Unsur-unsur Pidana Pada Stripteas Dalam Kajian Hukum Pidana

2. Unsur-unsur Pidana Pada Stripteas Dalam Kajian Hukum Pidana

Indonesia. Pengertian hukum pidana menurut Prof.Dok. W.L.G LEMAIRE ialah : “Hukum pidana itu terdiri dari norma-norma yang berisikan keharusan- keharusan dan larangan-larangan oleh pembuat Undang-undang telah dikaitkan dengan suatu sanksi berupa hukuman, yakni suatu penderitaan yang bersifat khusus. Dengan demikian dapat juga dikatakan, bahwa hukum pidana itu merupakan suatu sistem norma-norma yang menentukan terhadap tindakan-tindakan yang mana hal melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu di mana terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu dan dalam keadaan-keadaan bagaimana hukuman itu dapat dijatuhkan, serta hukum yang bagaimana yang dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan tersebut”. 43 Profesor Mr W.F.C van HATTUM telah merumuskan hukum pidana positif sebagai berikut : “Suatu keseluruhan dari asas-asas dan peraturan-peraturan yang diakui oleh Negara atau suatu masyarakat hukum umum lainnya. Dimana mereka sebagai pemelihara dari ketertiban hukum umum telah melarang dilakukannya tindakan-tindakan yang bersifat melanggar hukum dan telah 43 Drs. P.A.F.Lamintang, S.H, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, 1997, Cet. Ketiga, h. 2 mengaitkan pelanggaran terhadap peraturan-peraturannya dengan suatu penderitaan yang bersifat khusus berupa hukuman” . 44 Hukum pidana adalah hukum mengenai delik yang diancam dengan hukum pidana. Dengn kata lain, “Serangkaian peraturan yang mengatur masalah tindak pidana dan hukumanya” . 45 Menurut Profesor SIMON hukum pidana itu dapat dibagi menjadi hukum pidana dalam arti objektif dan hukum pidana dalam arti subjektif. Hukum pidana dalam arti objektif adalah hukum pidana yang berlaku atau yang juga disebut sebagai hukum positif atau ius poenale. Hukum pidana dalam arti subjektif mempunyai dua pengertian yaitu : a. Hak dari negara dan alat kekuasaannya untuk menghukum, yakni hak yang mereka peroleh dari peraturan-peraturan yang telah ditentukan oleh hukum pidana dalam arti objektif. b. Hak dari negara untuk mengkaitkan pelanggaran terhadap peraturan- peraturan dengan hukuman. Hukum pidana dalam arti subjektif diatas juga disebut sebagai ius puniendi. 46 Sarjana hukum Indonesia merumuskan beberapa unsur-unsur hukum pidana, yaitu : 44 Ibid, h. 3 45 Marpaung, Leden, Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta, Sinar Grafindo, 2006. 46 Drs.Lamintang, S.H, Dasar-dasar Hukum Pidana, Cet. Ketiga, h. 4 a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat. b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib. c. Peraturan itu bersifat memaksa. d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan adalah tegas. Unsur-unsur perbuatan pidana dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu dari sudut teoritis dan dari sudut undang-undang. Maksud dari teoritis adalah berdasarkan dari pendapat para ahli hukum, yang tercermin pada bunyi rumusannya. Sedangkan dari sudut UU unsur-unsur perbuatan pidana adalah bagaimana kenyataan perbuatan pidana itu dirumuskan menjadi perbuatan pidana tertentu dalam pasal-pasal tertentu perundang-undangan yang ada. 1. Unsur Perbuatan Pidana Menurut Beberapa Teoritis Menurut Moeljatmo perbuatan pidana adalah perbuatan manusia saja yang boleh dilarang, yang dilarang adalah aturan hukum serta ancaman diancam dengan pidana menggambarkan bahwa tidak mesti perbuatan itu dalam kenyataannya benar-benar dipidana. Menurut R.Tresna perbuatan pidana terdiri dari : c. Perbuatan manusia d. Yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan Jadi, unsur-unsur perbuatan pidana : a. Kelakuan manusia b. Diancam dengan pidana c. Dalam peraturan perundang-undang Dapat dilihat bahwa unsur-unsur dari tiga batasan penganut paham dualisme tersebut, tidak ada perbedaan, ialah bahwa perbuatan pidana itu adalah : perbuatan manusia yang dilarang, dimuat dalam UU, dan diancam dipidana bagi yang melakukannya. Dari unsur-unsur yang ada jelas terlihat bahwa unsur-unsur tersebut tidak menyangkut diri si pembuat atau di pidananya pembuat, semata-mata mengenai perbuatannya. Pendapat penganut paham monoisme ialah dari batasan yang dibuat jonkers dapat dirinci unsur-unsur perbuatan pidana adalah : a. Perbuatan b. Melawan hukum c. Kesalahan d. Dipertanggung jawabkan Schravendijk dalam batasan yang dibuatnya secara panjang lebar itu, jika dirinci terdapat unsur-unsur sebagai berikut : a. Kelakuan b. Bertentangan dengan hukum c. Diancam dengan hukuman d. Dilakukan dengan orang e. Kesalahan Walaupun rincian dari ketiga rumusan diatas tampak berbeda- beda, namun pada hakekatnya ada persamaannya ialah, ialah tidak memisahkan antara unsur-unsur mengenai perbuatanya dengan unsur yang mengenai diri orangnya. 2. Unsur Rumusan Perbuatan Pidana Dalam UU Dari rumusan perbuatan pidana tertentu dalam KUHP itu, maka dapat diketahui adanya 8 unsur perbuatan pidana, yaitu : 1. Unsur Tingkah Laku Tingkah laku dalam perbuatan pidana terdiri dari tingkah laku aktif atau positif handelen, juga dapat disebutkan perbuatan materill dan tingkah laku pasif dan negatif. Tingkah laku aktif adalah suatu bentuk tingkah laku yang untuk mewujudkannya atau melakukannya diperlukan wujud gerak atau gerakan-gerakan dari tubuh atau bagian dari tubuh, misalnya mengambil 362 atau memalsukan 268. Sedangkan tingkah laku pasif adalah berupa tingkah laku yang membiarkan pertolongan 531, membiarkan 304, meninggalkan 308, tidak segera memberitahuan 164, tidak datang 522. 2. Unsur Sifat Melawan Hukum Melawan hukum adalah sifat tercelanya atau terlarang dari suatu perbuatan, sifat tercela mana dapat undang-undang melawan hukum dan dapat bersumber pada masyarakat melawan hukum. 3. Unsur Kesalahan Kesalahan adalah unsur mengenai keadaan atau gambaran batin orang sebelum atau pada saat memulai perbuatan, karena itu unsur ini selalu melekat pada diri pelaku dan bersifat subjektif. Dalam hal ini berbeda dengan unsur melawan hukum yang dapat bersifat objektif dan dapat bersifat subjektif, bergantung pada redaksi rumusan dan sudut pandang terhadap rumusan perbuatan pidana tersebut. Istilah kesalahan adalah pengertian hukum yang tidak sama dengan pengertin harfiah kesalahan dalam hukum pidana adalah berhubungan dengan pertanggung jawaban atau mengandung beban pertanggung jawab pidana yang terdiri dari kesengajaan dolus atau kelalaian culpa. 4. Unsur Akibat Konstitutif Unsur akibat konstitutif ini terdapat pada : a. Perbuatan pidana materill atau perbuatan pidana dimana akibat menjadi syarat selesainya perbuatan pidana. b. Perbuatan pidana yang mengandung unsur akibat sebagai syarat pemberatan pidana. c. Perbuatan pidana dimana akibat merupakan syarat dipidanannya pembuat. Unsur akibat konstitutif pada perbuatan pidana materiil adalah berupa unsur-unsur pokok perbuatan pidana, artunya jika unsur ini tidak timbul, maka perbuatan pidananya tidak terjadi, yang terjadi hanyalah percobaannya. 5. Unsur Keadaan yang Menyertai Unsur keadaan yang menyertai, adalah unsur perbuatan pidana yang berupa semua keadaan yang ada berlaku dalam mana perbuataan dilakukan. Rumusnya mengenai cara melakukan perbuatan, cara untuk dapat dilakukannya perbuatan, objek perbuatan pidana, subjek perbuatan pidana, tempat dilakukannya perbuatan pidana, dan mengenai waktu dilakukannya perbuatan pidana. 6. Unsur Syarat Tambahan Untuk Dapatnya Dituntut Pidana Unsur ini hanya terdapat pada perbuatan pidana aduan. Perbuatan pidana aduan adalah perbuatan pidana yang hanya dapat dituntut pidana jika adanya pengaduan dari yang berhak mengadu. 7. Unsur Tambahan Untuk Memperberat Pidana Unsur ini adalah berupa alasan untuk memperberatnya pidana, dan bukan unsur syarat untuk terjadinya atau syarat selesainya perbuatan pidana sebagaimana pada perbuatan pidana materiil. 8. Unsur Syarat Tambahan Untuk Dapatnya Dipidana Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana adalah berupa unsur keadaan-keadaan tertentu yang timbul setelah perbuatan dilakukan yang menentukan untuk dapat dipidananya perbuatan. Dari 8 unsur itu diantaranya dua unsur yakni kesalahan dan melawab hukum adalah termasuk unsur subjektif, sedangkan selebihnya berupa unsur objektif. 47 Menurut pandangan RUU PP, bahwa stripteas termasuk tindak pidana yang ada hukumanya, karena stripteas memiliki unsur-unsur pidana, unsur subjektif dan unsur objektif terpenuhi, sebagai berikut : 1. Unsur Objektif Setiap orang yang dimuka umumdi suatu tempat yang dapat dilihat oleh umum : a. Mempertontonkan alat kelamin b. Melakukan aktivitas seksual c. Melakukan hubungan seks d. Gerakan e. Tarian erotis 2. Unsur Subjektif Mengeksploitasi daya tarik seksual pada bagian tubuh, aktifitas seksual dengan gerakan yang erotis. 48 47 Prof.Moeljatno,SH, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002. Cet Ketujuh 48 Neng, Pornografi dan Pornoaksi, 2003. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana, seorang dapat dipersalahkan telah melakukan suatu tindak pidana apabila orang tersebut telah terbukti memenuhi unsur-unsur dari tindak pidana yang bersangkutan seperti yang dirumuskan di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana sudah jelas bahwa stripteas tidak termasuk hukum pidana karena tidak memenuhi unsur-unsur yang subjektif maupun unsur-unsur objektif.

B. Stripteas Dalam Kajian Hukum Islam dan Hukum Pidana Indonesia. 1.