Stripteas Dalam Kajian Hukum Pidana Indonesia

kaum muslim menyimpan daging qurban kecuali dalam batas tertentu, sekedar bekal untuk tiga hari. Tetapi beberapa tahun kemudian peraturan Nabi Saw ini dilanggar oleh sahabat. Permasalahan itu disampaikan oleh Nabi, beliau membenarkan permasalahan itu sambil menerangkan bahwa larangan menyimpan daging qurban adalah didasarkan atas kepentingan Allah-Daffah tamu yang terdiri atas orang-orang miskin yang datang dari perkampungan madinah. Dengan demikian, tujuan Tuhan merupakan suatu syariat bagi manusia tidak lain adalah tidak untuk kemaslahatan manusia. Untuk itu, Tuhan menuntut agar manusia biasa memahami dan melaksanakan syariat manusia akan melindungi didalam hidupnya dari segala kekacauan yang ditimbulkan oleh hawa nafsu diantaranya stripteas. Jadi, dengan pemahaman Maqashid Al-Syariah akan dapat dikembangkan terutama dalam menghadapi permasalahan baru yang tidak disinggung oleh nash. Dengan demikian, hukum Islam akan tetap dinanti dalam setiap fenomena sosial yang senantiasa berubah dan berkembang.

2. Stripteas Dalam Kajian Hukum Pidana Indonesia

Masalah stripteas di Indonesia telah melampaui ambang toleransi dan merusak akhlak bangsa. Namun penyelesaian masalah stripteas belum sesuai dengan yang diharapkan. Kesulitan dalam mengatasi tindak pidana stripteas antara lain disebabkan oleh adanya pengertian dan penafsiran yang berbeda terhadap pasal-pasal Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP yang mengatur masalah stripteas, dan dahulu masyarakat lemah dalam merespon stripteas. Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, terdiri dari berbagai macam penduduk dan masyarakat, serta berbagai agama yang diakui kebenarannya . karena itu, pengertian stripteas di Indonesia dapat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi sebagai berikut : 1. Pembagian penduduk berdasarkan tempat tinggal. 2. Pembagian penduduk berdasarkan agama yang dianut di Indonesia. 3. Pembagian penduduk berdasarkan masyarakat adat di Indonesia, yang masing-masing masyarakat adat memiliki ragam budaya dan hukum adat yang berbeda satu dengan lainnya. 56 Kategori-kategori tersebut perlu dipertimbangkan dalam merumuskan pengertian dan ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan tindak pidana stripteas. Namun pada prinsifnya, pengertian stripteas dan ketentuan- ketentuan tentang tindak pidana stripteas maupun stripteas di Indonesia. Harus sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia, Pancasila dan UUD 1945. KUHP sendiri tidak merumuskan pengertian stripteas. Namun berdasarkan tafsiran atas pasal 281 dan pasal 282, yang berisi : Pasal 281 Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah : 1. Barangsiapa dengan sengaja dimuka umum melanggar kesusilaan. 56 Neng Djubaidah, Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau dari Hukum Islam, Bogor, Kencana, 2003, Cet Pertama, h. 137 2. Barangsiapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan. Pasal 282 1. Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukan atau menempelkan dimuka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukan atau ditempelkan dimuka umum, membikin tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, atau barangsiapa secara terang-terangan atau mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah. 2. Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukan atau menempelkan dimuka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukan atau ditempelkan dimuka umum, membikin tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, atau barangsiapa secara terang-terangan atau mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukannya sebagai bisa diperoleh, diancam jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 3. Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama sebagai pencarian atau kebiasaan, dapat dijatuhkan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak tujuh puluh lima ribu rupiah. maka pengertian “stripteas” dapat disimpulkan dari pasal-pasal tersebut, walaupun kurang tegas dan jelas. Tampaknya usaha-usaha untuk memberantas stripteas ini masih sangat kurang memadai, walaupun ada yang diajukan ke pengadilan dan diminta kasasi. Hukuman yang dijatuhkannya pun tidak mampu membuat jera pelakunya. 57 Memang tidak mudah menangani masalah ini mengingat perkembangan zaman dan reaksi sosial yang lemah. Dan yang terakhir ini bisa menimbulkan keraguan-keraguan dalam menindak pelaku stripteas. C. Ancaman Stripteas Dalam Hukum Islam Dan Hukum Pidana Indonesia 1. Ancaman Stripteas Dalam Hukum Islam Dalam hukum Islam, hukuman dapat dibagi menjadi beberapa penggolongan, menurut segi tinjauannya. Dalam hal ini ada lima penggolongan : 1. Penggolongan Pertama didasarkan atas pertaliannya satu hukuman dengan lainya, dan dalam hal ini ada empat macam hukuman, yaitu : a. Hukuman pokok uqubah asliyah, seperti hukuman qisas untuk jarimah pembunuhan, atau hukuman potong tangan untuk jarimah pencurian. b. Hukuman pengganti uqubah badaliyah, yaitu yang menggantikan hukuman pokok, apabila hukuman pokok tidak dapat dilaksanakan 57 Andi Andojo Soetjipto, Pornografi dan Penegakkan Hukum, Makalah dalam seminar Pornografi dan Perilaku Kriminal, depok: UI, 11 Februari 1994, h. 11 karena alasan yang sah, seperti hukuman diat denda sebagai pengganti hukuman qisas, atau hukuman ta’zir sebagai pengganti hukuman had atau hukuman qisas yang tidak bisa dijalankan. c. Hukuman tambahan uqubah taba’iyah, yaitu hukuman yang mengikuti hukuman pokok tanpa memerlukan keputusan secara tersendiri seperti larangan menerima warisan bagi orang yang melakukan pembunuhan terhadap keluarganya, sebagai tambahan dari hukuman qisas. d. Hukuman pelengkap uqubah takmiliyah, yaitu hukuman yang mengikuti hukuman pokok dengan syarat ada keputusan tersendiri dari hakim, dan syarat inilah yang menjadi ciri pemisahnya dengan hukuman tambahan.

2. Penggolongan Kedua ditinjau dari segi kekuasaan hakim dalam