Dewi Meivisa Harahap : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi Freight Forwarder Dalam Proses Pengangkutan Barang Di Laut Studi Kasus pada PT. Kartika Gloria Bahari Medan,
2008. USU Repository © 2009
The Hague Rules 1924 dan The Hamburg Rules 1978 tidak mengatur mengenai pengangkutan orang, karena kedua konvensi ini hanya mengatur
pengangkutan barang.
C. Prinsip Tanggung Jawab dalam Perjanjian Pengangkutan
Prinsip Tanggung Jawab dalam Perjanjian Pengangkutan ada 3 tiga, yaitu :
28
Menurut prinsip ini pengangkut harus bertanggung jawab membayar ganti kerugian terhadap setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang
diselenggarakannya tanpa keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut. Pengangkut tidak dimungkinkan untuk membebaskan diri dari
tanggung jawab dengan alasan apapun yang menimbulkan kerugian itu. Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian tentang kesalahan. Untuk kesalahan tidak
1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan fault liability 2. Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga presumption of liability
3. Prinsip tanggung jawab mutlak absolute liability 1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan fault liability
Menurut prinsip ini setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggung jawab membayar ganti
kerugian atas segala kerugian yang timbul akibat dari kesalahannya itu. Pihak yang menderita kerugian harus membuktikan kesalahan pengangkut itu. Beban
pembuktian itu ada pada pihak yang dirugikan, bukan pada pengangkut. Prinsip ini adalah yang umum berlaku seperti yang diatur dalam pasal 1365 KUHP
tentang perbuatan melawan hukum. 2. Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga presumption of liability
Menurut prinsip ini pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakan. Tetapi jika
pengangkut dapat membuktikan bahwa tidak bersalah, maka dapat dibebaskan dari kewajiban membayar kerugian. Yang dimaksud dengan “tidak bersalah”
adalah tidak melakukan kelalaian, telah mengambil tindakan yang perlu untuk menghindarkan kerugian, atau peristiwa yang menimbulkan kerugian itu tidak
mungkin dihindari. Beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan. Pihak yang dirugikan cukup menunjukkan adanya kerugian yang diderita dalam
pengangkutan yang diselenggarakan oleh pengangkut. 3. Prinsip tanggung jawab mutlak.
28
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hal. 65.
Dewi Meivisa Harahap : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi Freight Forwarder Dalam Proses Pengangkutan Barang Di Laut Studi Kasus pada PT. Kartika Gloria Bahari Medan,
2008. USU Repository © 2009
relevan
29
1. Pengangkutan Darat
. Apabila prinsip-prinsip ini dihubungkan dengan undang-undang yang mengatur pengangkutan darat, laut dan udara di Indonesia, ternyata undang-
undang pengangkutan yang mengatur ketiga jenis pengangkutan tersebut menganut prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga. Hal ini terbukti dari
antara lain ketentuan pasal-pasal yang diuraikan berikut ini.
Dalam Pasal 24 UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Jalan Raya ditentukan bahwa pengusaha pengangkutan kendaraan bermotor umum
bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh penumpang dan kerusakan barang yang berada dalam kendaraan tersebut, kecuali bila pengangkut
dapat membuktikan bahwa kerugian itu terjadi di luar kesalahannya atau buruhnya.
Dalam Pasal 78 BVS ditentukan pertanggungjawaban itu meliputi kehilangan atau kerusakan, baik seluruhnya atau sebagian, ataupun keterlambatan
penyerahan barang yang diangkut itu, kecuali jika pengangkut dapat membuktikan bahwa kerugian itu di luar kesalahannya dan buruhnya.
2. Pengangkutan Laut
Dalam Pasal 468 ayat 2 KUHD ditentukan bahwa apabila barang yang diangkut itu tidak diserahkan seluruh atau sebahagian, atau rusak, pengangkut
bertanggung jawab mengganti kerugian kepada pengirim. Tetapi pengangkut tidak bertanggung jawab mengganti kerugian apabila dapat membuktikan bahwa tidak
diserahkan seluruh atau sebahagian atau rusaknya barang itu karena suatu peristiwa yang tidak dapat dicegah atau dihindari terjadinya……dan seterusnya.
29
Saefullah Wiradipradja, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Pengangkutan Udara Internasional dan Nasional, Cetakan I, Liberty, Yogyakarta, 1989, hal. 19.
Dewi Meivisa Harahap : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi Freight Forwarder Dalam Proses Pengangkutan Barang Di Laut Studi Kasus pada PT. Kartika Gloria Bahari Medan,
2008. USU Repository © 2009
Pada pasal 522 ayat 2 KUHD ditentukan bahwa pengangkut bertanggung jawab mengganti kerugian yang disebabkan oleh luka yang dialami oleh
penumpang karena pengangkutan itu, kecuali ia dapat membuktikan bahwa luka itu disebabkan oleh suatu peristiwa yang tidak dapat dicegah atau dihindari
terjadinya, atau kesalahan penumpang sendiri.
3. Pengangkutan Udara
Dalam Pasal 29 ayat 1 dan ayat 2 OPU ditentukan bahwa pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian, bila dapat dibuktikan bahwa ia dan
semua orang yang dipekerjakan olehnya yang berhubungan dengan pengangkutan itu telah mengambil semua tindakan yang perlu untuk menghindarkan kerugian
atau bahwa tidak mungkin bagi mereka untuk mengambil tindakan-tindakan tersebut.
Pada pengangkutan bagasi dan barang, pengangkut tidak bertanggung jawab apabila dapat dibuktikan bahwa kerugian adalah akibat dari suatu kesalahan
pada pengemudi, pada pimpinan penerbangan dan pesawat terbang atau pada navigasi dan bahwa dalam semua hal ini, pengangkut dan semua orang yang
dipekerjakannya yang berhubungan dengan pengangkutan itu telah mengambil semua tindakan yang perlu untuk menghindarkan itu atau bahwa mereka tidak
mungkin dapat mengambil tindakan-tindakan tersebut. Dengan menerapkan prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga, maka
undang-undang pengangkutan di Indonesia mewajibkan pengangkut untuk bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari pengangkutan yang
diselenggarakan terhadap penumpang, pengirim atau penerima tanpa perlu
Dewi Meivisa Harahap : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi Freight Forwarder Dalam Proses Pengangkutan Barang Di Laut Studi Kasus pada PT. Kartika Gloria Bahari Medan,
2008. USU Repository © 2009
membuktikan adanya pada pihak pengangkut. Tetapi karena berdasarkan praduga, maka pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab apabila dapat
membuktikan dirinya tidak bersalah absence of fault.
D. Batas-Batas Ganti Rugi Yang Menjadi Tanggung Jawab Pengangkut