Pembatasan dan Perumusan Masalah Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Review Pustaka

Berangkat dari hidayah, tujuan, landasan etika dan moral dalam hukum Positif dan hukum Islam, penulis tertarik untuk menggali yang berkaitan dengan masalah stipteas dalam upaya menyadarkan kita semua dari bahaya stiepteas yang semakin meresahkan dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat dan agama sehingga masalah-masalah yang ditimbulkan stipteas dapat sedikit teratasi oleh kita semua yang berbekal pada penetahuan tentang hal tersebut diatas berdasarkan hukum Positif dan hukum Islam yang sudah ada. Oleh karena itu skripsi ini penulis tuangkan dalam karya ilmiah yang berjudul : “STRIPTEAS DALAM KAJIAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM PIDANA INDONESIA”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam skripsi ini penulis akan membatasi permasalahan pada penyelidikan tentang “Stripteas Dalam Kajian Hukum Islam dan Hukum Pidana Indonesia ” namun hal-hal yang mendukung tema tersebut akan ditelusuri untuk memperjelas pembahasan. Dari pembatasan tema diatas dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah yang di maksud dengan stripteas, dan apa saja faktor-faktor terjadinya stripteas? 2. Apakah terdapat unsur-unsur pidana pada stripteas? 3. Serta bagaimana ancaman hukum Islam dan hukum pidana Indonesia terhadap pelaku stripteas?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian dan manfaat penelitian skripsi ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian dan faktor-faktor terjadinya stripteas. 2. Untuk mengetahui unsur-unsur pidana pada stripteas. 3. Untuk mengetahui ancaman hukum Islam dan hukum pidana Indonesia terhadap pelaku stripteas.

D. Review Pustaka

Sudah banyak penelitian yang mengkaji mengenai isu yang berkaitan dengan praktek atau tindakan pornografi dan pornoaksi yang dilakukan para wanita Buku yang berjudul Tindak Pidana Mengenai Kesopanan merupakan salah satunya yang ditulis oleh Drs. Adami Chazawi, SH, memaparkan bahwa Tindak pidana kesopanan dibentuk untuk melindungi kepentingan hukum terhadap rasa kesopanan masyarakat. Kehidupan sosial manusia dalam pergaulan sesamanya selain dilandasi oleh norma-norma hukum yang mengikat secara hukum, juga dilandasi oleh norma-norma pergaulan. Mempertontonkan bagian tubuh tertentu yang sensual dan bergoyang erotis dimuka umum atau stripteas adalah sebuah kejahatan seksual. 6 Buku yang berjudul Pornografi dan Pornoaksi di Tinjau dari hukum Islam merupakan buku yang sangat berkaitan dengan masalah stripteas yang ditulis oleh Neng Djubaedah, SH. M.H, dalam buku ini, Neng Djubaedah mengatakan dalam bukunya bahwa meskipun masalah stripteas belum menjadi 6 Chazawi, Adami, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005. isu yang mengemuka di berbagai masyarakat. Akan tetapi stripteas ini telah masuk di dalam RUU PP walaupun belum di amandemen. Membahas soal stripteas dalam tinjauan hukum Islam, sejak abad ketujuh Masehi, perbuatan tersebut sudah dilarang secara tegas, karena teramat jelas kemudhorotannya. Namun masih ada pendapat bahwa hukum Islam, khususnya pidana Islam, tidak sesuai dengan Hak asasi Manusia. 7 Buku yang ditulis oleh Sigit Astono, S.kar, M.Hum. dkk, yaitu Apresiasi Seni juga mengungkapkan bahwa Tari adalah bahasa gerak dan merupakan alat berekspresi serta berkomunikasi yang universal. Sebagai tolak ukur karena sifat seni adalah luwes dan lentur. Apabila ada yang berpendapat bahwa stripteas adalah seni, maka salah. Karena stripteas sebuah gerakan yang sangat erotis, lincah dan penuh gairah dengan cara mengikat birahi setiap insan. 8 Sedangkan buku yang berjudul Masa Remaja Penuh Sensasi yang ditulis oleh Haqiqi Alif, mengungkapka bahwa industri hiburan menjadi salah satu yang mempengaruhi moral. Adapun fungsi hiburan pada umumnya adalah untuk menghilangkan stress, bersantai bersama keluarga serta untuk menambah wawasan dan memperluas cakrawala pengetahuan. Tapi faktanya tempat-tempat 7 . Neng Djubaidah, Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau Dari Hukum Islam, Bogor, Kencana, 2003, Cet Pertama. 8 . hiburan pada saat ini menjadi rusak oleh disediakanya penari-penari bugil atau stripteas dan tempat hiburan itu berubah menjadi tempat maksiat. 9 Senada dengan Haqiqi Alif bahwa Remaja Gaul Kebablasan ditulis oleh Faruq Al Farabi, mengatakan Gerakan-gerakan erotis yang menghasilkan gairah dengan tidak menggunakan busana telah jauh dari norma kesopanan, apalagi di nilai dari sudut Islam. Acara-acara yang menyediakan stripteas di diskotik, pub dan night club semakin marak dan sementara itu muncul komitmen kuat terhadap moral, mereka menutupi itu dengan seni. 10 Prof Huzaemah T. Yanggo, mengemukakan lewat bukunya yang berjudul Fiqh Perempuan Kontemporer bahwa permasalahan aurat, ternyata sudah dibicarakan ketika manusia menampak di dunia ini. Hal ini menunjukan menutup aurat adalah faktor yang sangat penting dalam konteks keselamatan perjalanan manusia dalam upaya menjumpai sang kholik. Disinilah pentingnya busana sebagai penutup aurat. Padahal calon penghuni surga adalah orang-orang yang suci, orang suci adalah orang yang bisa menjaga auratnya tidak telanjang. 11 Namun meskipun telah banyak penelitian yang membahas mengenai praktek pornografi dan pornoaksi secara umum dan praktek stripteas secara khusus belum ada penelitian yang membahas tentang stripteas dalam hukum Islam dan Hukum Pidana Indonesia. Oleh sebab itu saya akan mencoba mengkaji stripteas lebih jelas dan tegas dalam perspektif hukum Islam dan Pidana Indonesia. 9 . Haqiqi Alif, Masa Remaja Penuh Sensasi, Juombang, Lintas Media. 10 . Faruq Al-Farabi, Remaja Gaul Kebablasan, Jombang, Lintas Media. 11

E. Metode Penulisan