Rumusan Masalah KERANGKA KONSEP

reaksi antara dua molekul monosakarida. Sebagian contoh disakarida yang sering dijumpai adalah sukrosa pada gula pasir dan laktosa pada gula susu. Molekul sukrosa dibentuk dari satu molekil glukosa dan satu fruktosa. Molekul laktosa mengandung satu unit galaktosa dan satu glukosa 6 . Banyaknya jumlah gugus fungsional pada molekul karbohidrat memungkinkan bergabungnya sejumlah besar molekul karbohidrat sederhana membentuk jaringan rantai yang panjang dan bercabang-cabang. Zat-zat yang terbentuk ini disebut polisakarida, suatu nama yang mengisyaratkan bahwa golongan ini mengandung banyak unit sakarida. Tiga polisakarida yang sering dijumpai dan seluruhnya terbentuk dari unit-unit glukosa adalah glikogen, pati dan selulosa 6 . Glikogen bentuk karbohidrat simpanan dalam tubuh hewan. Glikogen adalah suatu polisakarida yang bercabang banyak yang rata-rata membentuk sebuah cabang di setiap delapan sampai dua belas unit glukosa. Pati starch, bentuk karbohidrat simpanan dalam tanaman, terdiri dari dua fraksi, amilosa dan amilopektin. Amilosa terdiri dari unit-unit glukosa yang membentuk suatu rantai panjang dan pada dasarnya tidak bercabang. Amilopektin adalah jaringan unit-unit glukosa yang sangat bercabang-cabang dengan rata-rata dua puluh empat sampai tiga puluh glukosa per cabangnya. Dengan demikian, karbohidrat ini kurang bercabang dibandingkan dengan glikogen. Selulosa, karbohidrat struktural pada tanaman, terdapat dalam bentuk rantai glukosa yang panjang dan tidak bercabang 6 . Serat adalah komponen dari tumbuhan yang utuh dan tidak bisa dicerna oleh enzim gastrointestinal. Konsumsi serat dapat memengaruhi proses pencernaan nutrisi lainnya yaitu dengan memperlambat waktu transit sehingga absorpsi lebih lama 11 . Tipe, komposisi, sumber dan fungsi dari berbagai macam jenis serat akan diuraikan pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Tipe, Komposisi, Sumber dan Fungsi dari Serat 11 Type of Fiber Major Chemical Sources Major functions Less Soluble Fiber Cellulose Gomponents Glucose Whole wheat, bran, vegetables Increase water-holding capacity, thus increasing fecal volume and decreasing gut transit time Hemicellulose Xylose, mannose, galactose Bran, whole grains Lignin Functional Fibers Phenols Fruits and edible seeds, mature vegetables Fermentation produces short-chain fatty acids associatedw ith decreased risk of tumor formation More Soluble Fibers Gums Galactose and glucuronic acid Oats, legrrmes, guaq barley Cause gel formation, thus decrease gastric emptying, slow digestion, gut transit time, and glucose absorption Pectins Polygalactur onic acid Apples, strawberries, carrots, citrus Also binds minerals, lipids, and bile acids increasing excretion of each, thus decreasing serum cholesterol Functional Fibers Chitin Glucopyrano se Supplement from crab or lobster shells Reduces serum cholesterol Fructans including inulin Fructose poliners Extracted from natural sources: chicory onions etc Prebiotic which stimulates growth of beneficial bacteria in gut, used as fat replacer Beta-glucans Algal polysaccharides carrageenan Glucopyrono ase Oat and barley bran Isolated from algae and seaweed Reduces serum cholesterol Gel forming-used as thickeners, stablizers can be toxic Polydextrose, polyols Glucose and sorbitol etc. Slnthesized Bulking agent or sugar substitute Psyllium Extracted from psyllium seeds High water binding capacity choking hazard Serat akan dikonversi oleh bakteri usus menjadi asam lemak rantai pendek. Biasanya dalam bentuk asetat, butirat dan propionate. Paling banyak pada karbohidrat dalam makanan adalah butirat 4C yaitu lebih dari 70. Propionate 3C diserap dan dibersihkan oleh hati, merupakan bagian penting pada lemak hati dan metabolism glukosa. Asetat 2C dihasilkan oleh karbohidrat yang tidak bisa dicernadan segera di metaabolisme menjadi CO 2 oleh jaringan perifer dan dapat menjadi substrat untuk sintesis lemak dan kolesterol 11 .

2.1.2. Pencernaan dan metabolisme karbohidrat

Awal pencernaan karbohidrat secara mekanik dimulai dari proses pengunyahan oleh gigi dan secara kimiawi oleh air liur di mulut melalui kerja amilase liur, suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida, yang kemudian akan melewati esofagus untuk sampai ke lambung dibantu oleh gerakan peristaltik dari esofagus. Di lambung, pencernaan karbohidrat akan terhenti akibat hancurnya amylase oleh asam lambung 6 . Pencernaan berlanjut saat karbohidrat makanan disajikan ke usus halus untuk diserap terutama dalam bentuk disakarida maltose produk pencernaan polisakarida, sukrosa dan laktosa. Disakarida yang terdapat di brush borser usus halus selanjutnya menguraikan disakarida ini menjadi satuan monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder, sementara pembawa kontranspor di batas luminal mengangkut monosakarida dari Na + dari lumen ke dalam interior sel usus. Operasi pembawa kotranspor ini, yang tidak secara langsung menggunakan enegri, bergantung pada gradient konsentrasi Na+ yang diciptakan oleh pompa Na+ -K+ basolateral yang memerlukan energy. Glukosa atau galaktosa yang telah dikumpulkan di dalam sel oleh pembawa kotranspor, keluar dari sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi untuk masuk ke darah di dalam vilus. Fruktosa diserap ke dalam darah semata-mata melalui difusi terfasilitasi transportasi pasif yang diperantarai oleh pembawa 6 .

2.1.3. Kontrol gula darah

Reaksi-reaksi kimia di dalam sel terdiri atas anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah pembentukan atau sintesis makromolekul organik yang lebih besar dari subunit molekul organik kecil. Reaksi anabolisme umumnya memerlukan asupan energi dalam bentuk ATP. Katabolisme adalah penguraian atau degradasi molekul organik besar di dalam tubuh 6 . Dalam kaitannya dengan metabolisme karbohidrat, kedua proses inilah yang mengontrol dan menjaga glukosa darah dalam rentang yang normal. Saat keadaan setelah makan, glukosa tersedia berlimpah dalam darah, maka terjadi proses yang bertujuan untuk menurunkan kadar glukosa darah tersebut. Sedangkan pada keadaan puasa terjadi hal sebaliknya. Berikut beberapa reaksi dalam metabolisme bahan bakar yang terkait dengan kontrol kadar glukosa darah: Tabel 2.2. Ringkasan Reaksi dalam Metabolisme Bahan Bakar 6 . Proses Metabolik Reaksi Konsekuensi Glikogenesis Anabolisme Glukosa  glikogen ↓ Glukosa darah Glikogenolisis Katabolisme Glikogen  glukosa ↑ Glukosa darah Glukoneogenesis Anabolisme Asam amino  glukosa ↑ Glukosa darah Glikolisis Anabolisme Glukosa  ATP ↓ Glukosa darah Pemeliharaan homeostatis glukosa darah adalah fungsi pankreas yang sangat penting. Konsentrasi glukosa dalam darah ditentukan oleh keseimbangan yang ada antara proses-proses berikut: penyerapan glukosa dari saluran pencernaan; transportasi glukosa ke dalam sel; pembentukan glukosa oleh sel terutama di hati; dan secara abnormal ekskresi glukosa oleh urin. Insulin memiliki empat efek yang dapat menurunkan kadar darah dan meningkatkan penyimpanan karbohidrat, yaitu : 1. Insulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sebagian besar sel. Molekul glukosa tidak mudah menembus membrane sel tanpa adanya insulin. Dengan demikian, sebagian besar jaringan sangat bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa dari darah dan menggunakannya. Insulin meningkatkan mekanisme difusi terfasilitasi glukosa ke dalam sel-sel tergantung insulin tersebut melalui fenomena transporter recrutement. Glukosa dapat masuk ke dalam sel hanya melalui pembawa di membrane plasma yang dikenal sebgai glukosa transporter. Sel-sel tergantung insulin memiliki simpanan pengangkut glukosa intrasel. Pengangkut-pengangkut tersebut diinsersikan ke dalam membrane plasma sebgai respons terhadap peningkatan sekresi insulin, sehingga terjadi peningkatan pengangkutan glukosa ke dalam sel. Apabila sekresi insulin berkurang, pengangkut- pengangkut tersebut sebagian ditarik dari membrane sel dan dikembalikan ke simpanan intrasel. Beberapa jaringan tidak bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa, yaitu otak; otot yang aktif dan hati. Otak, yang terus menerus memerlukan pasokan glukosa untuk memenuhi kebutuhan energinya setiap saat, mudah dimasuki 2. Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, baik di otot maupun hati. 3. Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Dengan menghambat penguraian glikogen, insulin meningkatkan penyimpanan karbohidrat dan menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati. 4. Insulin juga menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat glukoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa di hati. Insulin melakukan hal ini dengan menurunkan jumlah asam amino di darah yang tersedia bagi hati untuk glukoneogenesis dan dengan menghambat enzim- enzim hati yang diperlukan untuk mengubah asam-asam menjadi glukosa. Karena itu, insulin mengurangi konsentrasi glukosa darah untuk digunakan dan disimpan, dan secara bersamaan menghambat dua mekanisme pembebasan glukosa oleh hati ke dalam darah glikogenolisis dan glukoneogenesis. Insulin adalah satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa darah. Insulin mendorong penyerapan glukosa oleh sebagian besar sel melalui rekrutmen pengangkut glukosa, suatu topik yang sekarang akan kita bahas. Meskipun insulin berperan kunci dalam mengontrol penyesuaian metabolik antara keadaan absortif dan pasca absortif, namun produk sekretorik sel α pulau langerhans, glukagon, juga sangat penting. Efek keselurahan glukoagon pada metabolisme karbohidrat menyebabkan peningkatan produksi dan pelepasan glukosa oleh hati sehingga kadar glukosa darah meningkat. Glukagon melaksanakan efek hiperglikemiknya dengan menurunkan sintesis glikogen, mendorong glikogenolisis dan merangsang glukoneogenesis 7 . Tabel 2.3. Kontrol Hormon yang Berpengaruh pada Kadar Glukosa Darah 6 . Diambil dari Sherwood, Lauralee. page 792, telah diolah kembali Hormon Efek terhadap gula darah Insulin ↓ + Pengambilan glukosa + Glikogenesis - Glikogenolisis - Glukoneogenesis Glukagon ↑ + Glikogenolisis + Glukoneogenesis - Glikogenesis Epinefrin ↑ + Glikogenolisis + Glukoneogenesis - Sekresi insulin + Sekresi glukoagon Kortisol ↑ + Glukoneogenesis - Penyerapan glukosa oleh jaringan selain otak; penghematan glukosa Hormon Pertumbuhan ↑ -Penyerapan glukosa oleh otot; penghematan glukosa

2.1.4. Nasi

Nasi adalah bahan makanan yang berasal dari olahan tanaman beras. Beras Oryza Sativa adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat penyosoh 8 . Pengupasan gabah dengan alat pemecah kulit menghasilkan sekam dan beras pecah kulit yang berwarna kecoklatan brown rice. Beras pecah kulit tersusun atas beberapa bagian salah satunya adalah endosperm yang mengandung banyak karbohidrat dan protein. Penyosohan terhadap beras pecah kulit menghasilkan bekatul dan beras giling, yang sering kita lihat sebagai beras. Bekatul juga merupakan bagian yang mengandung banyak karbohidrat dan protein pada beras 9 . Beras mengandung nilai gizi cukup tinggi yaitu kandungan karbohidrat sebesar 360 kalori, protein sebesar 6,8 gr, dan kandungan mineral seperti kalsium dan zat besi masing-masing 6 dan 0,8 mg serta sedikit vitamin B2 8 . Di Indonesia, nasi dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan. Contohnya seperti nasi putih, nasi goreng, nasi uduk, nasi kuning dan sebagainya. Pada setiap jenis olahan tersebut mengandung kadar karbohidrat yang berbeda terkait dengan bahan-bahan yang ditambahkan didalamnya serta cara proses pemasakkan yang berbeda dari olahan nasi tersebut. Biasanya juga, olahan nasi tersebut ditambahkan dengan berbagai macam jenis lauk. Pada nasi kuning, nasi dimasak dengan campuran kunyit. Komposisi kimia kunyit adalah kadar Air 6,0, Protein 8,0 Karbohidrat 57,0 Serat Kasar 7,0 Bahan mineral 6,8 Minyak volatile 3,0 Kurkuma 3,2 Bahan non volatil 9,0 10 . Penggunaan beras sebagai bahan dasar dari pembuatan nasi tentu berbeda pada tiap jenis bentuk pengolahannya. Untuk membuat nasi putih biasa, biasanya menggunakan beras dengan struktur yang pulen sedangkan untuk membuat nasi goreng biasanya menggunakan beras dengan struktur yang pera. Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20 pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya. Selain itu, cara masak juga dapat menentukan konsistensinya. Memasak nasi dengan lebih banyak jumlah air akan menyebabkan nasi menjadi lebih pulen 9 .

2.1.5. Protein dan Lemak

Dalam pengonsumsian nasi, biasanya disertai lauk pauk yang mengandung berbagai macam makronutrien selain karbohidrat seperti protein dan lemak. Secara molekular, struktur protein berbeda dengan karbohidrat dan lemak, karena protein terdapat komponen nitrogen. Protein dari makanan dan protein endogen dihidrolisis menjadi konstituen-konstituen asam amino dan beberapa fragmen peptide kecil oleh pepsin lambung dan enzim proteolitik pankreas. Asam amino diserap ke dalam sel epitel usus halus dan akhirnya masuk ke dalam darah melalui mekanisme transportasi aktif sekunder yang bergantung pada Na + dan energy. Berbagai asam amino diangkut oleh pembawa spesifik bagi mereka. Peptide- peptida kecil, yang diangkut oleh jenis pembawa yang berbeda, diuraikan menjadi asam-asam amino oleh aminopeptidase yang terdapat di brush border sel epitel atau oleh peptidase intrasel 6 . Pengolahan makanan juga dapat merusak asam amino dan mengurangi ketersediaan pencernaan mereka dalam beberapa cara 11 . Lemak dan lipid merupakan sekitar 34 persen dari energi dalam makanan manusia. Karena lemak adalah energi yang kaya dan memberikan 9 kkal energi, manusia dapat memperoleh energi yang memadai dengan konsumsi harian yang wajar lemak yang mengandung makanan. Lemak makanan disimpan dalam sel adiposa yang terletak di depot pada tubuh manusia 11 . Proses penyerapan lemak berbeda dengan karbohidrat dan protein. Karena tidak larut air, lemak harus menjalani serangkaian transformasi. Lemak dalam makanan dalam bentuk trigliserida akan diemulsifikasikan oleh efek deterjen garam-garam empedu. Emulsi lemak ini mencegah penyatuan butir-butir lemak, sehingga luas permukaan yang dapat diserang oleh lipase pancreas meningkat. Lipase menghidrolisis trigliserida menjadi monogliserida dan asam lemak bebas. Produk-produk yang tidak larut air ini diangkut dalam misel yang larut air, yang dibentuk oleh garam empedu, ke permukaan luminal sel epitel usus halus. Setelah meninggalkan misel dan berdifusi secara pasif menembus membrane luminal, mono gliserida dan asama lemak bebas disintesis ulang menjadi trigliserida di sel epitel. Asam lemak mampu menembus membrane kapiler. Trigliserida tersebut menyatu dan dibungkus oleh satu lapisan lipoprotein untuk membentuk kilomikron yang larut air. Kilomikron kemudian dikeluarkan melalui membrane basal sel secara eksositosis. Kilomikron tidak mampu menembus membrane kapiler, sehingga mereka masuk ke pembuluh limfe, yaitu lacteal pusat 6 . Polyunsaturated fatty acid PUFA adalah jenis lemak yang apabila dikonsumsi dalam jumlah banyak akan berbahaya bagi tubuh karena sangat reaktif untuk mengikat oksigen dan mengubahnya menjadi peroksida. PUFA banyak terdapat pada makanan yang di goreng. Asupan lemak yang rekomendasikan menurut dietary guidelines for American adalah kurang dari 10 persen dari total kalori tubuh 11 .

2.1.6. Indeks glikemik dan Beban glikemik

Cara alternatif untuk mengklasifikasikan diet yang mengandung karbohidrat adalah dengan melihat dari kemudahannya untuk penyerapan dan efeknya pada kenaikan kadar glukosa darah. Indeks glikemik IG adalah nilai yang menunjukkan kemampuan suatu makanan yang mengandung karbohidrat dalam meningkatkan kadar glukosa darah. Makanan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat memiliki IG yang tinggi. Sebaliknya, makanan yang menaikkan kadar glukosa darah dengan lambat memiliki IG yang rendah 12 . Indeks glikemik dapat membandingkan tingkatan makanan berdasarkan perubahan kadar gula darah setelah makanan tersebut dimakan dibandingkan dengan perubahan yang terlihat dari makanan yang digunakan sebagai acuan yaitu roti putih atau glukosa 1 . Sebagai perbandingan, indeks glikemik glukosa murni adalah 100. Roti tawar putih juga sering digunakan sebagai makanan acuan karena umumnya orang-orang lebih sering mengonsumsi roti tawar putih dibandingkan dengan gula murni 13 . Indeks Glikemik didefinisikan sebagai peningkatan kadar glukosa darah di atas tingkat dasar selama periode 2 jam setelah karbohidrat dikonsumsi dalam jumlah tertentu biasanya 50 g dibandingkan dengan jumlah yang sama pada karbohidrat dalam makanan referensi. Dalam praktiknya, indeks glikemik diukur dengan menentukan elevasi glukosa darah 2 jam setelah konsumsi. Area di bawah kurva setelah merencanakan tingkat glukosa darah setelah mengonsumsi makanan referensi dibagi dengan luas area di bawah kurva untuk kali makanan referensi yang IG nya bernilai 100 13 . Nilai IG pangan dikelompokkan menjadi IG rendah yaitu kurang dari 55, sedang 56-69 dan tinggi lebih dari 70 14 . Banyak pertanyaan bermunculan mengenai apakah indeks glikemik memiliki relevansi praktis, karena kita tidak makan makanan tunggal tetapi makanan yang terdiri dari sejumlah makanan. Untuk menjawab pertanyaan ini, konsep beban glikemik atau glycemic load GL diperkenalkan. Beban glikemik atau glycemic load adalah nilai yang menunjukkan respon glukosa darah setelah mengonsumsi satu porsi makanan yang mengandung sejumlah karbohidrat. Beban glikemik menilai kuantitas dan kualitas karbohidrat dalam makanan. Beban glikemik GL sama dengan sejumlah karbohidrat dalam takaran sajian dikali indeks glikemik dalam porsi makanan. Semakin tinggi GL, semakin besar elevasi yang diharapkan glukosa darah dan efek insulinogenik pada makanan 15 . Untuk menghitung beban glikemik makanan, kalikan indeks glikemik dengan jumlah karbohidrat non-serat dalam satu porsi, kemudian bagi dengan seratus 16 . Angka beban glikemik 20 ke atas dikategorikan tinggi, 10-19 menengah dan kurang dari 10 dikategorikan rendah 14 . Implikasi dari mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik dan beban glikemik yang tinggi terhadap penyakit kronis, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung koroner PJK, serta obesitas baru-baru ini telah ditinjau. Ulasan ini menunjukkan bahwa indeks glikemik dan beban glikemik memberikan cara untuk menguji risiko relatif diet yang dirancang untuk mencegah penyakit jantung koroner dan obesitas. Pengaruh bahwa makanan yang mengandung karbohidrat terhadap kadar glukosa darah, yang disebut respon glikemik makanan, bervariasi dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencerna dan menyerap karbohidrat dalam makanan itu. Beberapa makanan menyebabkan peningkatan pesat dan penurunan kadar glukosa darah, sedangkan yang lain menyebabkan kenaikan lebih lambat dan lebih luas dengan tingkat puncak yang lebih rendah dan penurunan bertahap. Konsep indeks glikemik suatu makanan dikembangkan untuk memberikan nilai numerik untuk mewakili pengaruh makanan terhadap kadar glukosa darah . Ini memberikan perbandingan kuantitatif antara makanan 15 . Salah satu kritik terhadap indeks glikemik adalah variasi indeks glikemik untuk makanan tampaknya serupa, hal ini menjadi salah satu penyebab bisa menjadi perbedaan dalam makanan referensi yang digunakan. Variasi ini mungkin mencerminkan perbedaan metodologi serta perbedaan dalam persiapan makanan dan bahan-bahan yang digunakan dalam menyiapkan makanan. Perbedaannya juga bisa mencerminkan perbedaan nyata dalam keanekaragaman hayati makanan 15 .

2.2. KERANGKA KONSEP

= Variabel yang tidak diuji = Variabel yang diuji

2.3. DEFINISI OPERASIONAL

No Variabel Definisi Pengukur Alat ukur Cara Ukur Skala ukur Hasil ukur 1 Glukosa darah Hasil absorpsi karbohidrat di saluran pencernaan yang bersirkulasi dalam darah dan dihitung kadarnya dengan pemeriksaan darah Peneliti Blood glukosa meter merek Glucocard x-meter Pengambilan darah kapiler kemudian diuji dengan test strip blood glukosa meter mgdl Nominal Makanan uji berbahan dasar nasi dalam satu porsi penyajian Responden sehat Serat Lemak Protein Respon peningkatan kadar gula darah Karbohidrat Indeks Glikemik dan Beban glikemik 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk menilai pengaruh pemberian menu makanan dengan bahan dasar nasi beserta lauk pauknya terhadap kurva gula darah.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama bulan Juni-Agustus 2014 di Kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Populasi sampel penelitian adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2013.

3.4. Alat dan Bahan Penelitian

a. Alat glukometer dengan merk Glucocard x-meter dan test strip glukosa darah merk Glucocard x-meter b. Sampel darah kapiler responden dengan metode finger-prick 17 . c. Makanan uji :  1 porsi nasi putih, tempe orek, 1 potong ayam goreng tanpa kulit dan sayur kacang panjang.  1 porsi nasi kuning, tempe orek dan setengah potong telur ayam balado.  1 porsi nasi goreng, tempe orek dan setengah telur dadar.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1. Kriteria Inklusi

a. Responden adalah dewasa sehat dengan populasi mahasiswa pendidikan dokter 18-25 tahun. b. Responden memiliki indeks massa tubuh normal menurut kriteria Asia-Pasifik. c. Responden tidak memiliki riwayat gangguan metabolisme glukosa. d. Responden dalam keadaan sehat. 3.5.2. Kriteria Eksklusi a. Responden yang menjalani program diet dalam 3 bulan terakhir. b. Responden dalam keadaan hamil atau menyusui 3.5.3. Kriteria Drop-Out a. Responden dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan penelitian

3.6. Besar dan Cara Pengambilan Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Responden terdiri dari perempuan dan laki-laki. Pemilihan responden dilakukan dengan cara consecutive sampling dari populasi yang telah ditentukan. Setelah mendapatkan 10 orang dengan metode consecutive sampling, calon responden akan melalui proses anamnesis. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik meliputi tanda vital, berat badan dan tinggi badan. Setelah itu dilakukan penapisan gangguan metabolisme glukosa dengan pemeriksaan Gula darah puasa GDP kemudian dibandingkan dengan kriteria normal menurut PERKENI. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian diberikan informed consent 18 .

3.7. Alur Penelitian

Setiap pemeriksaan berselang lebih dari 1 minggu Populasi Mahasiswa PSPD 2013 Memenuhi kriteria inklusi Responden 10 orang Persiapan sebelum pemeriksaan: Puasa 10-14 jam, tidak melakukan aktivitas berat, dan makan porsi normal sebelum puasa Pemeriksaan kedua Pemeriksaan pertama Pemeriksaan ketiga Nasi goreng, telur dadar, tempe orek Nasi putih, tempe orek, 1 potong ayam goreng tanpa kulir dan sayur kacang panjang Nasi kuning, tempe orek, setengah potong telur ayam rebus balado. Pemeriksaan glukosa darah kapiler pada menit ke: 0, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120 Pencatatan kurva kadar gula darah