Pendidikan Moral Upaya Penanggulangan Stripteas

menyimpang dari segi kemanusiaan yaitu hubungan seksual antar manusia dan hewan. 35 Kehamilan yang Tidak Diinginkan dan Aborsi merupakan dampak stripteas, aborsi bukanlah bentuk penyimpangan seksual, melainkan proses pembantalan kehidupan dan pemusnahan janin dari rahim si wanita. Tetapi aborsi sangat erat kaitannya dengan freesex dikalangan masyarakat terutama remaja yang menyebabkan orang hamil dan melakukan aborsi. Akibatnya kehamilan pra nikah yang disertai dengan aborsi meningkat pesat. Bayangkan saja, karena menurut survei, telah diperkirakan sekitar 1.000.000 satu juta kasus aborsi terjadi di Indonesia. Dari data ini ternyata 50 dilakukan oleh mereka yang belum menikah akibat habis menonton sebuah adegan-adegan yang membangkitka nafsu birahinya salah satunya habis melihat stripteas. 36

B. Upaya Penanggulangan Stripteas

Melihat banyaknya dan makin maraknya stripteas di indonesia, maka perlu diadakan dan dipikirkan cara penanggulangannya menurut pendapat dari berbagai referensi yang antara lain :

1. Pendidikan Moral

Cara ini menurut Yasraf Amir Piliang dalam bukunya Terkurung Diantara Realitas-realitas Semu. 35 Neng Djubaidah, Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau Dari Hukum Islam, Bogor, Kencana, 2003, Cet Pertama, h. 153 36 Faruq Al Farabi, Remaja Gaul Kebablasan, Jombang, Lintas Media, h. 179 Moral atau moralitas, dalam hal ini haruslah dilihat dalam arti yang sempit dan arti yang luas. Pengertian dalam arti yang luas, moral tidak lain merupakan pedoman bagaimana harus hidup. Sedangkan dalam arti yang sempit, moral identik dengan kesusilaan, yaitu sopan santun dalam prilaku seksual. 37 Moralitas dipakai untuk menilai baik buruknya seseorang. Moral merupakan pedoman prilaku manusia supaya ia bisa berbuat hal-hal yang baik dan menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Keperihatinan masyarakat dan kaum pendidik menjurus pada perlunya dilakukan perubahan mendasar tehadap pola kependidikan yang berlangsung. Setidaknya, diperlukan upaya mempertegas orientasi pendidikan moral dan religius. Pemberlakuan UU No. 2 Tahun 1989 Tentang Pendidikan Nasional telah 19 tahun berjalan, ternyata hanya menghasilkan generasi yang memiliki kecerdasan otak tapi miskin keimanan dan moralitas. Di tengah-tengah masyarakat, pelanggaran moral cendrung menjadi suatu yang tidak lagi ditabukan. Tabu sebenarnya mempunyai peranan yang sangat penting, tabu memberikan rambu mengenai apa yang “pantas, kurang pantas dan tidak pantas” untuk dilihat, dipertontonkan serta dilakukan. 38 37 Franz Magnis Suseno, Etika Dasar : Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, Yogyakarta, Kanisius, 1987, h. 14. 38 Yasraf Amir piliang, Terkurung Diantara Realitas-realitas Semu, Jakarta, Jurnal Ulumul Qur’an, 1994, h. 111. Sementara para pemuka agama yang menjadi panutan semestinya lebih banyak terlibat ke dalam konflik kepentingan tersebut. Dalam upaya membenahi itu semua, harus dilakukan melalui pendekatan pendidikan. Pemerintah harus berani melakukan pembenahan total terhadap orientasi pembinaan kependidikan yang terjadi saat ini. Antara lain dengan memberikan penekanan pada pendidikan moral dan agama. Stripteas adalah bukti dari kesalahan orientasi pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan selama ini lebih berorientasi kepada fisik dan seputar kebutuhan perut saja, sedangkan pembangunan moral tampak tidak banyak mendapat perhatian. Akibatnya dari kesalahan itu masyarakat Indonesia kini menjadi terlalu matrealistik, yang dipikirkan hanya urusan dunia saja, sementara urusan akhirat terpinggirkan.

2. Kembali Pada Nilai-nilai Spiritual