Karakteristik Organisasi Pelaksana Implementasi Program PRONA (Proyek Operasi Nasional Agraria) di Kabupaten Tapanuli Utara

Hasil wawancara 29 Juni 2015 Hal ini juga dijelaskan oleh Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan bahwa : “ Pelaksanaan program ini sudah jelas, kami menjalankan program ini setiap tahunnya sesuai dengan SOP yang ada di Petunjuk Teknis Juknis .” Hasil wawancara 30 Juni 2015 Berdasarkan pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dalampelaksanaan PRONA ini dilakukan sesuai dengan Standard Operating Procedure SOP sesuai dengan apa yang ada di dalam Petunjuk Teknis Juknis.

d. Karakteristik Organisasi Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat dalam pengimplementasian kebijakan. Hal ini penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Hal ini berkaitan dengan konteks kebijakan yang akan dilaksanakan pada beberapa kebijakan dituntut pelaksana kebijakan yang ketat dan disiplin. Pada konteks lain diperlukan agen pelaksana yang demokratis dan persuasif. Selain itu, cakupan atau luas wilayah menjadi pertimbangan penting dalam menentukan agen pelaksana kebijakan. 1. SOP Standar Operational System Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan suatu program membutuhkan suatu prosedur yang menjadi standar pelaksanaannya. Adapun menurut Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan yang menyatakan bahwa : “ Di dalam melaksanakan program ini, dilakukan sesuai dengan SOP yang ada mulai dari penyerahan DIPA, penetapan lokasi, penyuluhan, penetapan peserta, pengumpulan dataalas hak, pengukuranpemetaan, pemeriksaan tanah dan pengumuman .” Hasil wawancara 29 Juni 2015 Selain itu berdasarkan pernyataan dari Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan yang menyatakan bahwa : “ Sebenarnya program ini sama dengan pengurusan pendaftaran tanah biasa, hanya kuota untuk program ini terbatas dan daerahnya tempat dilaksanakan program ini dilakukan secara bergantian. Sedangkan syarat-syarat yang harus dilengkapi masyarakat diantaranya membuat daftar identitas, melengkapi surat-surat tanah, bukti-bukti perolehan tanah maupun ijinrekomendasi berkaitan dengan tanahnya, melengkapi patok-patok batas dan membayar biaya-biaya materai serta pajak .” Hasil wawancara 01Juli 2015 Dari pernyataan tersebut diatas, diketahui bahwa prosedur yangdibutuhkan dalam pelaksanaan PRONA diatur di dalam Petunjuk Teknis Juknis dan Petunjuk Pelaksanaan Juklat yang diterbitkan setiap tahunnya. SOP yang tertera di Petunjuk Teknis Juknis inilah yang menjadi acuanuntuk seluruh pelaksana di Kantor BPN Kabupaten Tapanuli Utara. Namun secara umumprosedur pelaksanaan program ini sangat sederhana dan tidak membutuhkanwaktu yang lama. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu masyarakat yangmemanfaatkan PRONA bahwa : “ Pertama kali peserta PRONA datang ke kantor BPN untuk melakukan pendaftaran ke loket BPN lalu BPN akan melakukan peninjauan lapangan Universitas Sumatera Utara dimana tempat tanah tersebut berada. Pihak BPN kemudian berkoordinasi dengan Kepala Desa setempat guna memastikan dimana letak tanah tersebut. Kemudian dilakukan pengukuran yang nantinya harus ditanda tangani oleh setiap batas-batas tanah. Setelah itu saya hanya menunggu hingga sertipikat saya keluar .” Hasil wawancara 03 Juli 2015 dengan Bapak Horas Bakkara 2. Fragmentasi Dalam pelaksanaan suatu program, kadangkala terdapat penyebaran tanggungjawab diantara beberapa unit kerja maupun instansi. Sehingga dibutuhkan adanya koordinasi dan kerjasama antara pihak-pihak yang terkait tersebut. Adapun dalam pelaksanaan program PRONA ini, melibatkan beberapa pihak yang terkait, diantaranya BPN Kabupaten Tapanuli Utara itu sendiri, Kantor BPN Provinsi,Kepala DesaLurah serta Camat yang membantu sosialisasi bagi masyarakat yang memanfaatkan program PRONA. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan yang menyatakan bahwa: “ Koordinasi dan kerjasama yang kami lakukan dengan pihak Kepala DesaLurah serta Camat apabila diperlukan.Kami mengirimkan laporan kepada Kepala Desa agar Kepala Desa setempat mengumumkan di Kantor Desa bahwa Desa tersebut merupakan tempat dilaksanakannya program PRONA .” Hasil wawancara 29 Juni 2015 Hal yang serupa juga disampaikan oleh Kepala BPN bahwa : “ Kami berkoordinasi secara intensif dengan setiap Kepala Desa tempat dilaksanakannya program ini. Terkadang apabila diperlukan kami juga berkoordinasi dengan Pihak Kecamatan apabila ada masalah terkait warisan ataupun apabila Kepala Desa tidak mau menandatangi berkas peserta PRONA tersebut. Selain itu kami juga berkoordinasi dengan BPN Wilayah terkait pemilihan kecamatan tempat dilaksanakannya program PRONA tersebut. ” Hasil wawancara 02 Juli 2015 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat diketahui, bahwa koordinasi dan kerja sama yang dilakukan dengan pusat maupun dengan lurah- lurah berjalan dengan baik., terlihat bahwa sebelum melaksanakan program pihak BPN memberitahu terlebih dahulu kepada Desa-Desa tempat dilaksanakan program teersebut. BPN Kabupaten Tapanuli Utara juga berkoordinasi dengan BPN Wilayah terkait pemilihan tempat Kecamatan dilaksanakannya program PRONA tersebut, terbukti BPN Kabupaten Tapanuli Utara selalu di monitoring oleh BPN Wilayah melalui SKMPP Sistem Kendali Mutu Program Pertanahan.

e. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik