bila pengkonversian itu dikuasakan pada
seseorang. -
Surat pernyataan pemilik yang berisi bahwa tanah tersebut tidak berada dalam sengketa, tidak dijadikan tanggungan hutang, sejak
kapan dimiliki dan belum pernah dialihkan atau diberikan dengan sesuatu hak kepada pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
b. Tahap Kedua
Setelah semua persyaratan dipenuhi, selanjutnya diserahkan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Kota setempat. Kegiatan selanjutnya
dilakukan oleh seksi pendaftaran tanah yang meliputi : pengukuran, pemetakan, dan pendaftaran haknya.
c. Tahap Ketiga
Pada tahap ini semua hak-hak atas tanah yang telah dibukukan dibuatkan salinan dari buku tanah yang bersangkutan. Salinan buku
tanah dan surat ukurnya atau gambar situasi, kemudian dijahit menjadi satu dengan diberi kertas sampul yang bentuknya telah
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri Dirjen Agraria
20
yang sekarang
ditingkatkan menjadi
Lembaga Pemerintah
Non Departemen dengan nama Badan Pertanahan Nasional Keputusan
Presiden Nomor 26 Tahun 1988.
1.5.5 Dasar Hukum PRONA
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA dan peraturan pelaksanaannya,
maka pemerintah telah membuat suatu kebijaksanaan untuk meningkatkan pelayanan bidang pertanahan yaitu pemberian sertifikat secara massal melalui
PRONA. Kebijaksanaan ini dimaksudkan agar setiap masyarakat golongan
ekonomi lemah dengan memperhatikan aspek keberpihakan dapat memiliki
20
Mudjiono, Op.cit. hal 89-98
Universitas Sumatera Utara
sertifikat hak milik atas tanah dengan biaya yang lebih murah. Program ini diadakan dengan tujuan untuk memberikan jaminan kepastian hukum kepada para
pemegang hak atas tanah. Pengertian PRONA adalah :
“Semua kegiatan yang diselenggarakanoleh pemerintah di bidang pertanahan dengan suatu subsidi di bidang pendaftaran tanah pada khususnya, yang
berupa pensertifikatan tanah secara massal dalam rangka membantu
masyarakat golongan ekonomi lemah.”
21
Pelaksanaan PRONA ini merupakan usaha dari pemerintah untuk memberikan rangsangan dan partisipasi kepada pemegang hak atas tanah agar
mau melakukan sertifikat atas tanahnya dan berusaha membantu menyelesaikan sengketa-sengketa tanah yang bersifat strategis dengan jalan memberikan kepada
masyarakat tersebut fasilitas dan kemudahan, serta pemberdayaan organisasi dan sumber daya manusia.
Untuk menuju tercapainya Catur Tertib Pertanahan, harus dilakukan : 1.
Tertib Hukum Pertanahan Bertujuan agar setiap tanah mempunyai sertifikat, sehingga tanah
tersebut mempunyai kepastian hukum maupun hak yang kuat. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa peraturan hukum pertanahan sudah
dilaksanakan dengan baik. Dengan adanya sertifikat tanah, diharapkan sengketa-sengketa pertanahan dapat dihindari.
2. Tertib Administrasi Pertanahan
21
AP.Parlindungan Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1990, hal 38
Universitas Sumatera Utara
Adalah bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan Kantor Pertanahan kepada masyarakat dengan cara yang cepat, mudah, dan biaya
yang murah bagi permohonan hak atas tanah. Adapun maksud dari cepat, mudah, dan biaya murah, adalah :
Cepat, bahwa pelaksanannya sudah diprogramkan dan harus selesai tepat pada waktunya, sesuai jadwal waktu yang telah ditetapkan.
Mudah, dimana petugas pelaksana aktif di lokasi yang telah ditentukan sehingga pemohon tidak harus datang ke Kantor
Pertanahan Kabupaten setempat, sehingga proses permohonan hak atas tanah itu dapat dilakukan dengan mudah oleh masyarakat.
Murah, dimana biaya yang dibebankan kepada pemohon hak atas tanah relatif murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
Dengan adanya PRONA yang dilaksanakan dengan biaya murah, cepat, dan mudah tersebut, diharapkan membawa manfaat bagi masyarakat,
khususnya masyarakat golongan ekonomi lemah. 3.
Tertib Penggunaan Tanah Bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan arti
pentingnya penggunaan tanah secara berencana, sehingga dapat diperoleh pemanfaatan tanah secara optimal, keseimbangan antara berbagai
keperluan dan bersifat selamanya. Dengan demikian penggunaan tanah dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat banyak.
4. Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup
Universitas Sumatera Utara
Dewasa ini banyak terjadi orang atau badan hukum yang menguasai tanah tanpa berusaha untuk mencegah terjadinya kerusakan. Padahal
dalam Pasal 15 Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA sudah dinyatakan secara tegas bahwa memelihara kesuburan, mencegah
kerusakan merupakan kewajiban setiap orang atau badan hukum, instansi, yang mempunyai hubungan dengan tanah itu, serta
memperhatikan pihak ekonomi lemah. Hal tersebut mempunyai tujuan untuk mencegah agar tidak terjadi
kerusakan tanah dan lingkungan hidup. Mengingat hal tersebut, berdasarkan PMNA Ka. BPN Nomor 2 Tahun 1993 tentang Tata Cara
Perolehan Ijin Lokasi dan Hak Atas Tanah Bagi Perusahaan dalam Rangka Penanaman Modal maka pemerintah melakukan kewenangan
dalam pemberian izin lokasi dengan menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan dalam menentukan lokasinya agar
nantinya tidak menimbulkan pencemaran, kerusakan tanah dan pengotoran lingkungan.
Sedangkan untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih luas, Kantor Pertanahan memberi penyuluhan kepada masyarakat
mengenai pemeliharaan tanah serta perawatannya untuk menjaga keseimbangan tanah.
Adapun dasar hukum PRONA adalah : 1.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA.
Universitas Sumatera Utara
2. Undang –Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. 3.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2000, tentang Tarif
Pelayanan yang berlaku di Badan Pertanahan Nasional. 5.
Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003, tentang Kebijakan Nasional di bidang Pertanahan.
6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang
Proyek Operasi Nasional Agraria, yang berlaku mulai tanggal 15 Agustus 1981.
7. Peraturan Menteri Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, tentang Pendaftaran Tanah.
1.5.6 Tujuan dan Latar Belakang PRONA
Dalam petunjuk pelaksanaan Proyek Operasional Nasional Agraria, dijelaskan tujuan PRONA adalah sebagai berikut :
1. Memberikan rangsangan kepada masyarakat khususnya pemegang ha
katas tanah, untuk bersedia membuatkan sertifikat atas hak yang dimilikinya tersebut.
2. Menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dalam bidang pertanahan.
3. Membantu pemerintah dalam hal menciptakan suatu suasana kehidupan
masyarakat yang aman dan tenteram.
Universitas Sumatera Utara
4. Menumbuhkan partisipasi masyarakat, khususnya pemilik tanah dalam
menciptakan stabilitas politik serta pembangunan di bidang ekonomi. 5.
Menumbuhkan rasa kebersamaan dalam menyelesaikan sengketa pertanahan.
6. Memberikan kepastian hukum pada pemegang hak atas tanah.
7. Membiasakan masyarakat pemegang hak atas tanah untuk memiliki alat
bukti yang otentik atas haknya tersebut. Dengan usaha-usaha yang pasti dari pemerintah dan dukungan
masyarakat luas untuk mensukseskan PRONA di seluruh Indonesia, maka pemerintah dianggap benar-benar telah membantu masyarakat.
Proses untuk mendapatkan sertifikat tersebut tidak mengalami kesulitan dengan biaya murah. Mengenai biaya PRONA ditetapkan dalam Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 594 Tahun 1982 tanggal 26 November 1982 sebagai berikut :
1. Untuk golongan ekonomi lemah, biaya operasionalnya diberi subsidi
dengan anggaran Pemerintah Pusat melalui APBN dan Pemerintah Daerah melalui APBD.
2. Untuk golongan mampu, biaya operasionalnya dibebankan kepada
swadaya para anggota masyarakat yang akan menerima sertifikat. Adapun latar belakang pelaksanaan PRONA ini berkaitan langsung
dengan bidang pertanahan, baik dari arti pentingnya tanah, pemegang ha katas tanah serta perlindungan terhadap kepastian hukumnya yang disebut
dengan sertifikat.
Universitas Sumatera Utara
Dengan diadakannya program pendaftaran tanah oleh pemerintah ini, dimaksudkan agar pemerintah dengan mudah dapat melakukan pengawasan
terhadap pendaftaran tanah. Dengan pendaftaran tanah diharapkan tidak ada lagi, atau berkurangnya sengketa-sengketa tanah, misalnya sengketa status
dan sengketa perbatasan. Pada dasarnya PRONA merupakan proyek penyertifikasian tanah secara
massal yang memperoleh dukungan dana atau subsidi dari pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yang
dibebankan kepada Badan Pertanahan Nasional. Penyertifikatan tanah melalui PRONA ini memberikan banyak
keuntungan dibanding dengan penyertifikatan yang dilakukan atas keinginan sendiri. Keuntungan tersebut antara lain : adanya subsidi dari
pemerintah, sehingga pemohon sertifikat mendapatkan keringanan biaya dan cepatnya proses penerbitan sertifikat sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Proses penerbitan sertifikat, melalui PRONA pada dasarnya sama dengan
penerbitan sertifikat atas kehendak sendiri. Perbedaannya, jika permohonan sertifikat melalui PRONA, pemohon datang ke Kantor Kepala Desa yang
mengkoordinir untuk menyerahkan data-data fisik tanahnya sehingga tidak harus datang ke Kantor Pertanahan. Sedangkan permohonan sertifikat atas
kehendak sendiri, selain harus datang langsung ke Kantor Pertanahan, pemohon juga harus membayar biaya yang lebih mahal.
Universitas Sumatera Utara
PRONA adalah Kebijakan Nasional dibidang Pertanahan yang bermaksud untuk memberikan jaminan kepastian hukum bagi pemegang
hak atas tanah dalam rangka meningkatkan maupun menunjang pelaksanaan landreform dan menyelesaikan sengketa-sengketa secara tuntas dengan
biaya yang murah. Selain itu untuk memberdayakan organisasi dan SDM.
1.5.7 Sasaran Pelaksanaan PRONA
Sasaran dari pelaksanaan PRONA adalah : 1.
Subyek PRONA adalah pemilik tanah perseorangan yang termasuk golongan ekonomi lemah dan masih mampu membayar biaya
administrasi. 2.
Obyek PRONA adalah pendaftaran tanah pertama kali terhadap bidang- bidang tanah yang belum mendaftar dan tanah pertanian yang luasnya
kurang dari 2 ha atau tanah non pertanian yang luasnya kurang dari 2000 meter persegi.
Dengan demikian sasaran PRONA yang utama adalah masyarakat yang tergolong ekonomi lemah yang mempunyai hak milik atas tanah.
1.6 Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu
yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu
Universitas Sumatera Utara
istilah untuk beberapa kejadian
events
yang berkaitan satu dengan yang lainnya
22
. Maka defenisi konsep dari penelitian ini adalah : 1.
Implementasi Kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan struktur kebijakan. Adapun model implementasi yang
dipakai pada penelitian ini adalah model implementasi Van Meter dan E. Van Horn, dimana terdapat enam variabel yang mempengaruhi kinerja
implementasi yaitu : standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial,
politik, dan disposisi implementor. 2.
PRONA Proyek Operasi Nasional Agraria adalah rangkaian kegiatan kebijakan untuk pembuatan akta tanah sertifikat tanah dengan
menggunakan dana APBN yang dilaksanakan setiap tahunnya dan ditujukan kepada masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di daerah
tertinggal.
22
Singarimbun, Metode Penelitian Survey, LP3S, Jakarta, 1999, hal 33
Universitas Sumatera Utara
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang akan digunakan oleh peneliti di dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendakatan kualitatif yang mengemukakan gejalakeadaanperistiwamasalah sebagaimana
adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan interpretasi.
2.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten