Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik Disposisi atau Sikap Para Pelaksana

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat diketahui, bahwa koordinasi dan kerja sama yang dilakukan dengan pusat maupun dengan lurah- lurah berjalan dengan baik., terlihat bahwa sebelum melaksanakan program pihak BPN memberitahu terlebih dahulu kepada Desa-Desa tempat dilaksanakan program teersebut. BPN Kabupaten Tapanuli Utara juga berkoordinasi dengan BPN Wilayah terkait pemilihan tempat Kecamatan dilaksanakannya program PRONA tersebut, terbukti BPN Kabupaten Tapanuli Utara selalu di monitoring oleh BPN Wilayah melalui SKMPP Sistem Kendali Mutu Program Pertanahan.

e. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik

Hal yang perlu diperhatikan juga guna menilai kinerja implementasi kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya implementasi kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan eksternal yang kondusif. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah bahwa : “ Koordinasi dengan Pemerintah Daerah sangat diperlukan, karena untuk melakukan sosialisasi kepada setiap masyarakat terbilang sangat sulit karena terbatasnya sarana yang ada, SDM yang sangat terbatas serta banyak jumlah desa tempat dilaksanakannya program ini. Sehingga dengan adanya koordinasi dengan Pemerintah Daerah sangat membantu untuk mensosialisasi dan mengumumkan hal-hal yang terkait dengan program PRONA ini .” Hasil wawancara 08 Juli 2015 Universitas Sumatera Utara Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala BPN bahwa : “ Program ini jelas sangat membantu masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi yang lemah, dimana dengan adanya program ini masyarakat dapat mengurus sertipikat tanahnya dengan biaya yang murah dan proses yang sederhana. Sehingga masyarakat berpenghasilan rendah akan lebih mudah untuk mendapatkan tambahan modal apabila mereka wiraswasta dengan adanya sertipikat sebagai agunan kepada bank. ” Hasil wawancara 08 Juli 2015 Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pihak-pihak atau kelompok-kelompok kepentingan memberikan dampak positif bagi program PRONA. Aspek lingkungan dan ekonomi juga sangat berpengaruh dimana dapat dilihat bahwasannya program ini sangat membantu masyarakat khususnya masyarakat dengan ekonomi lemah dan masyarakat berpenghasilan rendah.

f. Disposisi atau Sikap Para Pelaksana

Menurut pendapat Van Meter dan Van Horn, sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Tetapi, kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para pengambil keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu menyentuh kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan. Sikap mereka itu mungkin dipengaruhi oleh pandangannya terhadap suatu kebijakan dan cara melihat pengaruh kebijakan itu terhadap kepentingan- kepentingan organisasinya dan kepentingan-kepentingan pribadinya. Van Meter Universitas Sumatera Utara dan Van Horn menjelaskan disposisi bahwa implementasi kebijakan diawali penyaringan lebih dahulu melalui persepsi dari pelaksana dalam batas mana kebijakan itu dilaksanakan. Terdapat tiga macam elemen respon yang dapat mempengaruhi kemampuan dan kemauannya untuk melaksanakan suatu kebijakan, antara lain terdiri dari : 1. Pengetahuan, pemahaman dan pendalaman terhadap kebijakan; 2. Arah respon mereka, apakah menerima, netral atau menolak; 3. Intensitas terhadap kebijakan. Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting. Karena, bagaimanapun juga implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal ketika para pelaksana tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan kebijakan. Arrah disposisi pelaksana terhadap standar dan tujuan kebijakan juga merupakan hal yang krusial. Implementor mungkin bisa jadi gagal dalam melaksanakan kebijakan, dikarenakan mereka menolak apa yang menjadi tujuan suatu kebijakan. Sebaliknya penerimaan yang menyebar dan mendalam terhadap standar dan tujuan kebijakan di antara mereka yang bertanggungjawab untuk melaksanakan kebijakan tersebut, adalah merupakan suatu potensi yang besar terhadap keberhasilan implementasi kebijakan. Pada akhirnya, intensitas disposisi para pelaksana dapat mempengaruhi pelaksana kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya intensitas disposisi ini akan bisa menyebabkan gagalnya implementasi kebijakan. 1. Respon dan Kognisi terhadap kebijakan Universitas Sumatera Utara Pemahaman akan kebijakan sangatlah penting begitu pula dengan respon dari implementor yang pastinya sangatlah berpengaruh terhadap pelaksanaan dari kebijakan tersebut. Hal ini dinyatakan oleh Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan bahwa : “ Respon dari Kepala BPN maupun Seksi-seksi lainnya sangatlah positif dimana sangat mendukung untuk terlaksananya program ini. Terbukti dari Kepala BPN yang menekankan kepada setiap staff agar lebih bekerja keras di dalam melaksanakan program ini. Keseriusan setiap sta ff juga dapat dilihat dari turunnya Kepala Seksi ke lapangan untuk mengkordinir setiap staff .” Hasil wawancara 01 Juli 2015 Hal ini juga diperjelas oleh Kepala BPN bahwa : “ Setiap staff sudah dibekali dengan pelatihan-pelatihan yang telah dilaksanakan. Di samping itu, sebelum melaksanakan program ini kami terlebih dahulu melakukan rapat internal. Terkait program ini, sebelum dilaksanakan program ini terlebih dahulu mempelajari dasar hukum yang ada serta SOP yang tertera di Juknis ataupun Juklat yang berbeda setiap tahunnya ”. Hasil wawancara 08 Juli 2015 Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas diketahui bahwa respondan pemahaman akan kebijakan oleh implementor dapat dikatakan sudah sangat baik. Hal ini dilihat dari bagaimana mereka ikut terjun langsung dalam proses PRONA dan sering melakukan kontrol terhadap pegawai-pegawainya. 2. Intensitas disposisi implementor Intensitas terhadap kebijakan yakni sampai sejauh mana para implementor melakukan kontrol terhadap kebijakan ataupun program yang dilaksanakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Survei, Pengkurusan dan Pemetaan yang menyatakan bahwa : Universitas Sumatera Utara “ Selama ini kepala BPN selalu menekankan kepada semua staff untuk berbagi informasi yang baru ataupun jika ada kendala yang ada harus dibicarakan secepatnya agar dapat di diskusikan bagaimana mengatasinya. Kami juga dalam pelaksanaannya mengupayakan agar semua urusan mengenai kendala-kendala yang ditemui dapat diselesaikan dengan secepatnya.” Hasil wawancara 30 Juni 2015 Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah yang menyatakan bahwa : “ Tahun ini kami harus melakukan pengoptimalan di dalam pelaksanaan program ini. Mengingat banyaknya target yang belum tercapai dan banyaknya tanah yang belum diukur padahal ini sudah memasuki triwulan ketiga .” Hasil wawancara 26 Juni 2015 Demikian pula hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala BPN Kabupaten Tapanuli Utara bahwa : “ Saya selalu menekankan kepada setiap Kepala Seksi agar mempercepat proses pengukuran dan puldadis pengumpulan data yuridis mengingat masih banyaknya tanah yang belum di ukur. Saya selalu mengkordinir pekerjaan setiap Kepala Seksi untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan tepat waktu .” Hasil wawancara 08 Juli 2015. Dari hasil wawancara yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa disposisi oleh implementor dapat dikatakan sudah cukup baik. Dapat dilihat bahwa implementor melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap program PRONA. Universitas Sumatera Utara BAB V ANALISIS DATA Dari hasil penelitian yang dilakukan, seperti yang tertera pada bab sebelumnya maka secara umumprogram PRONA Proyek Operasi Nasional Agraria di Kabupaten Tapanuli Utara secara umum dapat dibahas sebagai berikut: Seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu: Kecamatan Tarutung, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Adian Koting, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Siborong-borong, Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Siatas Barita, Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Purbatua, Kecamatan Simangumban, Kecamatan Garoga dan Kecamatan Muara dapat memanfaatkan program tersebut walaupun dilakukan secara bergiliran sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Wilayah terkait dengan penunjukkan tempat dilaksanakannya program PRONA tersebut.

a. Standar dan Sasaran KebijakanUkuran dan Tujuan Kebijakan